Lacak OTG, 200 Pedagang Pasar Leuwipanjang Jalani Rapid Test
loading...
A
A
A
BANDUNG - Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan COVID-19 Kota Bandung menggelar rapid test massal Corona bagi 200 pedagang di Pasar Leuwipanjang, Kamis (11/6/2020).
Pantauan di lokasi, tampak para pedagang mengantre, menunggu giliran untuk menjalani rapid test. Pelaksanaan rapid test itu dilakukan di lantai dua lorong bangunan Pasar Leuwipanjang. (BACA JUGA: Empat Pedagang Positif COVID-19, Pemkot Bandung Tutup Tiga Pasar )
Mereka mengantre sambil menerapkan pembatasan fisik dan mengenakan masker sesuai protokol kesehatan COVID-19. Sedangkan para petugas dinas kesehatan mengenakan baju hazmat dan alat pelindung diri lainnya. (BACA JUGA: Berpotensi Klaster Baru, Kang Emil Pantau 700 Pasar Tradisional )
Rapid test dilakukan setelah satu pedagang di pasar itu terkonfirmasi positif terpapar COVID-19. Sebelumnya, Pemkot Bandung juga menerapkan kebijakan menutup sementara pasar selama 14 hari mulai 8 Juni hingga 23 Juni mendatang. (BACA JUGA: Update COVID-19 Kota Bandung, Warga Positif Terus Bertambah Jadi 358 Orang )
Kabid Perlindungan Masyarakat (Linmas) Satpol PP Kota Bandung Yayan Riyandi mengatakan, rapid test dilakukan untuk melacak penularan Corona, sekaligus memastikan ada atau tidaknya orang tanpa gejala (OTG) di pasar tersebut.
"Untuk keamanan dilakukan rapid test. Mudah mudahan pandemi ini tidak menyebar ke seluruh pedagang dan pengunjung (pembeli)," kata Yayan di Pasar Leuwipanjang, Jalan Leuwipanjang, Kota Bandung.
Yayan mengemukakan, penutupan pasar selama 14 hari dilakukan sesuai masa inkubasi COVID-19. Pengumuman penutupan sementara pasar telah dipasang di depan bangunan.
"Maka, 14 hari ke depan, masing-masing pedagang harus melakukan isolasi mandiri. Selain melakukan rapid test, pasar harus ditutup sementara," ujar Yayan.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan, rapid test tersebut merupakan salah satu kunci pelacakan penyebaran virus. Pelacakan juga bakal menyasar kepada orang-orang di sekeliling pedagang yang dinyatakan positif.
"Yang penting itu tracing (melacak). Dia berinteraksi dengan siapa. Nah di-tracing. Apakah dirumah aja? Apakah banyaknya di pasar? Jadi kuncinya tetap tracing, pelacakan ya," kata Yana.
Pantauan di lokasi, tampak para pedagang mengantre, menunggu giliran untuk menjalani rapid test. Pelaksanaan rapid test itu dilakukan di lantai dua lorong bangunan Pasar Leuwipanjang. (BACA JUGA: Empat Pedagang Positif COVID-19, Pemkot Bandung Tutup Tiga Pasar )
Mereka mengantre sambil menerapkan pembatasan fisik dan mengenakan masker sesuai protokol kesehatan COVID-19. Sedangkan para petugas dinas kesehatan mengenakan baju hazmat dan alat pelindung diri lainnya. (BACA JUGA: Berpotensi Klaster Baru, Kang Emil Pantau 700 Pasar Tradisional )
Rapid test dilakukan setelah satu pedagang di pasar itu terkonfirmasi positif terpapar COVID-19. Sebelumnya, Pemkot Bandung juga menerapkan kebijakan menutup sementara pasar selama 14 hari mulai 8 Juni hingga 23 Juni mendatang. (BACA JUGA: Update COVID-19 Kota Bandung, Warga Positif Terus Bertambah Jadi 358 Orang )
Kabid Perlindungan Masyarakat (Linmas) Satpol PP Kota Bandung Yayan Riyandi mengatakan, rapid test dilakukan untuk melacak penularan Corona, sekaligus memastikan ada atau tidaknya orang tanpa gejala (OTG) di pasar tersebut.
"Untuk keamanan dilakukan rapid test. Mudah mudahan pandemi ini tidak menyebar ke seluruh pedagang dan pengunjung (pembeli)," kata Yayan di Pasar Leuwipanjang, Jalan Leuwipanjang, Kota Bandung.
Yayan mengemukakan, penutupan pasar selama 14 hari dilakukan sesuai masa inkubasi COVID-19. Pengumuman penutupan sementara pasar telah dipasang di depan bangunan.
"Maka, 14 hari ke depan, masing-masing pedagang harus melakukan isolasi mandiri. Selain melakukan rapid test, pasar harus ditutup sementara," ujar Yayan.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengatakan, rapid test tersebut merupakan salah satu kunci pelacakan penyebaran virus. Pelacakan juga bakal menyasar kepada orang-orang di sekeliling pedagang yang dinyatakan positif.
"Yang penting itu tracing (melacak). Dia berinteraksi dengan siapa. Nah di-tracing. Apakah dirumah aja? Apakah banyaknya di pasar? Jadi kuncinya tetap tracing, pelacakan ya," kata Yana.
(awd)