Khofifah Minta Kepala Daerah Tak Menutup-nutupi Bila Ada Kasus COVID-19 Omicron
loading...
A
A
A
SURABAYA - Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa meminta kepala daerah untuk tidak menutup-nutupi bila ada varian COVID-19 Omicron di daerahnya.
Sebab nantinya bila terdeteksi, maka akan dilakukan langkah protektif dan pencegahan. Namun Khofifah juga meminta seluruh pihak tidak terlalu melebih-lebihkan dan membuat seolah-olah situasi begitu gawat, akibat masuknya COVID-19 Omicron di Jawa Timur.
"Apa yang sebetulnya tidak gawat, jangan digawat-gawatkan. Tapi kalau ada kasus terjadi jangan ditutup-tutupi. Tapi, jangan kemudian mengesankan ini sebuah yang gawat, seram, saya rasa tidak begitu posisinya. Tapi harus dengan kewaspadaan yang sistemik, programatik, harus kita lakukan. Jadi posisi varian omicron ini kita sebetulnya sudah melakukan antisipasi mulai November lalu," ucap Khofifah Indar, saat memimpin rapat koordinasi penanganan Covid-19 Omicron di Kantor Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, pada Minggu sore (16/1/2022).
Oleh karena itu, mantan menteri sosial ini meminta seluruh kepala daerah di Jawa Timur tak hanya daerah-daerah yang sudah terdeteksi Omicron saja untuk bersiaga.
"Ini bagian yang harus kita lakukan, kewaspadaan dengan berbagai perencanaan strategis. Satu bahwa isoter tetap harus dihidupkan dengan berbagai perangkat. Kalau dulu ada relawan di isoter, nakes di isoter, bahkan kalau ada oksigen konsentrator tetap semua disiagakan," kata dia.
Karena itu, Khofifah menekankan pentingnya percepatan vaksinasi COVID-19 di Jawa Timur demi mencegah penyebaran varian Omicron.
Berkaca pada tingginya kasus COVID-19 di bulan Mei - Juli 2021 lalu, proses vaksinasi belum sepenuhnya berjalan masif yang membuat ketahanan kesehatan masyarakat juga belum terbentuk.
"Jika vaksinasi maksimal, dari berbagai diskusi, saya dengan dr Kohar, kita diskusi dari grup WA apa yang sebetulnya harus dilakukan, dari berbagai antisipasi yang memang berangkat dari fenomena tahun lalu, ketika bulan Juli terjadi lonjakan eksponensial di Jawa Timur, bedanya Juni dan Juli lalu, belum ada vaksinasi," tukasnya.
Sebagai informasi, hingga Minggu pagi di Jawa Timur terdapat sebanyak 8 kasus COVID-19 Omicron yang sudah terdeteksi melalui hasil pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) dari Institut of Tropical Disease (ITS) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Dari delapan orang tersebut tiga orang merupakan pasien Omicron yang masih berusia anak di bawah usia 5 tahun.
Satu kasus terdeteksi di Kabupaten Malang, tepatnya warga berinisial LI (29) yang beralamatkan di Jalan Segaran IV RT 2 RW 1 Karanglo, Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Diduga pasien tersebut tertular COVID-19 Omicron dari suaminya yang bekerja di Surabaya.
Lihat Juga: Tensi Politik Jelang Pemilu Semakin Tinggi, Khofifah Minta Santri Aktif Cegah Perpecahan
Sebab nantinya bila terdeteksi, maka akan dilakukan langkah protektif dan pencegahan. Namun Khofifah juga meminta seluruh pihak tidak terlalu melebih-lebihkan dan membuat seolah-olah situasi begitu gawat, akibat masuknya COVID-19 Omicron di Jawa Timur.
"Apa yang sebetulnya tidak gawat, jangan digawat-gawatkan. Tapi kalau ada kasus terjadi jangan ditutup-tutupi. Tapi, jangan kemudian mengesankan ini sebuah yang gawat, seram, saya rasa tidak begitu posisinya. Tapi harus dengan kewaspadaan yang sistemik, programatik, harus kita lakukan. Jadi posisi varian omicron ini kita sebetulnya sudah melakukan antisipasi mulai November lalu," ucap Khofifah Indar, saat memimpin rapat koordinasi penanganan Covid-19 Omicron di Kantor Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, pada Minggu sore (16/1/2022).
Oleh karena itu, mantan menteri sosial ini meminta seluruh kepala daerah di Jawa Timur tak hanya daerah-daerah yang sudah terdeteksi Omicron saja untuk bersiaga.
"Ini bagian yang harus kita lakukan, kewaspadaan dengan berbagai perencanaan strategis. Satu bahwa isoter tetap harus dihidupkan dengan berbagai perangkat. Kalau dulu ada relawan di isoter, nakes di isoter, bahkan kalau ada oksigen konsentrator tetap semua disiagakan," kata dia.
Karena itu, Khofifah menekankan pentingnya percepatan vaksinasi COVID-19 di Jawa Timur demi mencegah penyebaran varian Omicron.
Berkaca pada tingginya kasus COVID-19 di bulan Mei - Juli 2021 lalu, proses vaksinasi belum sepenuhnya berjalan masif yang membuat ketahanan kesehatan masyarakat juga belum terbentuk.
"Jika vaksinasi maksimal, dari berbagai diskusi, saya dengan dr Kohar, kita diskusi dari grup WA apa yang sebetulnya harus dilakukan, dari berbagai antisipasi yang memang berangkat dari fenomena tahun lalu, ketika bulan Juli terjadi lonjakan eksponensial di Jawa Timur, bedanya Juni dan Juli lalu, belum ada vaksinasi," tukasnya.
Sebagai informasi, hingga Minggu pagi di Jawa Timur terdapat sebanyak 8 kasus COVID-19 Omicron yang sudah terdeteksi melalui hasil pemeriksaan Whole Genome Sequencing (WGS) dari Institut of Tropical Disease (ITS) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.
Dari delapan orang tersebut tiga orang merupakan pasien Omicron yang masih berusia anak di bawah usia 5 tahun.
Satu kasus terdeteksi di Kabupaten Malang, tepatnya warga berinisial LI (29) yang beralamatkan di Jalan Segaran IV RT 2 RW 1 Karanglo, Desa Banjararum, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Diduga pasien tersebut tertular COVID-19 Omicron dari suaminya yang bekerja di Surabaya.
Lihat Juga: Tensi Politik Jelang Pemilu Semakin Tinggi, Khofifah Minta Santri Aktif Cegah Perpecahan
(nic)