Gempa Bumi Mengintai, Pergerakan 3 Lempeng Aktif Ini Kepung Indonesia
loading...
A
A
A
BANDUNG - Gempa bumi terus mengancam wilayah Indonesia. Hal ini tak lepas dari keberadaan sumber gempa bumi yang terbentuk akibat interaksi empat lempeng tektonik.
Empat lempeng aktif ini bergerak dengan kecepatannya masing-masing dan kapan pun bisa menimbulkan terjadinya pergerakan tanah. Patahan tanah hasil dari pergerakan lempeng ini bisa menyebabkan gempa bumi dan tsunami.
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono menjelaskan, pertemuan antar lempeng tersebut mengakibatkan terbentuknya cekungan muka, cekungan belakang, jalur magmatik, pola struktur geologi dan sumber gempa bumi yaitu zona subduksi, zona kolisi, dan sesar aktif.
"Kejadian gempa bumi merusak tahun 2021 sebagian besar bersumber dari sesar aktif, dan beberapa yang bersumber dari zona penunjaman," katanya, Senin (3/1/2022).
Namun begitu, ada hal menarik dari kejadian gempa bumi merusak tahun 2021 yaitu terdapat beberapa kejadian yang sumbernya belum terdidentifikasi sebelumnya.
Keanehan itu terjadi pada gempa bumi Tehoru Maluku Tengah pada 16 Juni 2021, gempa bumi Mamasa 22 Juli 2021, gempa bumi Tojo-Una-Una (26 Juli 2021 dan 28 Agustus 2021), gempa bumi Brebes 28 September 2021
Kemudian gempa bumi Bangli-Karangasem 16 Oktober 2021, gempa bumi Ambarawa 23 Oktober hingga awal bulan November 2021, gempa bumi Seram Utara 4 November 2021, dan gempa bumi Kepulauan Selayar 14 Desember 2021.
"Kegiatan penyelidikan gempa bumi harus terus dilakukan guna mengetahui karakteristik sumber-sumber gempa bumi yang belum teridentifikasi. Karakteristik sumber – sumber gempa bumi tersebut harus diidentifikasi sebagai masukan untuk melakukan pemutakhiran peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempa Bumi," ujarnya.
Peta KRB Gempa Bumi berguna untuk mendukung kegiatan mitigasi gempa bumi dan masukan pada revisi penataan ruang. Hanya dengan upaya mitigasi, risiko dari kejadian gempa bumi yang mungkin akan berulang di kemudian hari akan dapat diminimalisir.
Sementara menurut Minster dan Jordan, 1978 dalam Yeats tahun 1997 Lempeng Benua Eurasia yang bergerak lambat ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm per tahun. Kemudian Lempeng Samudera Indo-Australia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan sekitar 7 cm per tahun.
Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak ke arah barat dengan kecepatan sekitar 11 cm per tahun. Terakhir Lempeng Laut Philiphina yang bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan sekitar 8 cm per tahun.
Empat lempeng aktif ini bergerak dengan kecepatannya masing-masing dan kapan pun bisa menimbulkan terjadinya pergerakan tanah. Patahan tanah hasil dari pergerakan lempeng ini bisa menyebabkan gempa bumi dan tsunami.
Baca Juga
Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono menjelaskan, pertemuan antar lempeng tersebut mengakibatkan terbentuknya cekungan muka, cekungan belakang, jalur magmatik, pola struktur geologi dan sumber gempa bumi yaitu zona subduksi, zona kolisi, dan sesar aktif.
"Kejadian gempa bumi merusak tahun 2021 sebagian besar bersumber dari sesar aktif, dan beberapa yang bersumber dari zona penunjaman," katanya, Senin (3/1/2022).
Namun begitu, ada hal menarik dari kejadian gempa bumi merusak tahun 2021 yaitu terdapat beberapa kejadian yang sumbernya belum terdidentifikasi sebelumnya.
Keanehan itu terjadi pada gempa bumi Tehoru Maluku Tengah pada 16 Juni 2021, gempa bumi Mamasa 22 Juli 2021, gempa bumi Tojo-Una-Una (26 Juli 2021 dan 28 Agustus 2021), gempa bumi Brebes 28 September 2021
Kemudian gempa bumi Bangli-Karangasem 16 Oktober 2021, gempa bumi Ambarawa 23 Oktober hingga awal bulan November 2021, gempa bumi Seram Utara 4 November 2021, dan gempa bumi Kepulauan Selayar 14 Desember 2021.
"Kegiatan penyelidikan gempa bumi harus terus dilakukan guna mengetahui karakteristik sumber-sumber gempa bumi yang belum teridentifikasi. Karakteristik sumber – sumber gempa bumi tersebut harus diidentifikasi sebagai masukan untuk melakukan pemutakhiran peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gempa Bumi," ujarnya.
Peta KRB Gempa Bumi berguna untuk mendukung kegiatan mitigasi gempa bumi dan masukan pada revisi penataan ruang. Hanya dengan upaya mitigasi, risiko dari kejadian gempa bumi yang mungkin akan berulang di kemudian hari akan dapat diminimalisir.
Sementara menurut Minster dan Jordan, 1978 dalam Yeats tahun 1997 Lempeng Benua Eurasia yang bergerak lambat ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm per tahun. Kemudian Lempeng Samudera Indo-Australia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan sekitar 7 cm per tahun.
Lempeng Samudera Pasifik yang bergerak ke arah barat dengan kecepatan sekitar 11 cm per tahun. Terakhir Lempeng Laut Philiphina yang bergerak ke arah barat laut dengan kecepatan sekitar 8 cm per tahun.
(shf)