Kisah Serangan Berdarah Sekutu Sriwijaya saat Berlangsung Resepsi Pernikahan Airlangga
loading...
A
A
A
Pesta resepsi tengah digelar Raja Dharmawangsa Teguh, untuk pernikahan putrinya dengan keponakannya sendiri, Arilangga. Pesta besar-besaran itu digelar di Wwatan, yakni ibu kota Kerajaan Medang.
Raja Dharmawangsa Teguh merupakan saudara dari ibu Airlangga, Mahendradatta. Saat pesta tengah berlangsung, tiba-tiba sekutu Kerajaan Sriwijaya, Raja Wurawari dari Lwaram melakukan serangan mematikan di pusat kerajaan Medang.
Serangan mematikan Raja Wurawari itu, terjadi tahun 928 Saka atau sekitar tahun 1006-1007 Masehi, dan tercatat dalam prasasti Pucangan. Akibat serangan mematikan itu, Raja Dharmawangsa Teguh tewas bersimbah darah.
Airlangga sendiri yang baru menjadi pengantin, berhasil meloloskan diri dari serangan mematikan itu. Dia lari ke hutan yang kini masuk wilayah Wanagiri. Tak sendirian, Airlangga yang masih berusia 16 tahun melarikan diri ditemani Mpu Narotama.
Untuk menyelamatkan diri, Arilangga dibantu Mpu Narotama terus mengembara dan menjadi pertapa. Bahkan, dari Wanagiri dia mengembara lalu bertapa di Sendang Made yang kini berada di wilayah Kabupaten Jombang.
Pengembaraan panjang Airlangga, berakhir setelah tiga tahun pelariannya sejak peristiwa mematikan di pusat Kerajaan Medang. Dia didatangi utusan rakyat dan memintanya membangun kembali Kerajaan Medang, yang telah porak-poranda.
Ibu kota Kerajaan Medang, Wwatan telah hancur lebur akibat serangan Raja Wurawari. Airlangga akhirnya memutuskan untuk membangun ibu kota baru Kerajaan Medan, yakni di Wwtan Mas yang ada di sekitar Gunung Penanggungan.
Kondisi Kerajaan Medang yang hancur lebur, membuat wilayah kekuasaan Airlangga saat naik tahta pada tahun 1009 Masehi, hanya meliputi daerah Sidoarjo, dan Pasuruan saja. Airlangga naik takhta dengan gelar, Sri Maharaja Rakai Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa.
Keberuntungan datang, saat Kerajaan Sriwijaya dihancurkan Rajendra Coladewa, Raja Colamandala dari India, pada tahun 1023 Masehi. Takluknya Kerajaan Sriwijaya, dari kerajaan India, membuat langkah Airlangga semakin leluasa untuk menaklukkan wilayah Pulau Jawa.
Airlangga memerintah Kerajaan Kahuripan pada 1009-1042 Masehi. Dalam masa ini, dia mulai melakukan ekspansi kekuasaan sekitar tahun 1025 Masehi. Memanfaatkan semakin surutnya kekuasaan Sriwijaya.
Upaya ekspansi kekuasaan ini, dilakukan Airlangga untuk menegakkan kembali kekuasaan Wangsa Isyana yang pernah menguasai Pulau Jawa melalui Kerajaan Mataram Kuno. Upaya ini harus dilalui Airlangga dengan darah dan air mata.
Ekspansi kekuasaan pertama dimulai dengan menundukkan Raja Hasin dari selatan Wengker, yang kini masuk wilayah Kabupaten Trenggalek. Sekitar tahun 1030 Masehi, kemenangan kembali berhasil diraih Airlangga dengan menundukkan Raja Wuratan, Wisnuprabhawa; dan Raja Wengker, Wijayawarma.
Selain itu, Airlangga juga berhasil menaklukkan Raja Lewa, Panuda. Penaklukan Lewa, berupaya dibalas oleh anak Panuda, pada tahun 1031 Masehi. Tetapi, upaya ini dibalas Airlangga dengan menghancurkan ibu kota Lewa.
Upaya penguasaan Pulau Jawa, yang dilakukan Airlangga, tersandung kekuatan Ratu Lodoyong. Raja Wanita yang berkuasa di wilayah selatan, yang kini dikenal wilayah Kabupaten Tulungagung tersebut, berhasil menghancurkan pasukan Airlangga pada tahun 1032 Masehi.
Bahkan, Istana Kerajaan Kahuripan di Wwatan Mas turut Dihancurkan oleh Ratu Lodoyong. Kekalahan ini, memaksa Airlangga kembali melarikan diri. Kali ini Airlangga melarikan di ke Desa Patakan, bersama Mapanji Tumanggala.
Kekalahan Airlangga dari raja wanita tersebut, juga termuat dalam Prasasti Terep berangka tahun 1032 Masehi. Kehancuran itu tak membuat Airlangga surut langkah. Berdasarkan Prasasti Kamalagyan tahun 1037 Masehi, Airlangga kembali menyusun kekuatan, dan mendirikan istana baru di Kahuripan, atau sekaran di sekitar Kabupaten Sidoarjo.
Dari istana baru itu, Airlangga mampu menyusun kekuatan dahsyat, sehingga mampu menghancurkan Ratu Lodoyong, pada tahun 1032. Dibantu Mpu Narotama, masih pada tahun 1032 Airlangga akhirnya mampu menghancurkan Raja Wurawari yang pernah menghancurkan pesta pernikahannya.
Upaya melanggengkan kekuasaan terus dilanjutkan Airlangga, dengan menghancurkan Raja Wengker, Wijayawarma, pada tahun 1035 Masehi. Panaklukkan ini diwarnai dengan pembunuhan Wijayawarma oleh rakyatnya sendiri secara beramai-ramai.
Airlangga merupakan putra pasangan Udayana dari Bali, dengan istrinya Mahendratta yang masih keturunan Mataram Kuno. Airlangga dilahirkan sekitar tahun 990 Masehi, dan wafat pada tahun 1049 Masehi.
Dari buah perkawinannya, Airlangga dikaruniai tiga putra, yakni Sanggramawijaya Tunggadewi, Mapanji Garasakan, Sri Samarawijaya. Airlangga menjadi pendiri dan sekaligus satu-satunya raja Kahuripan, yang berkuasa pada 1009-1042 Masehi.
Kerajaan Kahuripan merupakan lanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Timur, atau juga disebut Kerajaan Medang. Dikutip dari buku "Airlangga Biografi Raja Pembaru Jawa Abad XI" karya Ninie Susanti, ada beberapa langkah visioner yang dilakukan Airlangga usai dinyatakan menjadi raja oleh para pendeta dan rakyatnya.
Kebijakan-kebijakan yang ditempuh Airlangga dalam memerintah Kerajaan Kahuripan ini digambarkan melalui beberapa prasasti, seperti Prasasti Cane, Baru, Terep, Kamalagyan, Turunhyang A.
Beberapa kebijakan konon disebut prasasti itu tak lazim pada kerajaan masa itu. Penyederhanaan sistem birokrasi pejabat pemerintahan diambil oleh Airlangga. selain itu Airlangga memberi perhatian besar kepada kesejahteraan rakyat.
Upaya membangun kesejahteraan rakyat ini, diwujudkan Airlangga dalam bentuk pemberian hadiah, kepada siapa saja yang berjasa bagi pemerintah dan raja, serta peningkatan pemeliharaan sarana umum, misalkan bangunan suci, bendungan, dan irigasi.
Di bidang keagamaan, Raja Airlangga memberi perhatian besar kepada kehidupan beragama di kerajaannya. Hal ini terlihat dengan selalu diikutsertakannya pada pendeta di dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan pemerintahan saat itu.
Raja Airlangga juga melakukan perbaikan beberapa sarana prasarana umum yang berkaitan dengan hajat hidup dan matapencaharian rakyatnya. Perbaikan Bendungan Waringin Sapta, sehingga mengakibatkan berfungsi kembalinya pelabuhan regional Hujun Galuh, menjadi salah satunya.
Di bidang sosial pemberian hak istimewa dari raja kepada orang-orang yang telah berjasa secara individu, maupun keluarga ataupun seluruh penduduk desa. Bahkan karena kebijakan-kebijakan tersebut, menjadikan Kerajaan Kahuripan begitu disegani dan dilirik oleh kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara.
Beberapa kerajaan di Asia Selatan, dan Asia Tenggara, menjalin kerjasama dengan Kahuripan di bawah pemerintahan Airlangga. Kerjasama ini meliputi bidang politik, ekonomi, dan perkembangan agama-agama yang ada di Asia Selatan dan Tenggara.
Tak hanya kerajaan di luar Nusantara, beberapa kerajaan di Nusantara juga menjalin kerjasama dengan Kahuripan. Beberapa kerajaan misalnya Kerajaan Bali di bawah Dinasti Warmadewa, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Melayu, Kerajaan Sunda, dan Kerajaan Mataram Hindu, bekerjasama dengan Airlangga.
Raja Airlangga menghidupkan kembali negara di Jawa bagian timur, tapi generasi berikutnya menuduhnya menghancurkan hasil karyanya sendiri dengan membagi kerajaannya di antara dua putranya.
Airlangga membagi kekuasaannya, lantaran sama-sama menyayangi kedua putranya. Kedua kerajaan itu yaitu Kerajaan Panjalu, dan Kerajaan Janggala. Letak keduanya dipisahkan Gunung Kawi, dan Sungai Brantas. Wilayah Kediri terletak sebelah barat Gunung Kawi, sedangkan Janggala di sebelah timur Gunung Kawi.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
Raja Dharmawangsa Teguh merupakan saudara dari ibu Airlangga, Mahendradatta. Saat pesta tengah berlangsung, tiba-tiba sekutu Kerajaan Sriwijaya, Raja Wurawari dari Lwaram melakukan serangan mematikan di pusat kerajaan Medang.
Serangan mematikan Raja Wurawari itu, terjadi tahun 928 Saka atau sekitar tahun 1006-1007 Masehi, dan tercatat dalam prasasti Pucangan. Akibat serangan mematikan itu, Raja Dharmawangsa Teguh tewas bersimbah darah.
Airlangga sendiri yang baru menjadi pengantin, berhasil meloloskan diri dari serangan mematikan itu. Dia lari ke hutan yang kini masuk wilayah Wanagiri. Tak sendirian, Airlangga yang masih berusia 16 tahun melarikan diri ditemani Mpu Narotama.
Untuk menyelamatkan diri, Arilangga dibantu Mpu Narotama terus mengembara dan menjadi pertapa. Bahkan, dari Wanagiri dia mengembara lalu bertapa di Sendang Made yang kini berada di wilayah Kabupaten Jombang.
Pengembaraan panjang Airlangga, berakhir setelah tiga tahun pelariannya sejak peristiwa mematikan di pusat Kerajaan Medang. Dia didatangi utusan rakyat dan memintanya membangun kembali Kerajaan Medang, yang telah porak-poranda.
Ibu kota Kerajaan Medang, Wwatan telah hancur lebur akibat serangan Raja Wurawari. Airlangga akhirnya memutuskan untuk membangun ibu kota baru Kerajaan Medan, yakni di Wwtan Mas yang ada di sekitar Gunung Penanggungan.
Kondisi Kerajaan Medang yang hancur lebur, membuat wilayah kekuasaan Airlangga saat naik tahta pada tahun 1009 Masehi, hanya meliputi daerah Sidoarjo, dan Pasuruan saja. Airlangga naik takhta dengan gelar, Sri Maharaja Rakai Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Anantawikramatunggadewa.
Baca Juga
Keberuntungan datang, saat Kerajaan Sriwijaya dihancurkan Rajendra Coladewa, Raja Colamandala dari India, pada tahun 1023 Masehi. Takluknya Kerajaan Sriwijaya, dari kerajaan India, membuat langkah Airlangga semakin leluasa untuk menaklukkan wilayah Pulau Jawa.
Airlangga memerintah Kerajaan Kahuripan pada 1009-1042 Masehi. Dalam masa ini, dia mulai melakukan ekspansi kekuasaan sekitar tahun 1025 Masehi. Memanfaatkan semakin surutnya kekuasaan Sriwijaya.
Upaya ekspansi kekuasaan ini, dilakukan Airlangga untuk menegakkan kembali kekuasaan Wangsa Isyana yang pernah menguasai Pulau Jawa melalui Kerajaan Mataram Kuno. Upaya ini harus dilalui Airlangga dengan darah dan air mata.
Ekspansi kekuasaan pertama dimulai dengan menundukkan Raja Hasin dari selatan Wengker, yang kini masuk wilayah Kabupaten Trenggalek. Sekitar tahun 1030 Masehi, kemenangan kembali berhasil diraih Airlangga dengan menundukkan Raja Wuratan, Wisnuprabhawa; dan Raja Wengker, Wijayawarma.
Selain itu, Airlangga juga berhasil menaklukkan Raja Lewa, Panuda. Penaklukan Lewa, berupaya dibalas oleh anak Panuda, pada tahun 1031 Masehi. Tetapi, upaya ini dibalas Airlangga dengan menghancurkan ibu kota Lewa.
Baca Juga
Upaya penguasaan Pulau Jawa, yang dilakukan Airlangga, tersandung kekuatan Ratu Lodoyong. Raja Wanita yang berkuasa di wilayah selatan, yang kini dikenal wilayah Kabupaten Tulungagung tersebut, berhasil menghancurkan pasukan Airlangga pada tahun 1032 Masehi.
Bahkan, Istana Kerajaan Kahuripan di Wwatan Mas turut Dihancurkan oleh Ratu Lodoyong. Kekalahan ini, memaksa Airlangga kembali melarikan diri. Kali ini Airlangga melarikan di ke Desa Patakan, bersama Mapanji Tumanggala.
Kekalahan Airlangga dari raja wanita tersebut, juga termuat dalam Prasasti Terep berangka tahun 1032 Masehi. Kehancuran itu tak membuat Airlangga surut langkah. Berdasarkan Prasasti Kamalagyan tahun 1037 Masehi, Airlangga kembali menyusun kekuatan, dan mendirikan istana baru di Kahuripan, atau sekaran di sekitar Kabupaten Sidoarjo.
Dari istana baru itu, Airlangga mampu menyusun kekuatan dahsyat, sehingga mampu menghancurkan Ratu Lodoyong, pada tahun 1032. Dibantu Mpu Narotama, masih pada tahun 1032 Airlangga akhirnya mampu menghancurkan Raja Wurawari yang pernah menghancurkan pesta pernikahannya.
Upaya melanggengkan kekuasaan terus dilanjutkan Airlangga, dengan menghancurkan Raja Wengker, Wijayawarma, pada tahun 1035 Masehi. Panaklukkan ini diwarnai dengan pembunuhan Wijayawarma oleh rakyatnya sendiri secara beramai-ramai.
Airlangga merupakan putra pasangan Udayana dari Bali, dengan istrinya Mahendratta yang masih keturunan Mataram Kuno. Airlangga dilahirkan sekitar tahun 990 Masehi, dan wafat pada tahun 1049 Masehi.
Dari buah perkawinannya, Airlangga dikaruniai tiga putra, yakni Sanggramawijaya Tunggadewi, Mapanji Garasakan, Sri Samarawijaya. Airlangga menjadi pendiri dan sekaligus satu-satunya raja Kahuripan, yang berkuasa pada 1009-1042 Masehi.
Kerajaan Kahuripan merupakan lanjutan dari Kerajaan Mataram Kuno periode Jawa Timur, atau juga disebut Kerajaan Medang. Dikutip dari buku "Airlangga Biografi Raja Pembaru Jawa Abad XI" karya Ninie Susanti, ada beberapa langkah visioner yang dilakukan Airlangga usai dinyatakan menjadi raja oleh para pendeta dan rakyatnya.
Kebijakan-kebijakan yang ditempuh Airlangga dalam memerintah Kerajaan Kahuripan ini digambarkan melalui beberapa prasasti, seperti Prasasti Cane, Baru, Terep, Kamalagyan, Turunhyang A.
Beberapa kebijakan konon disebut prasasti itu tak lazim pada kerajaan masa itu. Penyederhanaan sistem birokrasi pejabat pemerintahan diambil oleh Airlangga. selain itu Airlangga memberi perhatian besar kepada kesejahteraan rakyat.
Baca Juga
Upaya membangun kesejahteraan rakyat ini, diwujudkan Airlangga dalam bentuk pemberian hadiah, kepada siapa saja yang berjasa bagi pemerintah dan raja, serta peningkatan pemeliharaan sarana umum, misalkan bangunan suci, bendungan, dan irigasi.
Di bidang keagamaan, Raja Airlangga memberi perhatian besar kepada kehidupan beragama di kerajaannya. Hal ini terlihat dengan selalu diikutsertakannya pada pendeta di dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan pemerintahan saat itu.
Raja Airlangga juga melakukan perbaikan beberapa sarana prasarana umum yang berkaitan dengan hajat hidup dan matapencaharian rakyatnya. Perbaikan Bendungan Waringin Sapta, sehingga mengakibatkan berfungsi kembalinya pelabuhan regional Hujun Galuh, menjadi salah satunya.
Di bidang sosial pemberian hak istimewa dari raja kepada orang-orang yang telah berjasa secara individu, maupun keluarga ataupun seluruh penduduk desa. Bahkan karena kebijakan-kebijakan tersebut, menjadikan Kerajaan Kahuripan begitu disegani dan dilirik oleh kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara.
Beberapa kerajaan di Asia Selatan, dan Asia Tenggara, menjalin kerjasama dengan Kahuripan di bawah pemerintahan Airlangga. Kerjasama ini meliputi bidang politik, ekonomi, dan perkembangan agama-agama yang ada di Asia Selatan dan Tenggara.
Baca Juga
Tak hanya kerajaan di luar Nusantara, beberapa kerajaan di Nusantara juga menjalin kerjasama dengan Kahuripan. Beberapa kerajaan misalnya Kerajaan Bali di bawah Dinasti Warmadewa, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Melayu, Kerajaan Sunda, dan Kerajaan Mataram Hindu, bekerjasama dengan Airlangga.
Raja Airlangga menghidupkan kembali negara di Jawa bagian timur, tapi generasi berikutnya menuduhnya menghancurkan hasil karyanya sendiri dengan membagi kerajaannya di antara dua putranya.
Airlangga membagi kekuasaannya, lantaran sama-sama menyayangi kedua putranya. Kedua kerajaan itu yaitu Kerajaan Panjalu, dan Kerajaan Janggala. Letak keduanya dipisahkan Gunung Kawi, dan Sungai Brantas. Wilayah Kediri terletak sebelah barat Gunung Kawi, sedangkan Janggala di sebelah timur Gunung Kawi.
Lihat Juga: Kisah Tumenggung Pati Pembisik Sultan Amangkurat I Meredam Konflik Kesultanan Mataram dengan Banten
(eyt)