Sepekan Terakhir Hoaks Omicron Gencar, Kominfo Imbau Warga Bijak Pilih Informasi

Minggu, 12 Desember 2021 - 22:37 WIB
loading...
Sepekan Terakhir Hoaks...
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengakui bahwa sepekan terakhir hoaks seputar virus COVID-19 varian Omicron semakin gencar. Karena itu, warga diminta cerdas memilih informasi. Foto ist
A A A
BOGOR - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengakui bahwa sepekan terakhir hoaks seputar virus COVID-19 varian Omicron semakin gencar. Karena itu, warga diminta cerdas memilih informasi agar tidak terpapar berita hoaks tersebut.

Juru Bicara Kominfo, Dedy Permadi mengatakan, survei yang dilakukan Katadata Insight dan Kementerian Kominfo
menunjukkan, setidaknya 30 hingga 60 persen masyarakat di Indonesia terpapar hoaks saat mengakses dan berkomunikasi di dunia maya.

Hal ini harus menjadi perhatian bersama agar masyarakat tidak terjebak dalam informasi yang keliru. “Mari semakin cerdas dalam memilah informasi agar angka persebaran COVID-19 terus menurun, menuju aktivitas yang lebih aman dan produktif,” ajak Juru Bicara Kominfo, Dedy Permadi dalam pernyataannya, Minggu (12/12/2021

Dedy menyampaikan bahwa hasil pantauan pihaknya, dari 17 isu hoaks seputar COVID-19 yang beredar selama seminggu terakhir, terdapat beberapa contoh hoaks dan disinformasi yang perlu ditangkal bersama.

Pertama, pada 2 Desember tersebar hoaks melalui sebuah gambar tangkapan layar pada situs WHO. Gambar ini memperlihatkan bahwa varian Omicron terdaftar pada November 2020 dan bukan varian COVID-19 terbaru."Kedua, pada 3 Desember beredar hoaks melalui sebuah video di media sosial yang mengklaim bahwa penyintas COVID-19 tidak perlu divaksin karena memiliki kekebalan natural," beber Dedy.

Ketiga, lanjutnya, pada tanggal yang sama, beredar disinformasi di media sosial sebuah poster film berjudul The Omicron. Film ini diklaim tayang pada tahun 1963.

Keempat, pada 4 Desember beredar disinformasi postingan di media sosial yang membagikan daftar dugaan gejala virus Corona varian Omicron dan menyiratkan bahwa gejala tersebut sebenarnyamerupakan komplikasi dari vaksin COVID-19.

Kelima, pada hari yang sama, tambah Dedy, beredar hoaks di media sosial bahwa varian baru Omicron telah dijadwalkan oleh WHO melalui tabel abjad Omicron dengan keterangan bulan Mei 2022."

Keenam, pada 5 Desember, disinformasi video yang berisikan kumpulan atlet yang jatuh pingsan,dikaitkan dengan efek vaksin COVID-19 membuat masalah jantung atau miokarditis pada olahragawan," bebernya.

Menurut Dedy, dengan ditemukannya varian baru seperti Omicron, maka semua pihak perlu waspada terhadap kabar bohong yang beredar. Karena itu selain mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada, Dedy meminta agar tetap taat protokol kesehatan. "Tetap mengikuti kebijakan yang berlaku, dan menggencarkan vaksinasi untuk menekan risiko persebaran COVID-19," ujarnya.
(don)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3101 seconds (0.1#10.140)