Sambangi Pengungsi Konflik Bersenjata Maybrat, Komnas Perempuan: Banyak Masalah
loading...
A
A
A
SORONG - Komisi Nasional (Komnas) Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, mendatangi para pengungsi konflik bersenjata di Kabupaten Maybrat. Konflik bersenjata yang terjadi pada bulan September 2021 tersebut, membuat empat personel TNI AD gugur.
Dua komisioner Komas Perempuan, Andy Yentriyani, dan Theresia Iswarini melakukan peninjauan terhadap para pengungsi di Kampung Aimamos, Distrik Aimas, Kabupaten Sorong, Rabu (8/12/2021).
Dalam peninjauan tersebut, Komnas Perempuan langsung memantau kondisi pengungsi khususnya para perempuan asli Papua, untuk memastikan kondisi mereka seusai penyerangan tersebut.
Andy Yentriyani mengatakan, Komnas Perempuan tetap memberikan perhatian pada situasi khusus seperti di pengungsian. "Dari yang kami ketahui di lapangkan, banyak sekali perempuan di tempat pengungsian pasca peristiwa konflik bersenjata mengalami kesulitan," ujar Andy, Kamis (9/12/2021).
Andy mengaku, dari hasil di lapangan, banyak perempuan yang menceritakan tentang sulitnya proses evakuasi saat kejadian di Kisor. "Tentunya, mereka juga merasa ketakutan dan khawatir terhadap kehidupannya serta keluarganya," tuturnya.
Untuk pengungsi di Kota Sorong, jelas Andy, rata-rata merasa sudah menjadi beban bagi anggota keluarganya. Sebagai keluarga, mereka merasa dalam situasi ini harusnya saling membantu. Namun, sebagai keluarga para perempuan ini justru merasa menjadi beban bagi keluarga yang ada.
Mereka berharap, bisa segera pulang ke rumah masing-masing, dan mendapatkan jaminan keamanan. "Kami tentunya akan mencoba untuk menyampaikan aspirasi perempuan-perempuan ini, kepada pihak yang relevan dalam proses penanganan," kata Andy.
Diharapkan para pengungsi ini bisa pulang ke rumah masing-masing, supaya bisa menata kehidupannya lebih baik. Ia menuturkan, untuk Kota Sorong, para pengungsi Maybrat, diterima sudah sebagai keluarga.
Jadi, perempuan pengungsi di Kota Sorong, bisa menitipkan anak-anaknya ke sejumlah lembaga pendidikan. "Perempuan yang punya anak masih kecil, dia bisa akses pelayanan kesehatan berupa posyandu dan lainnya," kata Andy.
Hanya saja, yang mereka khawatir bukan saudaranya di Kota Sorong. Namun justru mereka takuti adalah saudaranya di Maybrat dan lainnya. "Permohonan ibu-ibu yang mengungsi pasca kejadian Kisor sederhana, cukup kembali ke Kampung untuk mengelola kebun dan lainnya, sembari keamanan harus dijamin," pungkasnya.
Lihat Juga: Bawaslu Ungkap Pilkada Puncak Jaya Ricuh, Terjadi Perang Antarpendukung hingga Pembakaran Rumah
Dua komisioner Komas Perempuan, Andy Yentriyani, dan Theresia Iswarini melakukan peninjauan terhadap para pengungsi di Kampung Aimamos, Distrik Aimas, Kabupaten Sorong, Rabu (8/12/2021).
Dalam peninjauan tersebut, Komnas Perempuan langsung memantau kondisi pengungsi khususnya para perempuan asli Papua, untuk memastikan kondisi mereka seusai penyerangan tersebut.
Andy Yentriyani mengatakan, Komnas Perempuan tetap memberikan perhatian pada situasi khusus seperti di pengungsian. "Dari yang kami ketahui di lapangkan, banyak sekali perempuan di tempat pengungsian pasca peristiwa konflik bersenjata mengalami kesulitan," ujar Andy, Kamis (9/12/2021).
Andy mengaku, dari hasil di lapangan, banyak perempuan yang menceritakan tentang sulitnya proses evakuasi saat kejadian di Kisor. "Tentunya, mereka juga merasa ketakutan dan khawatir terhadap kehidupannya serta keluarganya," tuturnya.
Untuk pengungsi di Kota Sorong, jelas Andy, rata-rata merasa sudah menjadi beban bagi anggota keluarganya. Sebagai keluarga, mereka merasa dalam situasi ini harusnya saling membantu. Namun, sebagai keluarga para perempuan ini justru merasa menjadi beban bagi keluarga yang ada.
Mereka berharap, bisa segera pulang ke rumah masing-masing, dan mendapatkan jaminan keamanan. "Kami tentunya akan mencoba untuk menyampaikan aspirasi perempuan-perempuan ini, kepada pihak yang relevan dalam proses penanganan," kata Andy.
Diharapkan para pengungsi ini bisa pulang ke rumah masing-masing, supaya bisa menata kehidupannya lebih baik. Ia menuturkan, untuk Kota Sorong, para pengungsi Maybrat, diterima sudah sebagai keluarga.
Jadi, perempuan pengungsi di Kota Sorong, bisa menitipkan anak-anaknya ke sejumlah lembaga pendidikan. "Perempuan yang punya anak masih kecil, dia bisa akses pelayanan kesehatan berupa posyandu dan lainnya," kata Andy.
Hanya saja, yang mereka khawatir bukan saudaranya di Kota Sorong. Namun justru mereka takuti adalah saudaranya di Maybrat dan lainnya. "Permohonan ibu-ibu yang mengungsi pasca kejadian Kisor sederhana, cukup kembali ke Kampung untuk mengelola kebun dan lainnya, sembari keamanan harus dijamin," pungkasnya.
Lihat Juga: Bawaslu Ungkap Pilkada Puncak Jaya Ricuh, Terjadi Perang Antarpendukung hingga Pembakaran Rumah
(eyt)