Kabut Gelap Gajah Mada di Trowulan yang Butakan Musuh Majapahit
loading...
A
A
A
KISAH Mahapatih Gajah Mada selalu menarik diulas. Konon, Gaja Mada memiliki kesaktian yang bisa mendatangkan kabut tebal, sehingga membutakan mata musuh yang hendak menyerang Kerajaan Majapahit.
Seperti yang tampak di Trowulan, kecamatan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia. Dalam kitab Kakawin Nagarakretagama yang ditulis Empu Prapanca, disebutkan bahwa Trowulan hampir setiap hari ditutupi oleh kabut.
Tetapi, itu bukan kabut sembarangan. Konon, kabut itu merupakan buatan Gajah Mada agar bisa melindungi Majapahit.
Umumnya kabut perlahan-lahan menghilang ketika hari semakin siang. Akan tetapi, kabut di Trowulan berbeda. Di mana, ketika hari semakin siang, justru kabut semakin gelap. Kabut di Trowulan juga aneh, karena di tempat panas.
Tidak hanya mendatangkan kabut tebal untuk menyelimuti Trowulan, berdasarkan cerita rakyat Gajah Mada juga bisa muncul dari balik pusaran angin, seperti dewa. Kesaktian Gajah Mada ini disebut berasal dari Kiai Pawagal.
Namun, tidak hanya Gajah Mada yang memiliki kemampuan mendatangkan kabut tebal itu. Saat terjadi pemberontakan Ra Kuti, Kerajaan Majapahit juga diselumuti kabut tebal, hingga Gajah Mada sendiri tidak bisa melihat.
Kabut itu diturunkan dari Gunung Arjuno dan Gunung Anjasmoro, sengaja untuk mengelabui pandangan Gajah Mada.
Dalam Serat Pararaton, disebutkan bahwa dari sekian banyak pemberontakan yang paling berbahaya di pemerintahan Jayanegara adalah pemberontakan Ra Kuti yang mendapat dukungan dari Ra Yuyu, Ra Tanca, Winehsuka (1319).
Pemberontakan ini berhasil mengusir Jayanegara keluar dari Kerajaan Majapahit bersama keluarganya dan mengungsi ke Desa Bedander. Serangan pemberontakan itu diawali dengan kabut tebal yang menyelimuti Majapahit.
Setelah menguasai Majapahit, Ra Kuti naik takhta menjadi raja. Tetapi tidak berlangsung lama, karena ketidakbecusan, terjadi kekacauan di mana-mana. Perampokan, pembunuhan, pemerkosaan dan rakyat diteror.
Saat rakyat Majapahit tengah mengalami penderitaan, Gajah Maja menyiapkan serangan balasan terhadap Ra Kuti. Pertama-tama, Gajah Mada membunuh Singa Parapen yang menjadi tetik sandi atau mata-mata dari Ra Kuti.
Kemudian, dia mengumpulkan pasukan Bhayangkara dan yang masih setia dengan Jayanegara, serta memanggil kepala pasukan yang tengah bertugas di Bali. Serangan Gajah Mada berhasil, Ra Kuti berhasil ditaklukan.
Setelah Kerajaan Majapahit diambil alih, Jayanegara beserta keluarganya kembali ke Majapahit dan melanjutkan tugas memimpin Kerajaan Majapahit. Demikian ulasan singkat Cerita Pagi ini diakhiri, semoga memberi manfaat.
Sumber Tulisan:
Langit Kresna Hariadi, Gajah Mada, Tiga Serangkai, 2004.
Sri Wintala Achmad, Pesona dan Sisi Kelam Majapahit, Araska, 2021.
Lihat Juga: Kisah Kitab Kuno Nagarakretagama Deskripsikan Kerajaan Besar yang Berkuasa di Pulau Jawa
Seperti yang tampak di Trowulan, kecamatan di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia. Dalam kitab Kakawin Nagarakretagama yang ditulis Empu Prapanca, disebutkan bahwa Trowulan hampir setiap hari ditutupi oleh kabut.
Tetapi, itu bukan kabut sembarangan. Konon, kabut itu merupakan buatan Gajah Mada agar bisa melindungi Majapahit.
Umumnya kabut perlahan-lahan menghilang ketika hari semakin siang. Akan tetapi, kabut di Trowulan berbeda. Di mana, ketika hari semakin siang, justru kabut semakin gelap. Kabut di Trowulan juga aneh, karena di tempat panas.
Tidak hanya mendatangkan kabut tebal untuk menyelimuti Trowulan, berdasarkan cerita rakyat Gajah Mada juga bisa muncul dari balik pusaran angin, seperti dewa. Kesaktian Gajah Mada ini disebut berasal dari Kiai Pawagal.
Namun, tidak hanya Gajah Mada yang memiliki kemampuan mendatangkan kabut tebal itu. Saat terjadi pemberontakan Ra Kuti, Kerajaan Majapahit juga diselumuti kabut tebal, hingga Gajah Mada sendiri tidak bisa melihat.
Kabut itu diturunkan dari Gunung Arjuno dan Gunung Anjasmoro, sengaja untuk mengelabui pandangan Gajah Mada.
Dalam Serat Pararaton, disebutkan bahwa dari sekian banyak pemberontakan yang paling berbahaya di pemerintahan Jayanegara adalah pemberontakan Ra Kuti yang mendapat dukungan dari Ra Yuyu, Ra Tanca, Winehsuka (1319).
Pemberontakan ini berhasil mengusir Jayanegara keluar dari Kerajaan Majapahit bersama keluarganya dan mengungsi ke Desa Bedander. Serangan pemberontakan itu diawali dengan kabut tebal yang menyelimuti Majapahit.
Setelah menguasai Majapahit, Ra Kuti naik takhta menjadi raja. Tetapi tidak berlangsung lama, karena ketidakbecusan, terjadi kekacauan di mana-mana. Perampokan, pembunuhan, pemerkosaan dan rakyat diteror.
Saat rakyat Majapahit tengah mengalami penderitaan, Gajah Maja menyiapkan serangan balasan terhadap Ra Kuti. Pertama-tama, Gajah Mada membunuh Singa Parapen yang menjadi tetik sandi atau mata-mata dari Ra Kuti.
Baca Juga
Kemudian, dia mengumpulkan pasukan Bhayangkara dan yang masih setia dengan Jayanegara, serta memanggil kepala pasukan yang tengah bertugas di Bali. Serangan Gajah Mada berhasil, Ra Kuti berhasil ditaklukan.
Setelah Kerajaan Majapahit diambil alih, Jayanegara beserta keluarganya kembali ke Majapahit dan melanjutkan tugas memimpin Kerajaan Majapahit. Demikian ulasan singkat Cerita Pagi ini diakhiri, semoga memberi manfaat.
Sumber Tulisan:
Langit Kresna Hariadi, Gajah Mada, Tiga Serangkai, 2004.
Sri Wintala Achmad, Pesona dan Sisi Kelam Majapahit, Araska, 2021.
Lihat Juga: Kisah Kitab Kuno Nagarakretagama Deskripsikan Kerajaan Besar yang Berkuasa di Pulau Jawa
(hsk)