Turbulensi Pilot Lokal di Aviasi Indonesia
loading...
A
A
A
Tentu ini menjadi harapan baru bagi para pilot muda yang ingin menambah jam terbang. Meski demikian, penerbangan perintis juga membutuhkan armada baru, dan juga rute, untuk menciptakan lapangan kerja bagi pilot.
Ternyata tantangan pilot muda tak sampai di situ. Persaingan para pilot lokal di penerbangan perintis adalah kehadiran pilot asing yang juga punya maksud dan tujuan serupa. Meski sudah ada regulasi soal batas waktu pilot asing, masalah pengangguran pilot lokal belum selesai.
Hal ini dibenarkan oleh Fariz Dzulfikar, pilot muda lulusan salah satu sekolah penerbang, tahun 2017.
“Memang sangat sulit, saya coba melamar ke beberapa perusahaan tapi memang terkendala dengan syarat minimal jam terbang. Apalagi saat pandemi peluang berkarir semakin kecil karena maskapai tidak membuka penerimaan sebagai Pilot,” paparnya.
Lebih lanjut Fariz menuturkan bahkan rekan-rekan pilot yang lulus saat pandemi, ada yang belum pernah sama sekali merasakan terpanggil oleh maskapai.
“Beberapa dari mereka mengambil kuliah sambil menunggu penerimaan maskapai. Saya pun tahun 2019 memutuskan untuk kuliah online untuk mengisi kegiatan dan memulai bisnis properti,” terangnya kemudian.
Problem banyaknya pilot muda yang menganggur karena minimnya lapangan pekerjaan, khususnya lulusan baru, turut ditanggapi oleh Smart Aviation, maskapai yang melayani penerbangan perintis, survei udara, foto udara, kargo, hingga penumpang di beberapa daerah seperti Papua dan Kalimantan Utara.
Pongky Majaya, Presiden Direktur Smart Aviation mengatakan, pihaknya hingga kini terus berupaya menyediakan lapangan pekerjaan untuk pilot, khususnya pilot-pilot muda Indonesia. Baca Juga: Sekeluarga di Jambi Nekat Jadi Kurir Ekstasi Superman dan Sabu.
“Kami sangat mendukung pilot-pilot muda tanah air dengan membuka kesempatan kerja seluas-luasnya kepada mereka. Saat ini ada 17 orang pilot lulusan baru, semuanya lokal, yang berhasil mengikuti tahap seleksi, sekarang dalam masa gaining hours,” terang Pongky.
Dalam upaya mendukung supremasi pilot muda tanah air, Smart Aviation memutuskan untuk tidak memungut biaya apapun kepada co-pilot, mulai dari tahapan training hingga bisa terbang membawa bendera Smart Aviation.
Ternyata tantangan pilot muda tak sampai di situ. Persaingan para pilot lokal di penerbangan perintis adalah kehadiran pilot asing yang juga punya maksud dan tujuan serupa. Meski sudah ada regulasi soal batas waktu pilot asing, masalah pengangguran pilot lokal belum selesai.
Hal ini dibenarkan oleh Fariz Dzulfikar, pilot muda lulusan salah satu sekolah penerbang, tahun 2017.
“Memang sangat sulit, saya coba melamar ke beberapa perusahaan tapi memang terkendala dengan syarat minimal jam terbang. Apalagi saat pandemi peluang berkarir semakin kecil karena maskapai tidak membuka penerimaan sebagai Pilot,” paparnya.
Lebih lanjut Fariz menuturkan bahkan rekan-rekan pilot yang lulus saat pandemi, ada yang belum pernah sama sekali merasakan terpanggil oleh maskapai.
“Beberapa dari mereka mengambil kuliah sambil menunggu penerimaan maskapai. Saya pun tahun 2019 memutuskan untuk kuliah online untuk mengisi kegiatan dan memulai bisnis properti,” terangnya kemudian.
Problem banyaknya pilot muda yang menganggur karena minimnya lapangan pekerjaan, khususnya lulusan baru, turut ditanggapi oleh Smart Aviation, maskapai yang melayani penerbangan perintis, survei udara, foto udara, kargo, hingga penumpang di beberapa daerah seperti Papua dan Kalimantan Utara.
Pongky Majaya, Presiden Direktur Smart Aviation mengatakan, pihaknya hingga kini terus berupaya menyediakan lapangan pekerjaan untuk pilot, khususnya pilot-pilot muda Indonesia. Baca Juga: Sekeluarga di Jambi Nekat Jadi Kurir Ekstasi Superman dan Sabu.
“Kami sangat mendukung pilot-pilot muda tanah air dengan membuka kesempatan kerja seluas-luasnya kepada mereka. Saat ini ada 17 orang pilot lulusan baru, semuanya lokal, yang berhasil mengikuti tahap seleksi, sekarang dalam masa gaining hours,” terang Pongky.
Dalam upaya mendukung supremasi pilot muda tanah air, Smart Aviation memutuskan untuk tidak memungut biaya apapun kepada co-pilot, mulai dari tahapan training hingga bisa terbang membawa bendera Smart Aviation.