IRT Tewas karena Diduga Tersayat Pisau saat Operasi di Rumah Sakit, Perutnya Alami Pembusukan

Rabu, 20 Oktober 2021 - 08:46 WIB
loading...
IRT Tewas karena Diduga...
Megawati Abdul Gani seorang wanita warga Desa Lakeya, Kecamatan Tolangohula, Kabupaten Gorontalo meninggal dunia usai menjalani operasi pengangkatan miom dan kista di Rumah Sakit Multazam. Foto iNews TV/Burhan U
A A A
GORONTALO - Megawati Abdul Gani seorang wanita warga Desa Lakeya, Kecamatan Tolangohula, Kabupaten Gorontalo meninggal dunia usai menjalani operasi pengangkatan miom dan kista di Rumah Sakit Multazam . Pasca-operasi selama dirawat di rumah sakit korban mengalami luka bekas operasi dan mengeluarkan bau busuk dari perut korban bahkan pasien tidak diberikan resep obat apapun dari rumah sakit.
IRT Tewas karena Diduga Tersayat Pisau saat Operasi di Rumah Sakit, Perutnya Alami Pembusukan




Merasa tak puas dengan hasil operasi di Rumah Sakit Multazam, Yanto Antu suami korban meminta agar pasien segera dirujuk ke Rumah Sakit Aloe Saboe Gorontalo. Namun tak lama menjalani perawatan di rumah sakit tersebut korban meninggal dunia pada Jumat 15 Oktober 2021.

Menurut Yanto dugaan tindakan malapraktik dokter tersebut terjadi setelah dirinya dan istrinya dan berobat ke RS Multazam pada 16 September 2021 lalu.

"Saya dan istri melakukan konsultasi ke oknum dokter kandungan di RS Multazam dengan keluhan nyeri di bagian perut dan dengan gejala haid kurang lancar. Setelah dilakukan sejumlah pemeriksaan dokter mengatakan bahwa istri saya didiagnosa memiliki kista berukuran 5,0 dan dan miom berukuran 9,8," ujar Yanto, Senin (18/10/2021).
IRT Tewas karena Diduga Tersayat Pisau saat Operasi di Rumah Sakit, Perutnya Alami Pembusukan

Lalu dilakukan tindakan operasi namun tanpa ditemani oleh keluarga pada 20 September 2021 lalu. Namun dia menerima kabar kalau operasi tersebut diduga gagal akibat sayatan operasi di bagian usus .

"Dokter AW menyampaikan bahwa ini sudah sulit disembuhkan, terus saya tanya kenapa dokter, disini terungkap bahwa usus istri saya bocor karena ada sayatan di usus kecil, begitu juga usus besar. Saya sempat tanyakan ke dokter berarti ini operasinya gagal dok, terus dokternya sempat ngamuk. Katanya ini bukan gagal operasi tapi komplikasi atau resiko dari operasi. Terus saya minta lagi untuk dioperasi, tapi dibilang tidak bisa lagi dioperasi. Katanya sudah tidak bisa disembuhkan. Kemudian dokter yang melakukan operasi sudah tidak masuk lagi keesokan harinya. Dokter satunya mengatakan istri anda tidak ada tindakan medis lagi, bawa pulang ke rumah saja dan banyak berdoa. Saya mau dirujuk, tapi dia bilang kalau dirujuk sekalian nanti ada sayatan-sayatan baru sebab usus istri anda ini bermasalah," ungkap Yanto

Sehingga pasca operasi istrinya, kata Yanto, mengalami luka bekas operasi dan mengeluarkan bau busuk dari perutnya.

"Karena tak puas dengan hasil operasi di Rumah Sakit Multazam saya meminta agar pasien segera dirujuk ke Rumah Sakit Aloe Saboe Gorontalo. Anehnya saat dokter yang menangani korban di Rumah Sakit Aloe Saboe mengatakan bahwa dalam perut korban tidak ada kista dan miom seperti yang disampaikan dokter sebelumnya di Rumah Sakit Multazam," kata dia.

Semantara itu pihak Rumah Sakit Multazam membantah adanya tindakan malapraktik yang dilakukan dokternya saat mengoperasi pasien bernama Megawati Abdul Gani.

Bantahan itu disampaikan dr Alfred Wuisana dokter spesialis kandungan yang menangani pasien Megawati Abdul Gani.
IRT Tewas karena Diduga Tersayat Pisau saat Operasi di Rumah Sakit, Perutnya Alami Pembusukan

Dalam hearing yang digelar DPRD Kota Gorontalo pada Selasa siang kemarin dr Alfred mengaku tak ada niat untuk mencelakakan pasiennya saat tindakan medis.

Menurutnya operasi pengangkatan kista dan miom terhadap pasien sudah sesuai mekanisme kedokteran.

"Apa yang menjadi keluhan pasien adalah resiko pasca operasi karena miom yang bersarang di dalam perut korban sudah berukuran sebesar kepala bayi. Sehingga operasi tersebut memiliki resiko tinggi bahkan korban memiliki riwayat operasi perut pada tahun 2014 silam," kata dr Alfred.

Namun sebelum melakukan operasi dokter Alfred masih meminta keyakinan dan persetujuan kepada pasien.

"Tidak ada satu orang dokter pun dimanapun yang ada niat mencedarai atau membahayakan pasien. Saya bilang, ibu yakin mau dioperasi karena operasi ini lumayan besar dan ibu juga ada riwayat operasi tahun 2014. Jadi saya bilang kalau ada riwayat operasi itu biasanya ada resiko pelengketan, misalnya cedera kantong kencing dan usus. Saya bilang ke ibu semoga tidak akan terjadi seperti itu. Kalau ibu yakin, saya kasih rujukan dan ibu bilang iya boleh. Saya bilang nanti tanggal dua puluh operasinya dilaksanakan," ungkap dr Alfred.

Pihak rumah sakit juga menegaskan bahwa tindakan medis yang diberikan kepada pasien sudah sesuai mekanisme kedokteran



Namun saat ini majelis kehormatan kode etik kedokteran masih menyelidiki rekam medik pasien apakah memiliki unsur malapraktik atau tidak.
(sms)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2071 seconds (0.1#10.140)