Merayakan Sejarah di Hari Museum Nasional ke-6 dan Hari Jadi Barahmus DIY ke-50

Rabu, 13 Oktober 2021 - 08:33 WIB
loading...
A A A
“Dalam dua tahun terakhir, museum di Indonesia telah memperlihatkan ketangguhannya menghadapi efek panjang pandemi. Museum memastikan tugas utama tetap berjalan: mengedukasi masyarakat, dan juga untuk misi pelestarian, dan telah memanfaatkan TI agar mudah diakses masyarakat," jelas Putu.

Puncak Acara Hari Museum Indonesia digelar sejak pagi hari, dimulai dengan Webinar Internasional yang diikuti secara antusias oleh lebih dari 650 peserta. Webinar ini menghadirkan pakar-pakar museum dan sejarah berskala nasional dan internasional seperti Paul Taylor dari Smithsonian Institution, Peter Lee dari peneliti dan kurator dari Singapura, Joanna Barrkmen dari Fowler Museum UCLA, Jos Van Beurden dari Freer University Amsterdam. Baca: Kisah Gadis Cantik Peraih Emas-Perunggu PON XX Papua Pulang ke Ciamis Naik Angkutan Umum.

Dari dalam negeri ada Sri Hartini dari Museum Nasional, Laretna Adisakti dari Universitas Gadjah Mada, Musiana Yudhawasthi dari Komunitas Jelajah, Ajeng Arainikasih dari Universitas Indonesia, dan Daniel Haryo Diningrat sebagai moderator.

Selain itu, juga ada pemutaran video untuk mengenang Tokoh Budaya & Permuseuman Bapak Soedarmadji Joan Henry Damais, pemutaran video profil Profil Moh. Amir Sutaarga, Bapak Permuseuman Indonesia, dan peluncuran buku Pancadasa Warsa Kencana Barahmus yang diterbitkan dalam rangka 50 tahun usia Barahmus DIY. Dan sebagai penutup acara, digelar pagelaran ketoprak dengan lakon Prajna Paramitha.

Dalam laporannya, Ketua Panitia Perayaan 50 tahun Barahmus mengatakan bahwa rangkaian acara yang dijalankan selama dua bulan penuh mendapatkan animo yang cukup besar dari masyarakat. Bukan hanya di Yogyakarta, namun juga dalam skala nasional. Baca Juga: Bangun SDM Mumpuni, Unpar Bakal Dirikan Pusat Studi Diaspora.

“Kami berharap, kegiatan yang telah berjalan dalam rangkaian kegiatan 50 Tahun Barahmus DIY ini bisa menghadirkan manfaat bagi museum-museum Indonesia. Momentum ini tepat untuk mengajak rekan2 permuseuman untuk bersama sama repackaging culture, repackaging museum, karena tidak ada budaya dan sejarah yang kuno hanya kemasannya lah butuh perubahan” kata GKR Bendara, menutup laporannya.
(nag)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1504 seconds (0.1#10.140)