Kaya Nutrisi, Ini Manfaat Buah Jamblang yang Kian Langka
loading...
A
A
A
Pembuatan produk effervescent dari buah jamblang merupakan skripsi milik Linus yang berjudul ‘Pengaruh Penambahan Ekstrak Buah Jamblang Te rhadap Karakteristik Fisikokimia dan Organoleptik Serbuk Effervescent Buah Jamblang’.
Baca juga: Prihatin Nasib Guru Honorer Banten, Ketua DPD RI Minta Pemkab Pandeglang Tanggung Jawab
Proses pengerjaan skripsi ini berjalan selama 3 sampai 4 bulan mulai dari pengumpulan riset, proses produksi hingga uji organoleptik terhadap 40 orang terkait warna, rasa, bau dan sensasi soda pada produk.
Proses pembuatan effervescent dari buah jamblang membutuhkan waktu sekitar tiga hari. Buah jamblang yang sudah matang dicuci bersih dengan air mengalir. Kemudian dipotong-potong dan direndam dengan alkohol 70 persen.
Setelah itu didiamkan di suhu ruang selama kurang lebih 2 hari. Proses ini disebut dengan metode ekstraksi maserasi. Langkah selanjutnya adalah memisahkan ekstrak dengan alkohol menggunakan alat rotary evaporator.
Tujuannya untuk menghasilkan ekstrak buah jamblang dengan kandungan atau konsentrasi lebih pekat. Ekstrak buah jamblang tersebut kemudian diproses dengan alat spray dryer untuk mengubah ekstrak yang berbentuk cair menjadi serbuk. Setelah itu, serbuk dicampur dengan soda kue, asam sitrat dan bahan yang lain untuk membuat effervescent. Tahap terakhir adalah mencetak serbuk effervescent berbentuk tablet.
Selama melakukan penelitian, Linus menghadapi kesulitan dalam mencari buah jamblang. Menurutnya buah jamblang sudah termasuk buah yang langka sehingga cukup menantang. Proses pembuatan pun harus dilakukan dengan hati-hati.
Linus berharap produknya tersebut dapat dilakukan penelitian lebih lanjut agar tercipta produk yang memiliki khasiat utuh dari buah jamblang. Melalui fasilitas dan sarana prasarana yang semakin lengkap di Fakultas Teknobiologi Ubaya saat ini, ia percaya akan muncul beragam inovasi atau kreasi produk lain yang lebih baik ke depannya dari mahasiswa terutama dalam memanfaatkan buah jamblang.
“Penelitian seperti ini tidak banyak yang membuat, sehingga saya harus trial sendiri. Pada trial pertama, maltodekstrin terlalu sedikit sehingga serbuk menjadi lengket seperti susu yang lama dan menggumpal. Kemudian mencoba lagi kedua, akhirnya berhasil sehingga bisa dibentuk menjadi tablet. Saya berharap nantinya produk ini dapat dikembangkan lagi dan bisa melestarikan buah jamblang yang penuh khasiat,” pungkas alumnus SMA Negeri 16 Surabaya.
Baca juga: Prihatin Nasib Guru Honorer Banten, Ketua DPD RI Minta Pemkab Pandeglang Tanggung Jawab
Proses pengerjaan skripsi ini berjalan selama 3 sampai 4 bulan mulai dari pengumpulan riset, proses produksi hingga uji organoleptik terhadap 40 orang terkait warna, rasa, bau dan sensasi soda pada produk.
Proses pembuatan effervescent dari buah jamblang membutuhkan waktu sekitar tiga hari. Buah jamblang yang sudah matang dicuci bersih dengan air mengalir. Kemudian dipotong-potong dan direndam dengan alkohol 70 persen.
Setelah itu didiamkan di suhu ruang selama kurang lebih 2 hari. Proses ini disebut dengan metode ekstraksi maserasi. Langkah selanjutnya adalah memisahkan ekstrak dengan alkohol menggunakan alat rotary evaporator.
Tujuannya untuk menghasilkan ekstrak buah jamblang dengan kandungan atau konsentrasi lebih pekat. Ekstrak buah jamblang tersebut kemudian diproses dengan alat spray dryer untuk mengubah ekstrak yang berbentuk cair menjadi serbuk. Setelah itu, serbuk dicampur dengan soda kue, asam sitrat dan bahan yang lain untuk membuat effervescent. Tahap terakhir adalah mencetak serbuk effervescent berbentuk tablet.
Selama melakukan penelitian, Linus menghadapi kesulitan dalam mencari buah jamblang. Menurutnya buah jamblang sudah termasuk buah yang langka sehingga cukup menantang. Proses pembuatan pun harus dilakukan dengan hati-hati.
Linus berharap produknya tersebut dapat dilakukan penelitian lebih lanjut agar tercipta produk yang memiliki khasiat utuh dari buah jamblang. Melalui fasilitas dan sarana prasarana yang semakin lengkap di Fakultas Teknobiologi Ubaya saat ini, ia percaya akan muncul beragam inovasi atau kreasi produk lain yang lebih baik ke depannya dari mahasiswa terutama dalam memanfaatkan buah jamblang.
“Penelitian seperti ini tidak banyak yang membuat, sehingga saya harus trial sendiri. Pada trial pertama, maltodekstrin terlalu sedikit sehingga serbuk menjadi lengket seperti susu yang lama dan menggumpal. Kemudian mencoba lagi kedua, akhirnya berhasil sehingga bisa dibentuk menjadi tablet. Saya berharap nantinya produk ini dapat dikembangkan lagi dan bisa melestarikan buah jamblang yang penuh khasiat,” pungkas alumnus SMA Negeri 16 Surabaya.
(msd)