Kurangi Efek Samping Vaksinasi, Rutan Medaeng Siapkan Blok Isolasi Khusus Bagi Tahanan
loading...
A
A
A
SURABAYA - Kepala Rumah Tahanan (Rutan) Klas 1 Surabaya di Medaeng, Sidoarjo Wahyu Hendrajati Setyo Nugroho berupaya memastikan setiap warga binaannya atau tidak mengalami efek samping yang berlebihan akibat vaksinasi COVID-19. Salah satunya dengan melakukan isolasi di blok khusus sebelum dan sesudah proses vaksinasi.
Dia menjelaskan proses vaksinasi di rutan berbeda dengan masyarakat umum. Pasalnya, tenaga kesehatan yang dimiliki rutan berkapasitas 504 orang itu terbatas.
“Sehingga kita harus menghitung kemampuan nakes kami, jangan sampai kewalahan karena banyaknya keluhan akibat efek samping vaksin,” ujarnya, Minggu (5/9/2021).
Baca juga: Lima Ekor Lumba-lumba Terdampar di Pantai Tulungagung, Tiga Kondisi Kritis
Saat ini, lanjut Hendrajati, baru 116 warga binaan yang tervaksin dari total 1.828 penghuni. Dari jumlah itu, mayoritas memang merasakan efek samping vaksin keluaran Astra Zeneca tersebut. Mayoritas mengeluh demam.
Pihak rutan pun memberikan obat maupun terapi untuk meminimalisir efek samping. “Ada satu orang yang merasakan efek samping agak berat dan lama, yaitu pusing dan mual, tapi bisa tertangani,” jelasnya.
Untuk itu, agar mempermudah proses pemantauan, pihak Rutan Surabaya membuat blok khusus untuk warga binaan yang masuk daftar penerima vaksin. Blok D yang biasanya dibuat hunian, dijadikan tempat isolasi.
“Satu hari sebelum vaksin, mereka diisolasi diletakkan dalam satu blok. Tujuannya untuk pengawasan dari segi kesehatan, terkait pola tidur dan pola makannya,” ujarnya.
Baca juga: Pemprov Jawa Timur Siap Wadahi Juara Kompetisi Perwira di Millenial Job Center
Dengan ditempatkan dalam satu blok, proses vaksinasi juga berjalan lebih efektif dan efisien. Setelah vaksin, warga binaan harus tetap berada di blok isolasi selama minimal 2x24 jam. “Hal ini untuk memudahkan pemantauan efek samping vaksin,” ujar Hendrajati.
Setelah dua hari tidak ada keluhan, warga binaan dikembalikan ke blok masing-masing. Hendrajati mengungkapkan bahwa pihaknya akan segera melakukan proses vaksinasi lanjutan. Mengingat masih banyak warga binaannya yang belum tervaksin.
Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Pemkot Surabaya. Selama ini pihak Rutan Surabaya berkolaborasi dengan Dinkes Sidoarjo dalam proses vaksinasi.
“Padahal lebih dari separuh warga binaan kita adalah warga Surabaya, jadi kami akan berkoordinasi juga dengan Pemkot Surabaya juga,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Kanwil Kemenkumham Jatim Krismono meminta lapas/rutan mempercepat proses vaksinasi. Karena lapas/rutan menjadi lokasi yang rawan penyebaran COVID-19.
Kanwil Kemenkumham Jatim sendiri membawahi 39 lapas/rutan yang tersebar di seluruh wilayah provinsi Jatim. “Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi untuk mempercepat proses vaksinasi,” ujar Krismono.
Dia menjelaskan proses vaksinasi di rutan berbeda dengan masyarakat umum. Pasalnya, tenaga kesehatan yang dimiliki rutan berkapasitas 504 orang itu terbatas.
“Sehingga kita harus menghitung kemampuan nakes kami, jangan sampai kewalahan karena banyaknya keluhan akibat efek samping vaksin,” ujarnya, Minggu (5/9/2021).
Baca juga: Lima Ekor Lumba-lumba Terdampar di Pantai Tulungagung, Tiga Kondisi Kritis
Saat ini, lanjut Hendrajati, baru 116 warga binaan yang tervaksin dari total 1.828 penghuni. Dari jumlah itu, mayoritas memang merasakan efek samping vaksin keluaran Astra Zeneca tersebut. Mayoritas mengeluh demam.
Pihak rutan pun memberikan obat maupun terapi untuk meminimalisir efek samping. “Ada satu orang yang merasakan efek samping agak berat dan lama, yaitu pusing dan mual, tapi bisa tertangani,” jelasnya.
Untuk itu, agar mempermudah proses pemantauan, pihak Rutan Surabaya membuat blok khusus untuk warga binaan yang masuk daftar penerima vaksin. Blok D yang biasanya dibuat hunian, dijadikan tempat isolasi.
“Satu hari sebelum vaksin, mereka diisolasi diletakkan dalam satu blok. Tujuannya untuk pengawasan dari segi kesehatan, terkait pola tidur dan pola makannya,” ujarnya.
Baca juga: Pemprov Jawa Timur Siap Wadahi Juara Kompetisi Perwira di Millenial Job Center
Dengan ditempatkan dalam satu blok, proses vaksinasi juga berjalan lebih efektif dan efisien. Setelah vaksin, warga binaan harus tetap berada di blok isolasi selama minimal 2x24 jam. “Hal ini untuk memudahkan pemantauan efek samping vaksin,” ujar Hendrajati.
Setelah dua hari tidak ada keluhan, warga binaan dikembalikan ke blok masing-masing. Hendrajati mengungkapkan bahwa pihaknya akan segera melakukan proses vaksinasi lanjutan. Mengingat masih banyak warga binaannya yang belum tervaksin.
Pihaknya juga akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Pemkot Surabaya. Selama ini pihak Rutan Surabaya berkolaborasi dengan Dinkes Sidoarjo dalam proses vaksinasi.
“Padahal lebih dari separuh warga binaan kita adalah warga Surabaya, jadi kami akan berkoordinasi juga dengan Pemkot Surabaya juga,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Kanwil Kemenkumham Jatim Krismono meminta lapas/rutan mempercepat proses vaksinasi. Karena lapas/rutan menjadi lokasi yang rawan penyebaran COVID-19.
Kanwil Kemenkumham Jatim sendiri membawahi 39 lapas/rutan yang tersebar di seluruh wilayah provinsi Jatim. “Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi untuk mempercepat proses vaksinasi,” ujar Krismono.
(msd)