Pemkot Makassar Siapkan Skema Baru Teknologi PLTSa
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Pemerintah Kota Makassar telah diberikan tenggat waktu hingga Minggu (4/7/2021) untuk menentukan jenis teknologi yang akan diadopsi Pemkot Makassar untuk Proyek Strategis Nasional (PSN) Pengelolaan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) oleh Menteri Koordinator (Menko) ) Bidang Kamaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan.
Diketahui berdasarkan rapat virtual 25 Juni lalu, pemerintah kota diminta untuk mengambil opsi lain lantatan prospek penyelesaian PLTSa dianggap lamban.
Skema yang sempat ditawarkan adalah Refuse-derived fuel (RDF). Dimana output dari teknologi tersebut nantinya akan menghasilkan bahan bakar nonlistrik.
Sekretaris Tim Percepatan PLTSa Saharuddin Ridwan mengaku belum mendapatkan tindak lanjut terkait hal ini, dia mengatakan masih menunggu keputusan yang akan diambil Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto.
"Belum ada (keputusan). Kita diberi waktu 10 hari untuk menentukan teknologi PLTSa atau RDF," ujar Saharuddin saat dihubungi.
Dia mengatakan, teknologi RDF menjadi opsi lanjutan lantaran pembuatannya dinilai tak serumit PLTSa . Kendati demikian ada persoalan dimana teknologi tersebut hanya mampu mengolah sampah 300 ton sehari, sementara jumlah tonase yang masuk dilaporkan mencapai 1139 ton per hari.
"Jadi kemungkinan solusinya dibuat tiga, di tempat lain untuk bisa cover keseluruhan tonase yang masuk ke TPA, dan pasti jadi tugas pemerintah lagi untuk sediakan," lanjut Saharuddin.
Selain itu teknologi RDF dianggap sulit menetralisir sampah lama lantaran sebagian besar bahan bakarnya terbatas.
Komponenya hanya bahan yang mudah terbakar, seperti plastik yang tidak dapat didaur ulang (tidak termasuk PVC ), kertas karton, label, dan bahan bergelombang lainnya.
Sementara itu Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto saat ditemui secara pribadi mengaku telah memiliki pilihan teknologi yang akan digunakan. Skema yang diharapkan kata dia tetap mampu mengelolah sampah lama dengan melakukan penambangan di TPA Tamangapa.
"Jadi kita itu lebih ke remining TPA, bukan sampah baru. Karena sampah baru 30% dikelola oleh bank sampah. Sehingga kalau sampah baru itu rendah (dihasilkan), maka saya akan menambang TPA kita menjadi West to Energi," ujarnya.
Dia mengatakan dari hasil penelitan, sampah baru Makassar 66% tercatat merupakan sampah organik basah. Bank Sampah dipastikan akan mengambil peran besar untuk mengelolah sampah daur ulangnya karena prospeknya cukup membantu ekonomi masyarakat.
"Makanya sampah makanan sendiri, sampah plastik sendiri diambil oleh bank sampah, dan kemudian sampah di TPA itu yang ditambang oleh PLTSa," ujarnya.
Diketahui berdasarkan rapat virtual 25 Juni lalu, pemerintah kota diminta untuk mengambil opsi lain lantatan prospek penyelesaian PLTSa dianggap lamban.
Skema yang sempat ditawarkan adalah Refuse-derived fuel (RDF). Dimana output dari teknologi tersebut nantinya akan menghasilkan bahan bakar nonlistrik.
Sekretaris Tim Percepatan PLTSa Saharuddin Ridwan mengaku belum mendapatkan tindak lanjut terkait hal ini, dia mengatakan masih menunggu keputusan yang akan diambil Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto.
"Belum ada (keputusan). Kita diberi waktu 10 hari untuk menentukan teknologi PLTSa atau RDF," ujar Saharuddin saat dihubungi.
Dia mengatakan, teknologi RDF menjadi opsi lanjutan lantaran pembuatannya dinilai tak serumit PLTSa . Kendati demikian ada persoalan dimana teknologi tersebut hanya mampu mengolah sampah 300 ton sehari, sementara jumlah tonase yang masuk dilaporkan mencapai 1139 ton per hari.
"Jadi kemungkinan solusinya dibuat tiga, di tempat lain untuk bisa cover keseluruhan tonase yang masuk ke TPA, dan pasti jadi tugas pemerintah lagi untuk sediakan," lanjut Saharuddin.
Selain itu teknologi RDF dianggap sulit menetralisir sampah lama lantaran sebagian besar bahan bakarnya terbatas.
Komponenya hanya bahan yang mudah terbakar, seperti plastik yang tidak dapat didaur ulang (tidak termasuk PVC ), kertas karton, label, dan bahan bergelombang lainnya.
Sementara itu Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto saat ditemui secara pribadi mengaku telah memiliki pilihan teknologi yang akan digunakan. Skema yang diharapkan kata dia tetap mampu mengelolah sampah lama dengan melakukan penambangan di TPA Tamangapa.
"Jadi kita itu lebih ke remining TPA, bukan sampah baru. Karena sampah baru 30% dikelola oleh bank sampah. Sehingga kalau sampah baru itu rendah (dihasilkan), maka saya akan menambang TPA kita menjadi West to Energi," ujarnya.
Dia mengatakan dari hasil penelitan, sampah baru Makassar 66% tercatat merupakan sampah organik basah. Bank Sampah dipastikan akan mengambil peran besar untuk mengelolah sampah daur ulangnya karena prospeknya cukup membantu ekonomi masyarakat.
"Makanya sampah makanan sendiri, sampah plastik sendiri diambil oleh bank sampah, dan kemudian sampah di TPA itu yang ditambang oleh PLTSa," ujarnya.
(agn)