Peduli Anak dan Lingkungan, Cucu Menko Luhut Tanam 1.000 Pohon Bakau di Pulau Ngenang Batam

Sabtu, 26 Juni 2021 - 05:30 WIB
loading...
Peduli Anak dan Lingkungan, Cucu Menko Luhut Tanam 1.000 Pohon Bakau di Pulau Ngenang Batam
Pendiri Rumah Faye, Faye Simanjuntak mengajak anak-anak di Batam lebih peduli lingkungan melalui penanaman 1.000 bibit pohon bakau di Pulau Ngenang, Kecamatan Nongsa. Foto/Instagram
A A A
BATAM - Pendiri Rumah Faye yang juga cucu dari Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Faye Simanjuntak mengajak anak-anak di Batam dan sekitarnya untuk lebih peduli kepada lingkungan melalui aksi menanam 1.000 bibit pohon bakau (mangrove) di Pulau Ngenang, Kecamatan Nongsa.

Baca juga: Mahasiswa ITS Gagas Bisnis MPASI Berbahan Dasar Buah Mangrove

Kegiatan yang dilakukan pada Rabu (23/6) itu bertujuan meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan sekaligus memberi ruang bagi anak-anak di Pulau Ngenang untuk melakukan beragam aktivitas positif sehingga ke depannya bisa mengurangi kerentanan terhadap anak menjadi korban kekerasan.

Baca juga: Kisah Mukhlisin, Lambaian Tangan Selamatkan Nyawanya Usai 15 Jam Jatuh di Tengah Laut

"Ini aksi nyata dari anak dan untuk anak. Rumah Faye harus bisa menginspirasi anak-anak lainnya di Batam untuk melakukan hal-hal positif, khususnya kali ini untuk lebih sadar pada lingkungan," kata Faye, dikutip Jumat (25/6/2021).

Menurut Faye, acara penanaman pohon bakau yang mengusung tema “Hijau Bumiku, Aman Masa Depanku” ini merupakan kontribusi Rumah Faye dalam perayaan HUT ke-20 Yayasan Del yang didirikan Luhut Binsar Pandjaitan dan Devi Pandjaitan. Kegiatan ini juga melibatkan Pemerintah Daerah, Kader Posyandu, dan Komunitas Perlindungan Anak dan Perempuan (KPAP), Forum Anak, dan masyarakat sekitar Pulau Ngenang.

“Kami percaya Pulau Ngenang dapat menjadi tempat yang optimal bagi anak-anak untuk bertumbuh dan berkembang secara optimal. Ide tanam bakau ini juga berangkat dari kekhawatiran anak-anak melihat daerah pantai yang sering erosi dan abrasi. Jadi, kami memasilitasi semangat anak-anak untuk melakukan aksi nyata yang manfaatnya jangka panjang," tutur Faye.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa Rumah Faye yang didirikan pada 2013 memiliki visi membebaskan anak Indonesia dari perdagangan manusia, kekerasan, dan eksploitasi. Untuk mewujudkan visi tersebut, Rumah Faye melakukan usaha pencegahan, pembebasan, dan pemulihan bagi korban.

Sejak tahun 2016 hingga saat ini, Rumah Faye yang berkantor di Jakarta dan Batam telah memberikan pendampingan terhadap 136 anak perempuan dan perempuan yang menjadi korban perdagangan manusia, kekerasan seksual dan prostitusi. "Ke depan kami masih akan fokus ke korban perdagangan, kekerasan dan eksploitasi anak yang kasusnya meningkat sejak pandemi Covid-19 ini," ucapnya.

Pegiat Perlindungan dan Pemberdayaan Anak dan Perempuan, RD Chrisanctus Paschalis Saturnus mengapresiasi kontribusi Rumah Faye khususnya terhadap masalah perdagangan orang di Batam.

“Saya seringkali terlibat langsung dalam penanganan kasus korban perdagangan manusia di Batam. Akar masalahnya persoalan sosial yang sangat kompleks. Mulai soal kemiskinan, pendidikan yang lemah, kurangnya lapangan pekerjaan, birokrasi yang korup sehingga marak pemalsuan dokumen melalui Batam. Efek jera juga tidak ada, sangat banyak kompromi yang mengecewakan," cetusnya.

Dia melihat bahwa begitu banyak korban perdagangan manusia yang mengharapkan pembelaan. Oleh karena itu, pihaknya mendukung pelayanan yang diberikan Rumah Faye bagi masyarakat Indonesia, khususnya bagi korban perdagangan manusia, kekerasan, dan eksploitasi.

"Dengan adanya ancaman resesi global akibat pandemi, Rumah Faye juga harus menyiapkan kemungkinan antisipasi kabar buruk dengan tetap memberi kabar gembira kepada mereka yang mengalami keterpurukan," tandasnya.
(shf)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 2.1846 seconds (0.1#10.140)