Cegah Karhutla, 10 Ton Garam Disemai di Langit Sumsel dan Jambi

Jum'at, 11 Juni 2021 - 19:21 WIB
loading...
Cegah Karhutla, 10 Ton Garam Disemai di Langit Sumsel dan Jambi
Petugas menaikkan garam yang akan disemai di udara ke dalam pesawat di Lanud Sri Mulyono Herlambang Palembang, Sumsel. Foto/Ist
A A A
PALEMBANG - Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dengan menyemai 10 ton garam di udara dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Sumatera Selatan (Sumsel) dan Jambi. Penyemaian garam di udara berlangsung mulai Kamis 10 Juni hingga 15-20 hari kedepan.

Baca juga: Hemat Air, Cairan E4 jadi Solusi Baru Kendalikan Karhutla

Komandan Pangkalan TNI AU (Lanud) Sri Mulyono Herlambang Palembang, Kolonel PnB Hernawan Widhianto mengatakan, Satgas Udara Penanganan Karhutla Sumsel telah menyiapkan satu unit pesawat Cassa C212 yang didatangkan dari Lanud Abdul Rachman Saleh untuk mengawal program TMC ini hingga 15 hari, ke depan terhitung sejak Kamis 10 Juni 2021.

Baca juga: 9 Pesawat Tempur TNI Siap "Bombardir" Tanjung Pandan

“Kami siapkan juga 11 orang crew yang terdiri dari pilot-pilot berpengalaman yang biasa melakukan TMC dan mengoperasikan pesawat intai,” kata Hernawan setelah acara pembukaan kegiatan TMC di Sumsel dan Jambi.

Tim akan menyemai garam di awan yang masih berpotensi hujan. Diperkirakan berada di ketinggian 10.000 fit.

Terdapat empat kategori wilayah yang akan diutamakan di antaranya daerah yang memiliki potensi awan menjadi hujan, daerah yang memiliki hotspot (titik api) dan daerah bergambut.

Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Laksmi Dhewanti mengatakan TMC hingga kini masih dinyakini menjadi salah satu solusi untuk mengatasi Karhutla yang cukup jitu.

Data dari BBPT diketahui TMC pada 2020 menghasilkan 2 miliar meter kubik air atau terjadi penambahan curah hujan hingga 60 persen dibandingkan secara alami.

Karena itu, TMC ini dilakukan kembali pada tahun ini sebagai upaya pencegahan karhutla, apalagi pada 2021 diperkirakan relatif lebih kering dibandingkan tahun lalu yang mengalami kemarau basah.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1953 seconds (0.1#10.140)