Desain Istana IKN Baru, Ini Filosifi yang Diwariskan ke Generasi Bangsa

Rabu, 02 Juni 2021 - 16:31 WIB
loading...
Desain Istana IKN Baru, Ini Filosifi yang Diwariskan ke Generasi Bangsa
Konsep desain Istana Garuda IKN baru di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kaltim, hasil karya originalitas serta intuisi dari seniman Nyoman Nuarta. Foto/MPI/Adi Haryanto
A A A
BANDUNG BARAT - Semenjak dinobatkan sebagai pemenang sayembara desain istana Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, seniman Nyoman Nuarta langsung berupaya merampungkan basic design istana tersebut.

Istana Garuda yang merupakan buah karya originalitas dari pemikirannya, merupakan bangunan menyerupai Burung Garuda yang sedang mengepakkan sayap sejauh 170 meter dan berdiri di atas ketinggian 88 meter di atas permukaan laut (dpl). Selain sebagai perwujudan karya seni, istana ini juga berfungsi sebagai tempat presiden sehari-hari berkantor serta menjalankan roda pemerintahan.

Nyoman mengatakan, Istana Garuda akan menjadi istana kepresidenan yang benar-benar dibangun oleh anak bangsa berdasarkan pemikiran dan perenungan tentang kekhasan Indonesia. Sebab istana kepresidenan saat ini merupakan warisan dari era kolonialisme, berupa bekas gedung Gubernur Jenderal Belanda dan rumah pribadi pengusaha Belanda.

“Istana Garuda akan menjadi era baru bagi bangsa Indonesia yang akan memiliki gedung istana kepresidenan, yang dibangun sendiri untuk kepala negara,” kata Nyoman Nuarta saat ditemui di kawasan NuArt Sculpture Park Setra, Setra Duta, Bandung Barat, Selasa (1/6/2021).

Mengenai simbolisasi Burung Garuda, Nyoman beralasan, Garuda sudah menjadi milik bangsa Indonesia ketika Garuda Pancasila ditetapkan sebagai lambang negara. Pada pita Garuda Pancasila jelas tertera kalimat penting berbunyi, ”Bhinneka Tunggal Ika”, yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Sejak itulah Burung Garuda identik dengan bangsa Indonesia.

"Garuda sudah menjadi alat pemersatu bangsa dari beragam etnis, agama, budaya, suku, dan, kepercayaan. Inilah yang menjadi inspirasi Istana Garuda yang ke depan bakal menjadi simbol dari rumah rakyat,” tutur seniman kelahiran Tabanan, Bali ini.

Seniman yang sudah berkiprah selama 50 tahun ini, memandang intuisinya sebagai seniman yang mengarahkan untuk membuat desain yang terinspirasi dari Burung Garuda. Itu sebagai simbol nasional yang bisa mewakili semua suku bangsa, dan keluar dari frame pemikiran bahwa istana itu harus bangunan seperti peninggalan Belanda.

"Ini simbol desain yang mempersatukan bangsa yang berbeda agama, suku, bahasa, dan terdiri dari 17.000 lebih pulau, yang bisa menjadi kebanggaan dan jati diri bangsa. Keberadaan Istana Garuda juga akan memberikan dampak positif bagi dunia pariwisata seperti keberadaan GWK di Bali," tegasnya.

Dijelaskannya, dari sisi gedung Istana Garuda akan dibangun dengan menerapkan konsep green building. Penggunaan logam tembaga sebagai bahan utama yang membentuk Burung Garuda, sudah dilakukan dengan mempertimbangkan sifat logam ini yang lentur, mudah dibentuk, dan anti korosi. Sebagai logam, tembaga konduktor yang baik dan tidak mudah ditumbuhi oleh jenis-jenis jamur, lumut, bahkan virus.

Pada bagian permukaan, logam ini akan dibentuk menjadi bilah-bilah berupa garis-garis vertikal yang membentuk sosok garuda, dan akan berfungsi sebagai sun louvre. Bilah-bilah itu akan menjadi peredam sinar matahari agar tidak langsung menerpa dinding kaca di belakangnya. Teknik seperti ini akan sangat mengefesienkan penggunaan energi listrik, karena jendela-jendela bisa dibuka.

"Bangunan Istana Garuda didesain menghadap ke tenggara untuk menyiasati paparan langsung sinar matahari dari timur dan barat. Dengan demikian sinar matahari tak langsung masuk ke dalam gedung. Jadi suhu dalam gedung tidak terlalu panas, dan itu sudah dikaji secara scientis melalui metode smart geometry analysis," jelas peraih penghargaan Satyalencana Kebudayaan dari Pemerintah RI tahun 2014 ini.

Istana Garuda, lanjut Nyoman, merupakan satu dari beberapa karya monumental yang menerapkan perpaduan antara seni, teknologi, dan sains, seperti layaknya pembangunan Garuda Wisnu Kencana (GWK). “Hal serupa akan diterapkan pada pembangunan Istana Garuda. Jadi ini hasil perpaduan seni, teknologi, dan sains. Tanpa itu, mustahil menghasilkan bangunan berbentuk patung yang gigantik,” pungkasnya.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2125 seconds (0.1#10.140)