IDI Makassar Sayangkan Pemerintah Tak Masif Lakukan Tracing
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyangkan Pemerintah Kota Makassar tidak masif melakukan tracing, untuk menekan laju penularan Covid-19 di Makassar.
Ketua IDI Kota Makassar Siswanto Wahab mengatakan pemerintah semestinya mengantisipasi lonjakan kasus jauh-jauh hari. Dia menilai belum ada upaya serius yang dilakukan pemerintah untuk melakukan tracing secara masif. Padahal Makassar sudah mulai memberikan tanda-tanda kenaikan kasus.
Hal ini dianggap akan memperparah kasus Covid-19 yang terjadi lantaran tak terdeteksi oleh tenaga medis.
"Semestinya tiga hari setelah lebaran semestinya sudah berjalan (tracing masif), tapi sampai sekarang belum berjalan, Mestinya dilakukan pemeriksaan secara masif, testing dan tracing," tukasnya.
Sebelumnya kasus Covid-19 dilaporkan meningkat pascalebaran Idul Fitri 1442 Hijriah lalu, indikator tersebut dilihat dari peningkatan kasus baru, yang tercatat meningkat secara fluktuatif. Bahkan angka reproduksi efektif (Rt) dilaporkan sempat naik di atas 1.
Siswanto mengatakan, jangan sampai pemerintah kebablasan dengan peningkatan kasus. Selain itu dia memperingatkan pemerintah tak terlena dengan vaksinasi yang dilakukan. Kasus Covid-19 masih dapat menular, apalagi dalam beberapa kasus, Covid-19 telah bermutasi sehingga efektifitas vaksin menurun.
"Ibarat kayak pemadam kebakaran, itu kebakaranpi baru dia padamkan, seperti ini, baru ditangani. Mestinya pada saat setelah lebaran. Jangan sampai angka meningkat kita nanti kewalahan menanganinya," lanjutnya.
Selain itu tracing yang dilakukan harus dengan gold standar yaitu pemeriksaan menggunakan Swab PCR hingga Rapid Antigen yang dinilai memiliki akurasi dan kredibilitas lebih baik.
"Jadi kita bicara PCR, yang memiliki gold standar dalam pemeriksaan, sementara kalaupun menggunakan rapid antigen tetap harus diperiksa dengan Swab PCR ," pungkas dia.
Terpisah Ahli Epidemiologi Universitas Hasanuddin Ansariadi sebelumnya juga mengharapkan pemerintah melakukan tracing secara masif.
Puskesmas sebagai lini terdepan kata dia, sudah harus bergerak menjejaki kasus-kasus yang terjadi agar peningkatan kasus tidak semakin parah.
"Kalau bisa harus aktif melakukan testing terhadap semua orang yang memiliki gejala yang dicurigai Covid-19. Dan kalau ditemukan yang positif, tracing harus dilakukan dengan bagus, supaya cepat dideteksi. Mereka yang sudah tertular diisolasi sebelum menularkan lagi ke orang lain," imbaunya.
Dia menjelaskan kemungkinan peningkatan kasus yang terjadi justru adalah mobilitas dalam daerah, seperti open house hingga kunjungan ke tempat-tempat belanja. Hal ini terjadi lantaran adanya pembatasan mudik.
"Jadi ketepatan waktu bertindak sangat menentukan dalam pengendalian wabah . Ibarat mau memadamkan api, waktu yang tepat untuk mendeteksi adalah saat adanya asap, kalau nanti baru mau deteksi, apinya mungkin sudah agak besar," tegasnya.
Ketua IDI Kota Makassar Siswanto Wahab mengatakan pemerintah semestinya mengantisipasi lonjakan kasus jauh-jauh hari. Dia menilai belum ada upaya serius yang dilakukan pemerintah untuk melakukan tracing secara masif. Padahal Makassar sudah mulai memberikan tanda-tanda kenaikan kasus.
Hal ini dianggap akan memperparah kasus Covid-19 yang terjadi lantaran tak terdeteksi oleh tenaga medis.
"Semestinya tiga hari setelah lebaran semestinya sudah berjalan (tracing masif), tapi sampai sekarang belum berjalan, Mestinya dilakukan pemeriksaan secara masif, testing dan tracing," tukasnya.
Sebelumnya kasus Covid-19 dilaporkan meningkat pascalebaran Idul Fitri 1442 Hijriah lalu, indikator tersebut dilihat dari peningkatan kasus baru, yang tercatat meningkat secara fluktuatif. Bahkan angka reproduksi efektif (Rt) dilaporkan sempat naik di atas 1.
Siswanto mengatakan, jangan sampai pemerintah kebablasan dengan peningkatan kasus. Selain itu dia memperingatkan pemerintah tak terlena dengan vaksinasi yang dilakukan. Kasus Covid-19 masih dapat menular, apalagi dalam beberapa kasus, Covid-19 telah bermutasi sehingga efektifitas vaksin menurun.
"Ibarat kayak pemadam kebakaran, itu kebakaranpi baru dia padamkan, seperti ini, baru ditangani. Mestinya pada saat setelah lebaran. Jangan sampai angka meningkat kita nanti kewalahan menanganinya," lanjutnya.
Selain itu tracing yang dilakukan harus dengan gold standar yaitu pemeriksaan menggunakan Swab PCR hingga Rapid Antigen yang dinilai memiliki akurasi dan kredibilitas lebih baik.
"Jadi kita bicara PCR, yang memiliki gold standar dalam pemeriksaan, sementara kalaupun menggunakan rapid antigen tetap harus diperiksa dengan Swab PCR ," pungkas dia.
Terpisah Ahli Epidemiologi Universitas Hasanuddin Ansariadi sebelumnya juga mengharapkan pemerintah melakukan tracing secara masif.
Puskesmas sebagai lini terdepan kata dia, sudah harus bergerak menjejaki kasus-kasus yang terjadi agar peningkatan kasus tidak semakin parah.
"Kalau bisa harus aktif melakukan testing terhadap semua orang yang memiliki gejala yang dicurigai Covid-19. Dan kalau ditemukan yang positif, tracing harus dilakukan dengan bagus, supaya cepat dideteksi. Mereka yang sudah tertular diisolasi sebelum menularkan lagi ke orang lain," imbaunya.
Dia menjelaskan kemungkinan peningkatan kasus yang terjadi justru adalah mobilitas dalam daerah, seperti open house hingga kunjungan ke tempat-tempat belanja. Hal ini terjadi lantaran adanya pembatasan mudik.
"Jadi ketepatan waktu bertindak sangat menentukan dalam pengendalian wabah . Ibarat mau memadamkan api, waktu yang tepat untuk mendeteksi adalah saat adanya asap, kalau nanti baru mau deteksi, apinya mungkin sudah agak besar," tegasnya.
(agn)