Simpatisan H2D Dipukul dan Sempat Diculik usai Ikrar PSU Damai Pilgub Kalsel
loading...
A
A
A
BANJARMASIN - Belum 1 minggu ikrar Pemungutan Suara Ulang (PSU) damai pada Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Selatan ( Pilgub Kalsel ) diucapkan, simpatisan Haji Denny – Difri (H2D) sempat diculik, dipukuli hingga diancam untuk dibunuh oleh orang tidak dikenal saat mensosialisasikan gerakan melawan politik uang. Kejadian tersebut terjadi pada empat orang pemuda berinisial A, R, K, dan D sesaat setelah mereka selesai memasang spanduk dan menempel stiker anti politik uang di sekitar wilayah Kelayan Timur, Kota Banjarmasin siang hari sekitar pukul 14.00 WIB beberapa hari yang lalu.
Menurut keterangan para korban, mereka berempat dihampiri oleh lima orang tidak dikenal yang datang menggunakan sepeda motor. Kelima orang tersebut mengaku sebagai anggota pengawas Pilgub Kalsel dan mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan rapat serta mengkaji spanduk dan stiker anti politik uang tersebut yang dituduh telah menyalahi aturan.
“Kami kaget ketika dihampiri mereka. Salah satunya menghubungi teman-temannya dan mengajak untuk datang. Tidak lama kemudian, mereka datang lebih banyak sekitar 15an lalu memojokkan kami,” cerita salah satu korban yang selamat berinisial K saat didampingi oleh tim hukum H2D, Muhammad Isrof Parhani dalam pernyataan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (24/5/2021).
Setelah merasa sangat terpojok dan terintimidasi, mereka berempat memutuskan untuk pergi. Namun sayangnya, A dan R yang berboncengan motor tertinggal di tempat sehingga ditarik oleh orang tidak dikenal tersebut dan dibawa pergi.
Masing-masing dari mereka berdua dibawa secara terpisah menggunakan sepeda motor berboncengan tiga orang dalam posisi diapit di tengah-tengah. Tak luput handphone mereka berdua disita dan diakses tanpa izin oleh orang-orang tersebut.
“Saya dipaksa menyerahkan handphone dan membuka kunci nya. Mereka cek WhatsApp dan saya lihat mereka sempat screenshot dan kirim foto-foto ke handphone milik mereka,” ungkap A kepada tim hukum H2D.
A mengaku dibawa ke sebuah jalan sepi di sekitar Banjar Indah, menerima ancaman dengan senjata tajam berupa celurit kecil yang dikeluarkan oleh seseorang dari tas selempang kecilnya dan dipukul oleh sekitar 15 orang. Akibat penganiayaan itu meninggalkan luka-luka benjolan pada bagian belakang telinga kanan, sobek pada bagian bibir atas, dan luka-luka lainnya.
Sedangkan R sempat dibawa ke sebuah rumah dan bertemu dengan seseorang yang diketahui merupakan anggota DPRD Kota Banjarmasin bernama Zainal A Husni. R kemudian dibawa ke suatu jalan sepi di sekitar Teluk Kubur lalu diancam dan dipukuli oleh sekitar empat orang.
Sekitar jam 5 sore, rekannya K dan D mengatakan upayanya untuk menghubungi A dana R sempat berhasil dengan tersambungnya saluran telpon. D kemudian meminta untuk video call dimana permintaan tersebut sepertinya tidak sengaja diterima oleh seseorang dan terlihatlah wajah orang tersebut adalah Zainal.
Untungnya, D sempat screenshot kejadian tersebut sebelum Zainal memalingkan wajahnya dan berusaha menghindar.
Baca juga : Ajukan 132 Bukti Tambahan, Haji Denny Membawa Total 355 Bukti ke MK
Setelah sempat terpisah, A dan R masing-masing dibawa ke sebuah rumah sebelumnya dan bertemu Zainal.
Keduanya lalu diancam untuk membuat pernyataan dalam sebuah video yang pada intinya menyatakan bahwa pemasangan spanduk dan penempelkan stiker tersebut dilakukan tanpa izin (meskipun sebenarnya mereka sudah mendapatkan izin dari pemilik tempat atau rumah).
Tim hukum H2D, Muhammad Isrof Parhani, mengatakan bahwa tindakan premanisme dalam Pilgub Kalsel ini telah mencederai demokrasi di Bumi Lambung Mangkurat. Ia mengimbau kepada seluruh masyarakat agar terus menolak praktik politik uang dan tidak perlu takut dalam melawan premanisme.
“Tindakan seperti preman tersebut tidak akan pernah bisa membuat kami berhenti melawan politik uang, kami bertumbuh dan akan terus bertumbuh,” ucap Isrof.
Lihat Juga: Detik-detik Mencekam Suami di Malang Bacok Istrinya Membabi-buta Tapi Diselamatkan Tukang
Menurut keterangan para korban, mereka berempat dihampiri oleh lima orang tidak dikenal yang datang menggunakan sepeda motor. Kelima orang tersebut mengaku sebagai anggota pengawas Pilgub Kalsel dan mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan rapat serta mengkaji spanduk dan stiker anti politik uang tersebut yang dituduh telah menyalahi aturan.
“Kami kaget ketika dihampiri mereka. Salah satunya menghubungi teman-temannya dan mengajak untuk datang. Tidak lama kemudian, mereka datang lebih banyak sekitar 15an lalu memojokkan kami,” cerita salah satu korban yang selamat berinisial K saat didampingi oleh tim hukum H2D, Muhammad Isrof Parhani dalam pernyataan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (24/5/2021).
Setelah merasa sangat terpojok dan terintimidasi, mereka berempat memutuskan untuk pergi. Namun sayangnya, A dan R yang berboncengan motor tertinggal di tempat sehingga ditarik oleh orang tidak dikenal tersebut dan dibawa pergi.
Masing-masing dari mereka berdua dibawa secara terpisah menggunakan sepeda motor berboncengan tiga orang dalam posisi diapit di tengah-tengah. Tak luput handphone mereka berdua disita dan diakses tanpa izin oleh orang-orang tersebut.
“Saya dipaksa menyerahkan handphone dan membuka kunci nya. Mereka cek WhatsApp dan saya lihat mereka sempat screenshot dan kirim foto-foto ke handphone milik mereka,” ungkap A kepada tim hukum H2D.
A mengaku dibawa ke sebuah jalan sepi di sekitar Banjar Indah, menerima ancaman dengan senjata tajam berupa celurit kecil yang dikeluarkan oleh seseorang dari tas selempang kecilnya dan dipukul oleh sekitar 15 orang. Akibat penganiayaan itu meninggalkan luka-luka benjolan pada bagian belakang telinga kanan, sobek pada bagian bibir atas, dan luka-luka lainnya.
Sedangkan R sempat dibawa ke sebuah rumah dan bertemu dengan seseorang yang diketahui merupakan anggota DPRD Kota Banjarmasin bernama Zainal A Husni. R kemudian dibawa ke suatu jalan sepi di sekitar Teluk Kubur lalu diancam dan dipukuli oleh sekitar empat orang.
Sekitar jam 5 sore, rekannya K dan D mengatakan upayanya untuk menghubungi A dana R sempat berhasil dengan tersambungnya saluran telpon. D kemudian meminta untuk video call dimana permintaan tersebut sepertinya tidak sengaja diterima oleh seseorang dan terlihatlah wajah orang tersebut adalah Zainal.
Untungnya, D sempat screenshot kejadian tersebut sebelum Zainal memalingkan wajahnya dan berusaha menghindar.
Baca juga : Ajukan 132 Bukti Tambahan, Haji Denny Membawa Total 355 Bukti ke MK
Setelah sempat terpisah, A dan R masing-masing dibawa ke sebuah rumah sebelumnya dan bertemu Zainal.
Keduanya lalu diancam untuk membuat pernyataan dalam sebuah video yang pada intinya menyatakan bahwa pemasangan spanduk dan penempelkan stiker tersebut dilakukan tanpa izin (meskipun sebenarnya mereka sudah mendapatkan izin dari pemilik tempat atau rumah).
Tim hukum H2D, Muhammad Isrof Parhani, mengatakan bahwa tindakan premanisme dalam Pilgub Kalsel ini telah mencederai demokrasi di Bumi Lambung Mangkurat. Ia mengimbau kepada seluruh masyarakat agar terus menolak praktik politik uang dan tidak perlu takut dalam melawan premanisme.
“Tindakan seperti preman tersebut tidak akan pernah bisa membuat kami berhenti melawan politik uang, kami bertumbuh dan akan terus bertumbuh,” ucap Isrof.
Lihat Juga: Detik-detik Mencekam Suami di Malang Bacok Istrinya Membabi-buta Tapi Diselamatkan Tukang
(sms)