Cerita Mahasiswa Undip Menyelam Cari Korban Perahu Terbalik di Kedung Ombo, Temukan Kerudung Anak
loading...
A
A
A
SEMARANG - Proses pencarian korban perahu terbalik di Waduk Kedung Ombo, Kecamatan Kemusu, Kabupaten Boyolali, menyisakan beragam kisah. Salah satunya keterlibatan tiga mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ikut dalam pencarian korban tenggelam.
Tiga mahasiswa itu adalah Abad (23) Nabil (20), dan Zigro (23). Mereka merupakan mahasiswa yang tergabung di Unit Kegiatan Selam (UKSA) 387 Undip.
Abad dan Nabil bahkan ikut terjun langsung dalam penyelaman pada Minggu (16/5/2021) pukul 09.30 WIB. Sementara Zigro siaga di daratan area waduk melakukan monitoring dan komunikasi dengan kedua rekannya selama penyelaman.
Terjun menyelam di Waduk Kedung Ombo menjadi pengalaman pertama dalam operasi SAR pencarian korban tenggelam. Abad dan Nabil mengaku mengaku memiliki perasaan yang sama saat terlibat untuk pertama kalinya menyelam dalam operasi SAR.
Baca juga: Tragedi Waduk Kedungombo Telan 9 Nyawa, Polisi Awasi Ketat Tempat Wisata
“Kebetulan kita berdua baru pertama kali mengikuti pencarian korban hilang. Karena baru pertama kali, perasaannya pasti deg-degan. Untuk menghilangkannya, kita semangati diri sendiri dan kuatkan mental,” kata Abad kepada MNC Portal Indonesia, Selasa (18/4/2021).
Mahasiswa semester akhir Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Undip itu menceritakan kali pertama mendapatkan kabar untuk ikut operasi SAR di Kedung Ombo berasal dari senior UKSA yang selama ini bekerja sama dengan SAR daerah Jawa Tengah.
“Saya dapat chat jam 2 dari senior UKSA yang biasa bekerja sama, katanya dari Sarda Jateng butuh tenaga penyelam untuk pencarian korban hilang. Lalu kita siapkan alat,” katanya.
Dia mengatakan, selama ini dirinya memang sering diajak dan bekerja sama dengan SAR daerah Jawa Tengah untuk pencarian-pencarian korban hilang. “Jadi pas kejadian Kedung Ombo ini diajak Sarda Jateng ke lokasi sebagai tenaga penyelam. Di sana kita bertugas untuk menyelam,” ujar mahasiswa asal Bekasi ini.
Abad mengatakan, awalnya waktu hari Minggu (16/5) masih ada 3 korban yang hilang. Sebelum dia menyelam sudah ada yang menyelam terlebih dulu. “Nah sebelum kami menyelam, tim menemukan satu jenazah. Saat kami sudah menyelam, sisa dua korban yang belum ditemukan,” ujarnya.
Sementara, Nabil mengatakan bahwa dia bersama Abad melakukan penyelaman selama sekitar 25 menit di kedalaman 25 meter, dari awal sampai akhir. “Kita carinya sudah ada guide lainnya, kita nyarinya mengikuti line sambil melihat-lihat kanan kiri pakai senter (penerangan) karena gelap, tapi feasibility-nya bagus,” kata Nabil.
“Dari 15 meter ke permukaan feasibility-nya kurang bagus. Selama menyelam sambil mengikuti jalur pasang di dasar, itu kita menemukan kerudung anak kecil berwarna abu-abu. Namun kita kurang tahu juga apakah punya korban atau tidak,” ujar mahasiswa semester 6 Prodi Ilmu Kelautan ini.
Dia mengatakan, awalnya dirinya bersama Abad sudah janjian kalau menemukan sesuatu berhenti dulu. “Kebetulan saya yang nemuin. Pas teman saya raba-raba ternyata tak ada apa-apa,” katanya.
Terkait persiapan menyelam, kata dia, kali pertama adalah mempersiapkan peralatan. Seperti scuba set, regulator, tabung, sarung tangan, wide shot karena suhunya lumayan dingin.
Selain itu, persiapan di luar teknis yakni berdoa dan istirahat secukupnya. “ Persiapannya ya istirahat. Sebelumnya juga telah mengabari ke keluarga kalau mau menyelam ikut operasi SAR. Dan dapat pesan dari kakak agar berhati-hati,” kata Abad. “Kalau menurut saya, ya kuncinya berdoa, tak panik, tetap berpikir jernih,” timpal Nabil.
Sementara keterlibatan mereka untuk pertama kalinya dalam operasi pencarian korban tenggelam di Waduk Kedung Ombo, bukan tanpa bekal. Karena mereka sebelumnya telah terlatih selama mengikuti pendidikan dan latihan (diklat) di UKSA.
Abad tercatat sudah 35 kali log dive (kali penyelaman) di laut, sedangkan Nabil sebanyak 16 kali log dive. “Saya ikut klub menyelam sudah 3 tahun sejak semester 2 sudah masuk UKSA sampai sekarang,” kata Abad.
Baca juga: Klaster COVID-19 Keluarga Bermunculan Pasca Lebaran, Ganjar: Jangan Sepelekan!
“Kita diajari tak hanya selama saja, juga organisasi tentang attitude selam, under fotografi, diajari jadi atlet. Tapi balik ke diri sendiri ingin mendalami yang mana,” ujar dia.
“Kalau saya pribadi karena pertama saya masuk jurusan Kelautan dan saya kira belajar menyelam untuk bisa lebih mengenal bawah laut. Karena ini merupakan suatu hal yang baru jadi tertarik,” ujarnya.
Sementara Nabil mengatakan, dia berpikir bahwa jurusan Kelautan itu harus bisa menyelam karena lebih berkecimpung di dunia laut dan lebih mendalami tentang laut. “Mungkin saya juga ada dorongan lebih mendalami selam,” ujar mahasiswa asal Bogor ini.
Lihat Juga: Kompolnas Sebut Ada Jejak Digital yang Ungkap Rangkaian Peristiwa Penembakan Siswa SMAN 4 Semarang
Tiga mahasiswa itu adalah Abad (23) Nabil (20), dan Zigro (23). Mereka merupakan mahasiswa yang tergabung di Unit Kegiatan Selam (UKSA) 387 Undip.
Abad dan Nabil bahkan ikut terjun langsung dalam penyelaman pada Minggu (16/5/2021) pukul 09.30 WIB. Sementara Zigro siaga di daratan area waduk melakukan monitoring dan komunikasi dengan kedua rekannya selama penyelaman.
Terjun menyelam di Waduk Kedung Ombo menjadi pengalaman pertama dalam operasi SAR pencarian korban tenggelam. Abad dan Nabil mengaku mengaku memiliki perasaan yang sama saat terlibat untuk pertama kalinya menyelam dalam operasi SAR.
Baca juga: Tragedi Waduk Kedungombo Telan 9 Nyawa, Polisi Awasi Ketat Tempat Wisata
“Kebetulan kita berdua baru pertama kali mengikuti pencarian korban hilang. Karena baru pertama kali, perasaannya pasti deg-degan. Untuk menghilangkannya, kita semangati diri sendiri dan kuatkan mental,” kata Abad kepada MNC Portal Indonesia, Selasa (18/4/2021).
Mahasiswa semester akhir Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Undip itu menceritakan kali pertama mendapatkan kabar untuk ikut operasi SAR di Kedung Ombo berasal dari senior UKSA yang selama ini bekerja sama dengan SAR daerah Jawa Tengah.
“Saya dapat chat jam 2 dari senior UKSA yang biasa bekerja sama, katanya dari Sarda Jateng butuh tenaga penyelam untuk pencarian korban hilang. Lalu kita siapkan alat,” katanya.
Dia mengatakan, selama ini dirinya memang sering diajak dan bekerja sama dengan SAR daerah Jawa Tengah untuk pencarian-pencarian korban hilang. “Jadi pas kejadian Kedung Ombo ini diajak Sarda Jateng ke lokasi sebagai tenaga penyelam. Di sana kita bertugas untuk menyelam,” ujar mahasiswa asal Bekasi ini.
Abad mengatakan, awalnya waktu hari Minggu (16/5) masih ada 3 korban yang hilang. Sebelum dia menyelam sudah ada yang menyelam terlebih dulu. “Nah sebelum kami menyelam, tim menemukan satu jenazah. Saat kami sudah menyelam, sisa dua korban yang belum ditemukan,” ujarnya.
Sementara, Nabil mengatakan bahwa dia bersama Abad melakukan penyelaman selama sekitar 25 menit di kedalaman 25 meter, dari awal sampai akhir. “Kita carinya sudah ada guide lainnya, kita nyarinya mengikuti line sambil melihat-lihat kanan kiri pakai senter (penerangan) karena gelap, tapi feasibility-nya bagus,” kata Nabil.
“Dari 15 meter ke permukaan feasibility-nya kurang bagus. Selama menyelam sambil mengikuti jalur pasang di dasar, itu kita menemukan kerudung anak kecil berwarna abu-abu. Namun kita kurang tahu juga apakah punya korban atau tidak,” ujar mahasiswa semester 6 Prodi Ilmu Kelautan ini.
Dia mengatakan, awalnya dirinya bersama Abad sudah janjian kalau menemukan sesuatu berhenti dulu. “Kebetulan saya yang nemuin. Pas teman saya raba-raba ternyata tak ada apa-apa,” katanya.
Terkait persiapan menyelam, kata dia, kali pertama adalah mempersiapkan peralatan. Seperti scuba set, regulator, tabung, sarung tangan, wide shot karena suhunya lumayan dingin.
Selain itu, persiapan di luar teknis yakni berdoa dan istirahat secukupnya. “ Persiapannya ya istirahat. Sebelumnya juga telah mengabari ke keluarga kalau mau menyelam ikut operasi SAR. Dan dapat pesan dari kakak agar berhati-hati,” kata Abad. “Kalau menurut saya, ya kuncinya berdoa, tak panik, tetap berpikir jernih,” timpal Nabil.
Sementara keterlibatan mereka untuk pertama kalinya dalam operasi pencarian korban tenggelam di Waduk Kedung Ombo, bukan tanpa bekal. Karena mereka sebelumnya telah terlatih selama mengikuti pendidikan dan latihan (diklat) di UKSA.
Abad tercatat sudah 35 kali log dive (kali penyelaman) di laut, sedangkan Nabil sebanyak 16 kali log dive. “Saya ikut klub menyelam sudah 3 tahun sejak semester 2 sudah masuk UKSA sampai sekarang,” kata Abad.
Baca juga: Klaster COVID-19 Keluarga Bermunculan Pasca Lebaran, Ganjar: Jangan Sepelekan!
“Kita diajari tak hanya selama saja, juga organisasi tentang attitude selam, under fotografi, diajari jadi atlet. Tapi balik ke diri sendiri ingin mendalami yang mana,” ujar dia.
“Kalau saya pribadi karena pertama saya masuk jurusan Kelautan dan saya kira belajar menyelam untuk bisa lebih mengenal bawah laut. Karena ini merupakan suatu hal yang baru jadi tertarik,” ujarnya.
Sementara Nabil mengatakan, dia berpikir bahwa jurusan Kelautan itu harus bisa menyelam karena lebih berkecimpung di dunia laut dan lebih mendalami tentang laut. “Mungkin saya juga ada dorongan lebih mendalami selam,” ujar mahasiswa asal Bogor ini.
Lihat Juga: Kompolnas Sebut Ada Jejak Digital yang Ungkap Rangkaian Peristiwa Penembakan Siswa SMAN 4 Semarang
(msd)