WHO Prihatin Penambahan Kasus COVID-19 Terbanyak dalam Sehari
loading...
A
A
A
JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan keprihatinannya atas terjadinya peningkatan jumlah kasus virus Corona baru di negara-negara miskin.
Kondisi ini terjadi pada saat negara-negara kaya mulai mengurangi penguncian wilayahnya atau lockdown. (Baca juga: Mengaku Buat Kesalahan, WHO Minta Pandemi Tidak Jadi Pion Politik )
Badan kesehatan global itu mengatakan tercatat ada 106.000 kasus baru infeksi COVID-19 yang dicatat dalam 24 jam terakhir. Ini adalah yang terbesar dalam satu hari sejak pandemi global itu mulai terjadi.
“Kami masih memiliki jalan panjang untuk menghadapi pandemi ini,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada konferensi pers.
"Kami sangat prihatin dengan meningkatnya kasus di negara berpenghasilan rendah dan menengah," kata dia seperti disitir dari Reuters, Kamis (21/5/2020).
WHO mendapat kecaman dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang menuduhnya telah salah menangani wabah dan memihak China, tempat virus itu diyakini muncul akhir tahun lalu.
Minggu ini Trump mengancam akan menarik diri dari WHO dan secara permanen mencabut pendanaan untuk badan itu.
Terkait hal itu, Tedros mengakui telah menerima surat dari Trump. Namun ia menolak berkomentar lebih lanjut.
Tedros mengatakan, dia telah lama mencari sumber pendanaan lain untuk WHO. Ia mengatakan anggarannya USD2,3 miliar sangat kecil untuk badan internasional, atau setara dengan anggaran rumah sakit berukuran sedang di negara maju.
Tedros menyatakan berkomitmen untuk pertanggungjawaban dan akan melakukan peninjauan atas respons terhadap pandemi. Ulasan semacam itu dituntut oleh negara-negara anggota dalam resolusi minggu ini yang disahkan oleh konsensus, meskipun Amerika Serikat menyatakan keberatan tentang beberapa elemennya.
“Saya mengatakan berulang kali bahwa WHO meminta pertanggungjawaban lebih dari siapa pun. Itu harus dilakukan dan ketika selesai harus komprehensif,” kata Tedros tentang ulasan itu, sambil menolak mengatakan kapan itu akan dimulai.
Sementara itu kepala program kedaruratan WHO, Mike Ryan, mengatakan: "Kita akan segera mencapai tonggak tragis dari 5 juta kasus."
Sedangkan mengenai ulasan respons terhadap pandemi, Ryan mengatakan, penilaian seperti itu biasanya dilakukan setelah keadaan darurat selesai.
“Saya akan lebih suka, saat ini, untuk melanjutkan pekerjaan respon darurat, pengendalian epidemi, mengembangkan dan mendistribusikan vaksin, meningkatkan pengawasan kami, menyelamatkan hidup dan mendistribusikan APD penting untuk pekerja dan menemukan oksigen medis bagi orang-orang di lingkungan yang rapuh, mengurangi dampak penyakit ini pada pengungsi dan migran,” kata dia.
Ryan mengatakan, orang harus menghindari penggunaan obat malaria hydroxychloroquine untuk mengobati atau mencegah infeksi virus Corona, kecuali sebagai bagian dari uji klinis untuk mempelajarinya. Pernyataan ini dianggap dinilai menyidir pernyataan Presiden AS Donald Trump.
Trump mengatakan, dia sedang menggunakan hydroxychloroquine untuk mencegah infeksi virus Corona.
"Pada tahap ini, (baik) hydroxychloroquine atau chloroquine belum terbukti efektif dalam pengobatan COVID-19 atau dalam profilaksis untuk tidak terserang penyakit ini," kata Ryan.
"Bahkan, kebalikannya, dalam peringatan itu telah dikeluarkan oleh banyak pihak berwenang mengenai potensi efek samping dari obat tersebut," kata dia.
Kondisi ini terjadi pada saat negara-negara kaya mulai mengurangi penguncian wilayahnya atau lockdown. (Baca juga: Mengaku Buat Kesalahan, WHO Minta Pandemi Tidak Jadi Pion Politik )
Badan kesehatan global itu mengatakan tercatat ada 106.000 kasus baru infeksi COVID-19 yang dicatat dalam 24 jam terakhir. Ini adalah yang terbesar dalam satu hari sejak pandemi global itu mulai terjadi.
“Kami masih memiliki jalan panjang untuk menghadapi pandemi ini,” kata Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada konferensi pers.
"Kami sangat prihatin dengan meningkatnya kasus di negara berpenghasilan rendah dan menengah," kata dia seperti disitir dari Reuters, Kamis (21/5/2020).
WHO mendapat kecaman dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang menuduhnya telah salah menangani wabah dan memihak China, tempat virus itu diyakini muncul akhir tahun lalu.
Minggu ini Trump mengancam akan menarik diri dari WHO dan secara permanen mencabut pendanaan untuk badan itu.
Terkait hal itu, Tedros mengakui telah menerima surat dari Trump. Namun ia menolak berkomentar lebih lanjut.
Tedros mengatakan, dia telah lama mencari sumber pendanaan lain untuk WHO. Ia mengatakan anggarannya USD2,3 miliar sangat kecil untuk badan internasional, atau setara dengan anggaran rumah sakit berukuran sedang di negara maju.
Tedros menyatakan berkomitmen untuk pertanggungjawaban dan akan melakukan peninjauan atas respons terhadap pandemi. Ulasan semacam itu dituntut oleh negara-negara anggota dalam resolusi minggu ini yang disahkan oleh konsensus, meskipun Amerika Serikat menyatakan keberatan tentang beberapa elemennya.
“Saya mengatakan berulang kali bahwa WHO meminta pertanggungjawaban lebih dari siapa pun. Itu harus dilakukan dan ketika selesai harus komprehensif,” kata Tedros tentang ulasan itu, sambil menolak mengatakan kapan itu akan dimulai.
Sementara itu kepala program kedaruratan WHO, Mike Ryan, mengatakan: "Kita akan segera mencapai tonggak tragis dari 5 juta kasus."
Sedangkan mengenai ulasan respons terhadap pandemi, Ryan mengatakan, penilaian seperti itu biasanya dilakukan setelah keadaan darurat selesai.
“Saya akan lebih suka, saat ini, untuk melanjutkan pekerjaan respon darurat, pengendalian epidemi, mengembangkan dan mendistribusikan vaksin, meningkatkan pengawasan kami, menyelamatkan hidup dan mendistribusikan APD penting untuk pekerja dan menemukan oksigen medis bagi orang-orang di lingkungan yang rapuh, mengurangi dampak penyakit ini pada pengungsi dan migran,” kata dia.
Ryan mengatakan, orang harus menghindari penggunaan obat malaria hydroxychloroquine untuk mengobati atau mencegah infeksi virus Corona, kecuali sebagai bagian dari uji klinis untuk mempelajarinya. Pernyataan ini dianggap dinilai menyidir pernyataan Presiden AS Donald Trump.
Trump mengatakan, dia sedang menggunakan hydroxychloroquine untuk mencegah infeksi virus Corona.
"Pada tahap ini, (baik) hydroxychloroquine atau chloroquine belum terbukti efektif dalam pengobatan COVID-19 atau dalam profilaksis untuk tidak terserang penyakit ini," kata Ryan.
"Bahkan, kebalikannya, dalam peringatan itu telah dikeluarkan oleh banyak pihak berwenang mengenai potensi efek samping dari obat tersebut," kata dia.
(nth)