Pemerintah Daerah Harus Proaktif Cegah Masyarakat Mudik Lebaran
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah pusat telah mengumumkan larangan mudik lebaran tahun ini untuk mencegah kembali melonjaknya kasus positif Covid-19. Tak hanya pemerintah pusat, pemerintah daerah juga harus berperan aktif dalam mencegah masyarakat melakukan mudik.
Menurut Ahli Penyakit Tropik dan Infeksi, dr Erni Juwita Nelwan, pencegahan agar masyarakat tidak mudik tidak bisa hanya oleh pemerintah pusat. Pemerintah daerah pun harus berupaya mencegah masyarakat mudik. Koordinasi antar daerah bisa jadi salah satu cara.
"Lakukan sistem isolasi sebelum keluar masuk suatu daerah, bahkan yang ekstrem swab buat semua pendatang yang biayanya bisa sharing," ucapnya.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk mencegah masyarakat yang bersikeras mudik. "Edukasi risiko dan manfaat, lakukan tindakan yang simpatik dalam melarang, dan ada aturan yang tegas buat semua," ucap Erni.
Kemudian, tempat wisata seharusnya tidak boleh dibuka selama ada larangan mudik Lebaran. "Kalau tidak boleh mudik, tidak boleh juga wisata ya," tutur Erni.
Sementara itu, Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengatakan, Indonesia akan menghadapi lonjakan kasus positif Covid-19 jika mudik tidak bisa dikendalikan.
"Itu suatu hal yang tidak bisa dibantah. Itu satu hukum biologi. Bahwa kasusnya terlihat atau tidak, itu lain soal," ujar Dicky Budiman secara terpisah.
Dia berpendapat bahwa tidak terlihat bukan berarti tidak ada kasus. "Ini yang harus dipahami. Apalagi sekarang ada strain baru begitu cepat menular, bukan berarti tidak terjadi infeksi penularan ketika arus mobilisasi relatif tinggi, itu tetap terjadi," kata Dicky.
Menurutnya, pemerintah bisa memperkuat regulasi untuk mencegah banyaknya masyarakat yang ngotot mudik lebaran. "Misalnya perkantoran, ASN, BUMN, BUMD, perusahaan-perusahaan juga diimbau untuk tidak mudik, kecuali lebih banyak sifatnya stafcation aja," ujar Dicky.
Selain itu, Dicky menilai pemerintah juga bisa membangun narasi bahwa kehadiran fisik bisa merugikan atau membahayakan. Menurut dia, masyarakat bisa mengirimkan makanan atau benda ke keluarga di kampung halaman tanpa melakukan mudik.
"Gunakan juga keterlibatan tokoh masyarakat, tokoh agama, selain pemerintah sendiri pejabat publiknya memberikan contoh langsung nyata bahwa dia tidak pulang kampung. Karena mencegah sama sekali sulit. Yang harus dilakukan adalah membangun kesadaran dan meminimalisir risiko," kata Dicky.
Lebih lanjut dia mengatakan, pemerintah daerah seharusnya berperan mencegah masyarakat mudik. "Pemerintah daerah juga berperan dalam imbauan kepada warganya yang merantau, memberikan pesan pada yang tidak bisa mudik," kata Dicky.
Dirinya pun tidak sepakat tempat wisata dibuka selama ada larangan mudik. Menurutnya, sanksi bisa diberikan untuk pengelola tempat wisata maupun pengunjung. "Sistem sanksi bagi pengelola dan denda misalnya bagi pengunjung bisa diterapkan untuk menjamin itu," pungkas Dicky.
Menurut Ahli Penyakit Tropik dan Infeksi, dr Erni Juwita Nelwan, pencegahan agar masyarakat tidak mudik tidak bisa hanya oleh pemerintah pusat. Pemerintah daerah pun harus berupaya mencegah masyarakat mudik. Koordinasi antar daerah bisa jadi salah satu cara.
"Lakukan sistem isolasi sebelum keluar masuk suatu daerah, bahkan yang ekstrem swab buat semua pendatang yang biayanya bisa sharing," ucapnya.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan pemerintah untuk mencegah masyarakat yang bersikeras mudik. "Edukasi risiko dan manfaat, lakukan tindakan yang simpatik dalam melarang, dan ada aturan yang tegas buat semua," ucap Erni.
Kemudian, tempat wisata seharusnya tidak boleh dibuka selama ada larangan mudik Lebaran. "Kalau tidak boleh mudik, tidak boleh juga wisata ya," tutur Erni.
Sementara itu, Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University, Australia, Dicky Budiman mengatakan, Indonesia akan menghadapi lonjakan kasus positif Covid-19 jika mudik tidak bisa dikendalikan.
"Itu suatu hal yang tidak bisa dibantah. Itu satu hukum biologi. Bahwa kasusnya terlihat atau tidak, itu lain soal," ujar Dicky Budiman secara terpisah.
Dia berpendapat bahwa tidak terlihat bukan berarti tidak ada kasus. "Ini yang harus dipahami. Apalagi sekarang ada strain baru begitu cepat menular, bukan berarti tidak terjadi infeksi penularan ketika arus mobilisasi relatif tinggi, itu tetap terjadi," kata Dicky.
Menurutnya, pemerintah bisa memperkuat regulasi untuk mencegah banyaknya masyarakat yang ngotot mudik lebaran. "Misalnya perkantoran, ASN, BUMN, BUMD, perusahaan-perusahaan juga diimbau untuk tidak mudik, kecuali lebih banyak sifatnya stafcation aja," ujar Dicky.
Selain itu, Dicky menilai pemerintah juga bisa membangun narasi bahwa kehadiran fisik bisa merugikan atau membahayakan. Menurut dia, masyarakat bisa mengirimkan makanan atau benda ke keluarga di kampung halaman tanpa melakukan mudik.
"Gunakan juga keterlibatan tokoh masyarakat, tokoh agama, selain pemerintah sendiri pejabat publiknya memberikan contoh langsung nyata bahwa dia tidak pulang kampung. Karena mencegah sama sekali sulit. Yang harus dilakukan adalah membangun kesadaran dan meminimalisir risiko," kata Dicky.
Lebih lanjut dia mengatakan, pemerintah daerah seharusnya berperan mencegah masyarakat mudik. "Pemerintah daerah juga berperan dalam imbauan kepada warganya yang merantau, memberikan pesan pada yang tidak bisa mudik," kata Dicky.
Dirinya pun tidak sepakat tempat wisata dibuka selama ada larangan mudik. Menurutnya, sanksi bisa diberikan untuk pengelola tempat wisata maupun pengunjung. "Sistem sanksi bagi pengelola dan denda misalnya bagi pengunjung bisa diterapkan untuk menjamin itu," pungkas Dicky.
(agn)