Geger Maling Aguno, Robin Hood yang Meresahkan Orang-orang Kaya Blitar
loading...
A
A
A
Bagi sebagian besar masyarakat Blitar, Maling Aguno dianggap sebagai pencuri budiman. Semacam Robin Hood di Inggris, yang menyatroni para bangsawan untuk dibagi bagikan kepada rakyat jelata. Semacam Brandal Loka Jaya di Tuban. Maling Cluring di Jombang.
Maling Kentiri di Kediri (Ada yang menyebut Blora). Diego Carrientes di Spanyol. Atau Janosik di Slovakia. Begitu juga dengan Maling Aguno. Kata Tatok, hasil dari aksi kejahatannya untuk disedahkan kepada orang orang miskin.
Ia hanya menyasar orang orang kaya tamak. Mereka yang menumpuk numpuk harta tanpa mempedulikan nasib rakyat jelata. Karenanya, meskipun secara hukum melanggar, rakyat kecil tetap mencintainya. Tidak jarang rakyat memilih bersikap melindungi saat Maling Aguno dikejar kejar.
"Aguno sendiri memiliki arti yang berguna," kata Tatok memberi tafsir otak atik gathuk. Bagi orang orang kaya (Saat ini berada di wilayah Blitar), sepak terjang Maling Aguno tidak hanya meresahkan. Tapi juga menakutkan. Maling Aguno konon juga bisa masuk ke dalam batang pohon pisang.
Saat dikejar kejar ia bisa bergerak cepat yang seolah menghilang. Namun dalam kondisi terjepit, Maling Aguno tidak jarang melawan para pengejarnya. Pasalnya, ia memiliki pukulan mematikan sekaligus tubuh yang tidak bisa dilukai senjata tajam.
Tatok belum bisa memastikan, Maling Aguno hidup di masa apa. Ada versi yang menyebut, masa Kerajaan Singasari. Karenanya yang ia satroni para penggede kerajaan, bangsawan dan para orang kaya di masa itu. Versi lain mengatakan, di masa Kerajaan Mataram Islam awal.
Bahkan ada yang menyebut, sebelum menyerang Kerajaan Mataram yang dirajai Amangkurat I (1677), Trunojoyo konon lebih dulu berdoa di makam Maling Aguno. Serangan Raden Trunojoyo atau Panembahan Maduretno dari Madura mengakibatkan Amangkurat I keluar Istana.
Bahkan putra Sultan Agung tersebut tewas dalam pelarian. "Ada yang mengatakan, saat pasukannya bermarkas di Kediri, Trunojoyo sempat berdoa di makam Maling Aguno," kata Tatok. Lalu seperti apa sosok Maling Aguno? Tatok tidak bisa memastikan.
Sumber sumber tertulis yang ia kumpulkan terbatas jumlahnya, dan tidak ada menyebut jelas seperti apa sosok laki laki pencuri budiman tersebut. Namun dari penerawangan mata batin yang pernah dilakukan bersama teman temannya di makam Maling Aguno, kata Tatok, mereka melihat sosok laki laki berperawakan tinggi besar.
Meski demikian tindak tanduknya santun. Bagi Tatok, di setiap zaman di mana penindasan dan ketidakadilan merajalela, kehadiran tokoh semacam Maling Aguno dibutuhkan. "Dari penerawangan mata batin baju yang dikenakan Maling Aguno katanya seperti penampilan laki laki dari tanah Melayu," kata Tatok.
Maling Kentiri di Kediri (Ada yang menyebut Blora). Diego Carrientes di Spanyol. Atau Janosik di Slovakia. Begitu juga dengan Maling Aguno. Kata Tatok, hasil dari aksi kejahatannya untuk disedahkan kepada orang orang miskin.
Ia hanya menyasar orang orang kaya tamak. Mereka yang menumpuk numpuk harta tanpa mempedulikan nasib rakyat jelata. Karenanya, meskipun secara hukum melanggar, rakyat kecil tetap mencintainya. Tidak jarang rakyat memilih bersikap melindungi saat Maling Aguno dikejar kejar.
"Aguno sendiri memiliki arti yang berguna," kata Tatok memberi tafsir otak atik gathuk. Bagi orang orang kaya (Saat ini berada di wilayah Blitar), sepak terjang Maling Aguno tidak hanya meresahkan. Tapi juga menakutkan. Maling Aguno konon juga bisa masuk ke dalam batang pohon pisang.
Saat dikejar kejar ia bisa bergerak cepat yang seolah menghilang. Namun dalam kondisi terjepit, Maling Aguno tidak jarang melawan para pengejarnya. Pasalnya, ia memiliki pukulan mematikan sekaligus tubuh yang tidak bisa dilukai senjata tajam.
Tatok belum bisa memastikan, Maling Aguno hidup di masa apa. Ada versi yang menyebut, masa Kerajaan Singasari. Karenanya yang ia satroni para penggede kerajaan, bangsawan dan para orang kaya di masa itu. Versi lain mengatakan, di masa Kerajaan Mataram Islam awal.
Bahkan ada yang menyebut, sebelum menyerang Kerajaan Mataram yang dirajai Amangkurat I (1677), Trunojoyo konon lebih dulu berdoa di makam Maling Aguno. Serangan Raden Trunojoyo atau Panembahan Maduretno dari Madura mengakibatkan Amangkurat I keluar Istana.
Bahkan putra Sultan Agung tersebut tewas dalam pelarian. "Ada yang mengatakan, saat pasukannya bermarkas di Kediri, Trunojoyo sempat berdoa di makam Maling Aguno," kata Tatok. Lalu seperti apa sosok Maling Aguno? Tatok tidak bisa memastikan.
Sumber sumber tertulis yang ia kumpulkan terbatas jumlahnya, dan tidak ada menyebut jelas seperti apa sosok laki laki pencuri budiman tersebut. Namun dari penerawangan mata batin yang pernah dilakukan bersama teman temannya di makam Maling Aguno, kata Tatok, mereka melihat sosok laki laki berperawakan tinggi besar.
Meski demikian tindak tanduknya santun. Bagi Tatok, di setiap zaman di mana penindasan dan ketidakadilan merajalela, kehadiran tokoh semacam Maling Aguno dibutuhkan. "Dari penerawangan mata batin baju yang dikenakan Maling Aguno katanya seperti penampilan laki laki dari tanah Melayu," kata Tatok.