Geger Maling Aguno, Robin Hood yang Meresahkan Orang-orang Kaya Blitar

Minggu, 21 Maret 2021 - 19:08 WIB
loading...
A A A
Di era tahun 1980-an hingga 1990-an, kata Tatok masih banyak ludruk di Blitar yang mementaskan lakon Maling Aguno. "Selain Maling Aguno, juga ada lakon Maling Caluring dan Sogol," kenang Tatok.

Tatok tumbuh di lingkungan masyarakat nahdliyin. Ia gemar menelisik sejarah lokal. Pada tahun 1997 jelang reformasi, Tatok bahkan pernah berhari hari menyusuri makam makam tua. Selama 72 hari ia berjalan kaki mulai Blitar, Banten, hingga Madura.

Tatok percaya, kisah Maling Aguno bukan sepenuhnya legenda. Ia meyakini ada. Sebab keberadaan makam Maling Aguno, betul betul ada. "Saya kira Maling Aguno betul betul ada. Karena ada makamnya," terang Tatok menceritakan di mana makam itu berada.

Makam itu terletak di kawasan tebing Gunung Pegat, wilayah Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar. Tepatnya di Desa Prambutan yang secara administratif masuk wilayah Kecamatan Ponggok. Lokasinya dibawah Situs Pertapaan.

Yakni puncak Gunung Pegat setinggi 200 meter di atas permukaan laut (Mdpl) yang konon Dewi Kilisuci, putri sulung Prabu Airlangga, Raja Kahuripan, pernah bertapa. Lokasi makam juga tidak terpaut jauh dari situs Candi Mleri di Desa Bagelenan, tempat persemayaman abu jenazah Ranggawuni atau Wisnuwardhana, Raja Singasari ketiga.

"Apakah masih ada kaitan dengan pertapaan Dewi Kilisuci dan Candi Mleri?, sampai hari ini jawabanya masih misteri," tambahnya.

Secara topografi, lokasi makam tersebut tersembunyi di kawasan hutan. Akses menuju lokasi berupa jalan setapak yang sarat tanjakan. Tanahnya merah bercampur bebatuan. Tidak hanya terjal. Tanah tersebut juga berkarakter licin saat tersiram air hujan.

Karenanya hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki. SINDOnews mendatangi lokasi. Sekitar 20 meter sebelum makam, berdiri bongkahan batu kuno yang diduga bagian dari konstruksi bangunan candi. Di atasnya terlihat sisa abu pembakaran dupa. Makam Maling Aguno membujur dengan arah mata angin Utara -Selatan.

Pada bagian kedua ujungnya, masing masing tertancap nisan. Namun tidak ada tulisan nama. Juga bersih dari angka tahun. Yang unik pada bagian pusaranya. Bukan gundukan tanah. Melainkan tumpukan potongan batu candi. Entah siapa yang meletakannya.

"Saya pertama kali ziarah makam Maling Aguno sejak masih madrasah tsanawiyah (setingkat SMP). Dari dulu pusaranya ya seperti itu," terang Tatok menjelaskan.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1790 seconds (0.1#10.140)