Mengingat Kembali Nganteuran, Budaya Sarat Makna yang Tertelan Zaman
loading...
A
A
A
Dahulu budaya ini pernah dilakukan di perkotaan, perdesaan dan perkampungan. Namun sejak dekade 1990-an hingga sekarang sudah jarang ditemui orang-orang yang saling hantarkan atau silih anteuran di daerah perkotaan.
(Baca: Setengah Juta Debitur di Jabar Ajukan Relaksasi Kredit Rp32 Triliun)
Demikian pula di Purwakarta, sudah sangat sulit menemukan budaya ini di kota Purwakarta, kecuali wilayah seperti Munjuljaya paling pinggir dan Citalang. Apalagi di pusat ibukota dari kabupaten sudah sangat sulit ditemukan.
“Harapan kami tentunya budaya ini harus terus dipertahankan dan dipelihara. Namun semua tergantung kepada taraf kehidupan ekonomi masyarakat, besarnya penghasilan dan tingginya daya beli masyarakat serta kepedulian sosial masyarakat,”pungkasnya.
(Baca: Setengah Juta Debitur di Jabar Ajukan Relaksasi Kredit Rp32 Triliun)
Demikian pula di Purwakarta, sudah sangat sulit menemukan budaya ini di kota Purwakarta, kecuali wilayah seperti Munjuljaya paling pinggir dan Citalang. Apalagi di pusat ibukota dari kabupaten sudah sangat sulit ditemukan.
“Harapan kami tentunya budaya ini harus terus dipertahankan dan dipelihara. Namun semua tergantung kepada taraf kehidupan ekonomi masyarakat, besarnya penghasilan dan tingginya daya beli masyarakat serta kepedulian sosial masyarakat,”pungkasnya.
(muh)