Ini Uraian Wali Kota Marten Tentang Kebudayaan Gorontalo di Hadapan Profesor Asal UNG dan UNHAS

Senin, 15 Maret 2021 - 14:18 WIB
loading...
Ini Uraian Wali Kota...
Wali Kota Gorontalo, Marten Taha, saat berbicara sebagai keynote speaker pada workshop tentang kebudayaan di hadapan profesor asal UNG dan UNHAS.
A A A
KOTA GORONTALO - Wali Kota Gorontalo, Marten Taha Senin (15/03/2021) didapuk sebagai keynote speaker pada kegiatan workshop, kerja sama antara UNG (Universitas Negeri Gorontalo) dan UNHAS (Universitas Hasanuddin) Makassar.

Pada workshop tentang strategi pembangunan dan penguatan kebudayaan itu, Marten jelaskan penyelenggaraan pemerintahan dari tahun ke tahun. Marten menjelaskan pemerintahannya telah memberikan perubahan yang signifikan, secara menyeluruh untuk daerah Gorontalo, khusus Kota Gorontalo.

“Khusus dalam pemajuan kebudayaan, Pemerintah Kota Gorontalo mencoba menginisiasi kegiatan workshop pemajuan kebudayaan,” kata Marten.

Menurut Marten ini dalam kerangka mencari solusi konstruktif terhadap isu-isu pembangunan budaya, melalui bidang pendidikan.

Ia mengaku sangat menaruh perhatian dan apresiasi maksimal, terhadap kegiatan ini.

Wali Kota Gorontalo Dua Periode ini juga berharap, seluruh profesor yang sedang menempuh pendidikan S3 bersamanya di UNHAS, agar bisa memberikan kontribusi secara akademis dan terukur terhadap konsepsi pemajuan kebudayaan di Gorontalo.

Ia jelaskan, merawat dan membangun kearifan lokal merupakan upaya untuk menjaga keutuhan bangsa Indonesia. Identitas anak bangsa akan terus melekat, manakala kearifan lokal itu terus terjaga dan berkembang.

“Menggali kearifan nenek moyang yang hilang, termasuk salah satu bagian memperkuat kembali eksistensi kebangsaan. Sudah semestinya pengembangan kebudayaan harus dimulai dari pembangunan desa, dan pembangunan daerah di Indonesia. Dengan tidak melupakan identitas kebangsaannya, yakni kearifan lokal,” tutur Marten.

Identitas Gorontalo kata Merten, identik dengan menggambarkan sebuah etnik di Nusantara, budaya yang ada di Gorontalo.

Ia menyatakan masyarakat Gorontalo dikenal sangat kental dengan kombinasi nuansa adat, dan budaya.

"Potret tersebut tercermin pada realitas yang telah mengkristal sejak zaman dahulu, dalam ungkapan “Aadati Hula-Hula’a To Sara’a, Sara’a Hula-Hula’a To Kitabullah”. Yang kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebihnya adalah, “Adat Bertumpu Pada Syara, Syara Bertumpu Pada Kitabullah”, "tuturnya.

Wali kota menjelang dalam tata kehidupan bermasyarakat di Gorontalo, adat dipandang sebagai satu kehormatan atau adab, norma dan bahkan merupakan pedoman dalam tata laksana pemerintahan.

“Sebagaimana dinisbatkan dalam sebuah ungkapan yang sangat populer, yaitu adat bersendi sara’ dan sara’ bersendi kitabullah. Makna dari ini, dimana adat dilaksanakan berdasarkan aturan, sedangkan aturan ini harus berdasarkan Al Quran,” ucapnya.

Dalam kehidupan masyarakat Gorontalo, pembangunan kebudayaan merupakan upaya untuk mengembangkan dan memajukan aspek kebudayaan yang merujuk pada tujuh unsur kebudayaan universal.

Masing-masing adalah, religi, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian, ilmu pengetahuan, peralatan hidup, dan terakhir kekerabatan.

“Ada dua fator yang menjadi tantangan besar kebudayaan kita, yakni internal dan eksternal. Misal internal, ketika kekuatan budaya lokal, kearifan lokal, nilai-nilai tradisional dianggap tidak relevan, sehingga mulai diabaikan oleh pelaku budaya. Sementara faktor eksternal misal, globalisasi,” tuturnya.

“Sebagai Wali Kota Gorontalo, saya melihat keterlaksanaan kegiatan ini sangat diharapkan bisa memberikan warna yang indah dalam pada desain pembangunan Kota Gorontalo. Khususnya pada pemajuan kebudayaan,” ucapnya.
(atk)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1306 seconds (0.1#10.140)