Jejak Dewi Kilisuci, Putri Sulung Prabu Airlangga di Puncak Gunung Pegat Blitar

Kamis, 11 Maret 2021 - 20:15 WIB
loading...
A A A
Di sebelah ia duduk dengan kaki terjuntai, terlihat arca kepala Kala. Bongkahan batu yang berukir muka raksasa dalam kondisi sudah tidak sempurna. Bagian atasnya terpancung. Di dekat kala, berdiri Yoni yang di bagian lubang berbentuk segi empat, berisi air. Yoni tersebut dililit ukiran ular naga. Tepat di bawah kepala naga terlihat bekas bakaran dupa yang masih baru.

"Sepertinya belum lama dipakai ritualan," kata Geovani. Tidak jauh dari Kala dan Yoni terdapat gundukan batu candi berbentuk persegi empat. Posisinya bertumpuk tidak beraturan. Diantara gundukan tersebut terselip umpak batu. Namun tidak terlihat adanya prasasti. Sementara yang disebut bangunan induk adalah sebuah cungkup berlantai batu candi. Konon, di situlah Dewi Kilisuci atau bernama lain Sanggramawijaya, bersemedi.

Lokasi tersebut dianggap keramat sekaligua suci. Tidak semua orang dibolehkan berada di sana. Terutama para wanita yang sedang masa menstruasi, dilarang. Tepat di depan cungkup berdiri pohon beringin besar, yang diperkirakan berusia tua. Sementara pepohonan jati, berbagai jenis tanaman merambat, serta semak belukar, tumbuh liar mengelilingi. Pada hari tertentu, kerap dijumpai kawanan kera bergelantungan di pepohonan.

Sayangnya di siang ini, kawanan binatang liar tersebut, tidak terlihat. Begitu juga juru kunci pertapaan, juga tidak tampak. Dari sumber yang dihimpun, prasasti Candi Pertapaan di Gunung Pegat berangka tahun 1120 saka atau 17 Oktober 1198 di masa pemerintahan Raja Srengga Kerajaan Kadiri. Sumber lain menyebut, selain Gunung Pegat, Kilisuci juga bertapa di kawasan Gunung Kawi, Malang dan Gunung Sempu di kawasan Yogyakarta.

Sementara Mislan, warga setempat mengatakan, sejak pandemi COVID-19, pengunjung wisata Bukit Pertapaan Gunung Pegat turun drastis. Termasuk pada tanggal merah hari ini. Sedangkan sebelum pandemi, tingkat kunjungan per hari bisa mencapai 500 orang, yakni terutama pada saat week end (Sabtu dan Minggu). Kemudian di hari biasa mencapai 200 orang per hari.

Situasi sepi tersebut yang membuat sebagian besar lapak pedagang makanan dan minuman tutup. "Ketika pandemi hanya 25 orang per hari. Dan itu berlangsung hingga hari ini," tutur Mislan. Sementara untuk masuk lokasi wisata pengunjung hanya dikenai tiket kebersihan Rp2.000 per kepala dan parkir.
(shf)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1237 seconds (0.1#10.140)