Kelola Dana Rp2 M, Bank Mini SMKN 1 Pinrang Kolaps Dilapor Polisi

Jum'at, 05 Maret 2021 - 16:45 WIB
loading...
Kelola Dana Rp2 M, Bank Mini SMKN 1 Pinrang Kolaps Dilapor Polisi
Polres Pinrang mendalami kasus bank mini SMKN 1 Pinrang yang kolaps setelah mengelola dana Rp2 miliar yang beroperasi sejak tahun 2000. Foto: Ilustrasi
A A A
PINRANG - Nasabah Bank Mini Sekolah (BMS) yang didirikan Unit Produksi SMKN 1 Pinrang sejak tahun 2000 silam, harus gigit jari setelah pihak pengelola BMS mengaku kolaps dan tidak bisa mengembalikan dana nasabah yang mencapai Rp2 miliar.

Kondisi tersebut membuat Polres Pinrang turun tangan mendalami kasus menyusul adanya aduan nasabah, terkait dana simpanan mereka yang raib.

Kasat Reskrim Polres Pinrang , Iptu Deki Marizaldi, mengatakan, saat ini kasus tersebut dalam proses pengumpulan keterangan pihak terkait.



"Laporannya dalam bentuk aduan. Masih kita lakukan pengumpulan keterangan dari pihak pelapor," kata dia, Jumat, (05/03/2021).

Dari hasil pengumpulan keterangan tersebut, kata Deki, nantinya akan digelar perkaranya, disusul pemanggilan terhadap pihak sekolah untuk dimintai klarifikasinya.

"Yang melapor baru satu orang. Masih didalami, karena laporannya juga baru kami terima," jelasnya.

Ketua Unit Produksi SMKN 1 Pinrang , Abdul Rahman tidak menapik jika saat ini BMS yang dikelola pihaknya, kolaps. Bahkan saat ini, kas BMS dalam kondisi kosong, sehingga dipastikan pengembalian dana nasabah dalam waktu dekat, tidak memungkinkan.

"Tapi kalau nasabah mau bersabar, kita akan cari jalan untuk melakukan pengembalian. Ada kebijakan kepala sekolah terkait itu," kata dia.

Nasabah BMS SMKN 1 Pinrang , baik yang menyimpan uang maupun yang melakukan peminjaman, awalnya hanya sebatas lingkungan sekolah, diantarnya para guru dan pelajar. Hingga akhirnya dibuka umum bagi warga yang bermukim di sekitar sekolah.



Rahman mengungkapkan, tanda-tanda kolapsnya BMS SMKN 1 Pinrang , mulai terlihat pada tahun 2010 lalu. Saat itu, kata dia, pengembalian pinjaman dana yang dilakukan nasabah mulai mandek. Banyak yang melakukan tunggakan, sementara bunga simpanan nasabah yang menabung, harus tetap dibayarkan.
"Hingga akhirnya kas kosong dan kita tidak bisa mengembalikan dana simpanan ketika nasabah meminta," jelasnya.

Untuk pinjaman dana, kata Rahman, bunga yang awalnya 2% dari jumlah pinjaman, yang kemudian diturunkan menjadi 1,5% menyusul makin sedikitnya jumlah peminjam.

"Pinjaman nasabah berkisar antara 10 hingga 20 juta. Sampai sekarang masih banyak yang menunggak," paparnya.

Sementara suku bunga yang diberikan pada nasabah yang menyimpan uang, awalnya diberi hingga 1%, kemudian diturunkan menjadi 0,75%. Meski berdalih jika simpanan nasabah yang mencapai Rp2 miliar dikarenakan bunga yang tetap berjalan setiap bulannya, namun Rahman mengakui jika dana tunggakan pinjaman yang belum diterima pihaknya jauh lebih sedikit dibanding jumlah simpanan nasabah yang harus dikembalikan.

"Saya juga tidak tahu dana nasabah itu ke mana. Dan kami belum menghitung ulang berapa piutang yang belum terbayar," tandasnya.

(agn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1292 seconds (0.1#10.140)