Sertijab Bupati Blitar, Gubernur Jatim Khofifah Ingin Temui Bocah Tuna Netra Ini
loading...
A
A
A
Dari seluruh anak anak berbaju takwa serta bersongkok tersebut, hanya Amir yang tidak bisa melihat. Hanya Amir yang menyandang disabilitas. Dan hanya dia juga yang kemudian diminta panitia acara untuk tidak pulang terlebih dulu. Sebab Gubernur Khofifah ingin menemuinya.
"Ayo tho Pak, pulang saja," kata Amir kembali merengek. Amir duduk sendiri di sebelah Taufik yang juga duduk sendiri. Snack dan nasi kotak, ia biarkan. Amir tidak berminat menyentuhnya. Saat dibujuk untuk mencicipi jajanan yang ada dalam kotak, kepala bocah itu hanya geleng geleng.
"Tadi sebelum berangkat sudah sarapan. Sarapan pecel," kata Amir menjawab Sindonews. Amir berasal dari Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. Kedua matanya buta sejak lahir yang menurut keterangan Taufik, akibat lahir prematur.
Amir datang dari keluarga pendidik sekaligus santri. Imam Mudofir, ayahnya seorang pengajar. Sehari hari menjadi guru di sekolah milik keluarga. Sementara Widaris, ibu Amir menjadi ibu rumah tangga. "Saya anak nomor dua. Bungsu," kata Amir yang sepertinya sudah lupa mengajak pulang.
Mungkin karena indra penglihatannya abnormal sejak lahir, Amir lebih banyak diasuh neneknya. Yakni Hajah Sulastri. Neneknya juga yang telaten mengajari bagaimana menggunakan kaki. Di saat anak anak sebayanya sudah pada berjalan, Amir masih kesulitan berdiri.
Nenek serta orang tuanya juga mengenalkan Amir pada tradisi santri. Pengajian. Bersilaturahmi. Termasuk juga dilibatkan dalam komunitas sholawatan. Di lingkungan komunitas sholawat di wilayah Blitar Raya, nama Amir cukup populis. Terutama saat pemerintah menggelar acara sholawat, Amir selalu diundang.
"Saya selalu hadir kalau ada acara sholawatan. Acara sholawatan habib syech. Sholawatan Gus Shon, Udanawu, juga hadir," kata Amir menjelaskan. Gus Shon yang dimaksud adalah KH Moh Shonhaji Nawal Karim. Yakni Ketua Pusat Majelis Taklim Sholawat Nariyyah Mughitsu Al Mughits Blitar.
Gus Shon juga pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Hikam Mantenan, Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar. Setiap acara sholawatan, Amir yang karena termasuk undangan, selalu duduk di atas panggung bersama para imam sholawat.
"Saya sudah pernah sholawatan kemana mana. Ke Bojonegoro juga pernah. Yang belum ke Jakarta. Karena takut naik pesawat," kata Amir dengan gaya komunikasi khas anak anak. Amir tiba tiba menyentuh dahinya. Ia meraba bekas luka melengkung cukup panjang.
"Ini luka karena jatuh dari motor tahun 2019 saat hendak menghadiri acara sholawat di Tulungagung," katanya sembari menunjukkan lukanya. Saat itu hujan deras baru berhenti. Ibunya sudah melarang untuk di rumah saja. Namun Amir ngotot berangkat dengan alasan harus memenuhi undangan.
"Ayo tho Pak, pulang saja," kata Amir kembali merengek. Amir duduk sendiri di sebelah Taufik yang juga duduk sendiri. Snack dan nasi kotak, ia biarkan. Amir tidak berminat menyentuhnya. Saat dibujuk untuk mencicipi jajanan yang ada dalam kotak, kepala bocah itu hanya geleng geleng.
"Tadi sebelum berangkat sudah sarapan. Sarapan pecel," kata Amir menjawab Sindonews. Amir berasal dari Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. Kedua matanya buta sejak lahir yang menurut keterangan Taufik, akibat lahir prematur.
Amir datang dari keluarga pendidik sekaligus santri. Imam Mudofir, ayahnya seorang pengajar. Sehari hari menjadi guru di sekolah milik keluarga. Sementara Widaris, ibu Amir menjadi ibu rumah tangga. "Saya anak nomor dua. Bungsu," kata Amir yang sepertinya sudah lupa mengajak pulang.
Mungkin karena indra penglihatannya abnormal sejak lahir, Amir lebih banyak diasuh neneknya. Yakni Hajah Sulastri. Neneknya juga yang telaten mengajari bagaimana menggunakan kaki. Di saat anak anak sebayanya sudah pada berjalan, Amir masih kesulitan berdiri.
Nenek serta orang tuanya juga mengenalkan Amir pada tradisi santri. Pengajian. Bersilaturahmi. Termasuk juga dilibatkan dalam komunitas sholawatan. Di lingkungan komunitas sholawat di wilayah Blitar Raya, nama Amir cukup populis. Terutama saat pemerintah menggelar acara sholawat, Amir selalu diundang.
"Saya selalu hadir kalau ada acara sholawatan. Acara sholawatan habib syech. Sholawatan Gus Shon, Udanawu, juga hadir," kata Amir menjelaskan. Gus Shon yang dimaksud adalah KH Moh Shonhaji Nawal Karim. Yakni Ketua Pusat Majelis Taklim Sholawat Nariyyah Mughitsu Al Mughits Blitar.
Gus Shon juga pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Hikam Mantenan, Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar. Setiap acara sholawatan, Amir yang karena termasuk undangan, selalu duduk di atas panggung bersama para imam sholawat.
"Saya sudah pernah sholawatan kemana mana. Ke Bojonegoro juga pernah. Yang belum ke Jakarta. Karena takut naik pesawat," kata Amir dengan gaya komunikasi khas anak anak. Amir tiba tiba menyentuh dahinya. Ia meraba bekas luka melengkung cukup panjang.
"Ini luka karena jatuh dari motor tahun 2019 saat hendak menghadiri acara sholawat di Tulungagung," katanya sembari menunjukkan lukanya. Saat itu hujan deras baru berhenti. Ibunya sudah melarang untuk di rumah saja. Namun Amir ngotot berangkat dengan alasan harus memenuhi undangan.