Korban Bencana Alami Depresi, Pak Kades: 3 Orang Sudah Dijemput Dinas Sosial
loading...
A
A
A
PURWAKARTA - Korban bencana pergerakan tanah di Kempung Cirangkong, Desa Pasanggrahan, Kabupaten Purwakarta , Jawa Barat, mengalami depresi. Mereka diduga masih belum menerima tempat tingalnya rusak akibat bencana alam tersebut.
"Sudah ada tiga warga yang depresi, karena tidak bisa ditangani di sini, maka beberapa hari lalu terpaksa dijemput dinas sosial untuk mendapatkan penanganan khusus,"kata Kepala Desa Pasanggrahan Yadi Supriyadi, Minggu (28/2/2021).
Gangguan mental ini dinilainya wajar karena bagi masyarakat di pedesaan seperti Pasangrahan rumah adalah segalanya. Sementara sekarang akibat bencana pergerakan tanah tempat tinggalnya hancur dan tidak bisa ditempati lagi.
"Rumah ku istanah ku, itu istilahnya. Bagi masyarakat di sini rumah adalah nomor satu. Mereka memilih tidak punya apa-apa asalkan bisa memiliki tempat tinggal. Bahkan ada yang harus rela kerja keluar negeri agar bisa membuat rumah bagus. Nah sekarang dengan sekejap apa yang dimiliki itu musnah akibat bencana alam. Jadi wajar jika ada yang depresi,"kata Yadi.
Beberapa hari lalu juga, Yadi pernah menemukan warganya yang menjadi korban pergerakan tanah sedang memperbaiki rumahnya, dengan mencoba menyusun kembali bata tembok rumahnya yang sudah abruk. Padahal semua tahu jika pergerakan tanah masih terjadi."Saat saya temui si korban yang diduga depresi ini lagi nemplok, dia buat adukan pasir dan semen sendiri. Katanya mau dibangun lagi. Kemidian orang ini, saya ajak bicara pelan-pelan dan akhirnya sadar, lalu saya bujuk ke pengungsian," tuturnya. Baca Juga: Tanah Bergerak, Rumah Warga Ambruk di Purwakarta
Yadi memprediksi korban bencana alam yang mengalami depresi bisa bertambah. Untuk itu pihaknya meminta agar Pemkab Purwalarta secepatnya menemukan solusi terhadap para korban bencana alam pergerakan tanah ini."Berdasarkan rencana mereka akan direlokasi ke tanah milik perhutani, yang jaraknya sekitar satu kilometer dari lokasi. Mudah-mudahan bisa cepat direalisasikan, kasian mereka apalagi tidak lama lagi menghadapi bulan puasa,"harap Yadi.
Seperti diketahui, bencana pergerakan tanah tersebut terjadi pada Saptu 6 Fembruari 2021 lalu. Berdasarkan data Pemerintah Desa Pasangrahan, jumlah rumah rusak sudah mencapai 120 rumah, yang sebelumnya 116 rumah.Dari jumlah itu, 79 rusak berat rata dengan tanah sisanya 41 rusak ringan. Suruh rumah yang terdampak bencana alam ini sudah dilarang untuk ditempati menyusul pergerakan tanah masih terus terjadi.
"Adapun jumlah warga yang jadi korban sebanyak 532 orang dari 150 kepala keluarga. Dari jumlah itu 345 orang sudah tinggal dipengungsian. Sisanya ada yang tinggal di rumah kerabatnya. Bahkan juga ada yang bertahan sekitar rumah mereka, dengan alasan menjaga barang-barang dan memiliki hewan ternak," kata Yadi. Baca juga: Relokasi Belum Aman, Warga Terdampak Tanah Bergerak di Purwakarta Masih Tertahan
Dia menambahkan, dari 532 orang korban bencana pergerakan tanah itu juga terdapat 53 balita, 31 lansian dan 4 orang ibu hamil. Sementara itu, berdasarkan pantauan di lapangan saat ini di lokasi pergerakan tanah di kampung itu terdapat beberapa titik baru lokasi longsoran dan anjlokan tanah.
Akses jalan umum di perkampungan itu ambles tidak bisa dilalui kendaraan roda empat. "Diperkirakan titik pergerakan tanah di kampung kami ini luasannya mencapai 5 hektare. Sementara kampung yang terdampak ini berada di RW 06, dan dua RT, yakni RT 15 dan 14," tutup Pak Kades.Korban Bencana Alami Depresi, Pak Kades: 3 Orang Sudah Dijemput Dinas Sosial
"Sudah ada tiga warga yang depresi, karena tidak bisa ditangani di sini, maka beberapa hari lalu terpaksa dijemput dinas sosial untuk mendapatkan penanganan khusus,"kata Kepala Desa Pasanggrahan Yadi Supriyadi, Minggu (28/2/2021).
Gangguan mental ini dinilainya wajar karena bagi masyarakat di pedesaan seperti Pasangrahan rumah adalah segalanya. Sementara sekarang akibat bencana pergerakan tanah tempat tinggalnya hancur dan tidak bisa ditempati lagi.
"Rumah ku istanah ku, itu istilahnya. Bagi masyarakat di sini rumah adalah nomor satu. Mereka memilih tidak punya apa-apa asalkan bisa memiliki tempat tinggal. Bahkan ada yang harus rela kerja keluar negeri agar bisa membuat rumah bagus. Nah sekarang dengan sekejap apa yang dimiliki itu musnah akibat bencana alam. Jadi wajar jika ada yang depresi,"kata Yadi.
Beberapa hari lalu juga, Yadi pernah menemukan warganya yang menjadi korban pergerakan tanah sedang memperbaiki rumahnya, dengan mencoba menyusun kembali bata tembok rumahnya yang sudah abruk. Padahal semua tahu jika pergerakan tanah masih terjadi."Saat saya temui si korban yang diduga depresi ini lagi nemplok, dia buat adukan pasir dan semen sendiri. Katanya mau dibangun lagi. Kemidian orang ini, saya ajak bicara pelan-pelan dan akhirnya sadar, lalu saya bujuk ke pengungsian," tuturnya. Baca Juga: Tanah Bergerak, Rumah Warga Ambruk di Purwakarta
Yadi memprediksi korban bencana alam yang mengalami depresi bisa bertambah. Untuk itu pihaknya meminta agar Pemkab Purwalarta secepatnya menemukan solusi terhadap para korban bencana alam pergerakan tanah ini."Berdasarkan rencana mereka akan direlokasi ke tanah milik perhutani, yang jaraknya sekitar satu kilometer dari lokasi. Mudah-mudahan bisa cepat direalisasikan, kasian mereka apalagi tidak lama lagi menghadapi bulan puasa,"harap Yadi.
Seperti diketahui, bencana pergerakan tanah tersebut terjadi pada Saptu 6 Fembruari 2021 lalu. Berdasarkan data Pemerintah Desa Pasangrahan, jumlah rumah rusak sudah mencapai 120 rumah, yang sebelumnya 116 rumah.Dari jumlah itu, 79 rusak berat rata dengan tanah sisanya 41 rusak ringan. Suruh rumah yang terdampak bencana alam ini sudah dilarang untuk ditempati menyusul pergerakan tanah masih terus terjadi.
"Adapun jumlah warga yang jadi korban sebanyak 532 orang dari 150 kepala keluarga. Dari jumlah itu 345 orang sudah tinggal dipengungsian. Sisanya ada yang tinggal di rumah kerabatnya. Bahkan juga ada yang bertahan sekitar rumah mereka, dengan alasan menjaga barang-barang dan memiliki hewan ternak," kata Yadi. Baca juga: Relokasi Belum Aman, Warga Terdampak Tanah Bergerak di Purwakarta Masih Tertahan
Dia menambahkan, dari 532 orang korban bencana pergerakan tanah itu juga terdapat 53 balita, 31 lansian dan 4 orang ibu hamil. Sementara itu, berdasarkan pantauan di lapangan saat ini di lokasi pergerakan tanah di kampung itu terdapat beberapa titik baru lokasi longsoran dan anjlokan tanah.
Akses jalan umum di perkampungan itu ambles tidak bisa dilalui kendaraan roda empat. "Diperkirakan titik pergerakan tanah di kampung kami ini luasannya mencapai 5 hektare. Sementara kampung yang terdampak ini berada di RW 06, dan dua RT, yakni RT 15 dan 14," tutup Pak Kades.Korban Bencana Alami Depresi, Pak Kades: 3 Orang Sudah Dijemput Dinas Sosial
(don)