Sikapi Demo Nakes di Ogan Ilir, Pemerintah Harus Siapkan Insentif
loading...
A
A
A
OGAN ILIR - Sebanyak 150 tenaga kesehatan (nakes) yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tanjung Senai Ogan Ilir melakukan aksi mogok pada Jumat (15/5/2020) lalu. Mereka mogok lantaran menilai pihak rumah sakit asal tunjuk nakes untuk menjemput pasien positif COVID-19 .
Menurut salah satu perawat yang enggan disebutkan namanya, yang melakukan aksi mogok tersebut, masih berstatus tenaga honorer yang hanya diupah sebesar Rp750 ribu per bulan. ( Baca:Bupati Ingatkan, Uang Bansos Bukan untuk Beli Pulsa dan Rokok )
Besaran gaji per bulan tersebut sendiri biasanya dibayarkan per dua bulan bahkan tiga bulan sekali. Tidak adanya nama dalam SK gugus tugas juga membuat para tenaga medis ini "enggan" lantaran ketidakjelasan insentif yang diterima.
"Pihak rumah sakit main asal tunjuk untuk menjemput pasien yang dinyatakan positif Corona. Padahal nama kami tidak masuk dalam SK gugus tugas. Bukan kami tidak mau, kami hanya menuntut kejelasan insentif dan rumah singgah," ucap narasumber.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Rumah SandiUno Indonesia (RSI) Sanny Irsan mengatakan, sudah sewajarnya pemerintah menyiapkan insentif dan rumah singgah bagi para nakes.
"Saat ini sedang dalam keadaan abnormal, yaitu bencana nasional. Jadi pemerintah pusat dan daerah memang harus menyiapkan insentif bagi nakes berikut rumah singgahnya," ucap Sanny, Senin (18/5/2020).
Hingga, Senin 18 Mei 2020, tenaga kesehatan ini melakukan aksi menuntut kejelasan insentif dan rumah singgah yang akan mereka tempati. Diketahui, sudah 40 orang dinyatakan positif corona di Ogan Ilir hingga saat ini.
Lihat Juga: Miris! 2 Tahun Siswa SD Belajar dan Menulis di Lantai, Wali Murid Geruduk SD di Batu Bara
Menurut salah satu perawat yang enggan disebutkan namanya, yang melakukan aksi mogok tersebut, masih berstatus tenaga honorer yang hanya diupah sebesar Rp750 ribu per bulan. ( Baca:Bupati Ingatkan, Uang Bansos Bukan untuk Beli Pulsa dan Rokok )
Besaran gaji per bulan tersebut sendiri biasanya dibayarkan per dua bulan bahkan tiga bulan sekali. Tidak adanya nama dalam SK gugus tugas juga membuat para tenaga medis ini "enggan" lantaran ketidakjelasan insentif yang diterima.
"Pihak rumah sakit main asal tunjuk untuk menjemput pasien yang dinyatakan positif Corona. Padahal nama kami tidak masuk dalam SK gugus tugas. Bukan kami tidak mau, kami hanya menuntut kejelasan insentif dan rumah singgah," ucap narasumber.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Rumah SandiUno Indonesia (RSI) Sanny Irsan mengatakan, sudah sewajarnya pemerintah menyiapkan insentif dan rumah singgah bagi para nakes.
"Saat ini sedang dalam keadaan abnormal, yaitu bencana nasional. Jadi pemerintah pusat dan daerah memang harus menyiapkan insentif bagi nakes berikut rumah singgahnya," ucap Sanny, Senin (18/5/2020).
Hingga, Senin 18 Mei 2020, tenaga kesehatan ini melakukan aksi menuntut kejelasan insentif dan rumah singgah yang akan mereka tempati. Diketahui, sudah 40 orang dinyatakan positif corona di Ogan Ilir hingga saat ini.
Lihat Juga: Miris! 2 Tahun Siswa SD Belajar dan Menulis di Lantai, Wali Murid Geruduk SD di Batu Bara
(ihs)