Guru Besar Unpad: Anak Korban Tersembunyi Pandemi COVID-19
loading...
A
A
A
“Hal ini mengganggu stabilitas lingkungan tempat anak tumbuh dan berkembang serta memberikan banyak tekanan pada anak-anak, remaja, dan keluarga mereka yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan, mental dan perilaku, perkembangan dan mungkin saja kekerasan terhadap anak,” ujarnya.
Pandemi COVID-19 pun memberikan dampak pada masalah mental emosional anak khususnya remaja. Sebelum pandemi, berdasarkan survei di sejumlah SMP dan SMA dengan menggunakan Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ), diperoleh data conduct problems 38,9%, hyperactivity 15,6%, emotional symptoms 30%, peer problems 29,3%, dan masalah keseluruhan 31.6%.
Survei yang sama dilakukan pada masa pandemi menunjukkan emotional symptoms 35,4%, conduct problems 23,9%, hyperactivity 18,9%, peer problems 26,1% dan masalah keseluruhan 35,6%.
"Akibat pandemi masalah mental emosi menunjukkan peningkatan, tampaknya masalah emosi paling menonjol, sedangkan sebelum pandemi masalah conduct lebih menonjol,” ujar Prof Meita Dhamayanti.
Dia menjelaskan, pandemi COVID-19 telah memberikan banyak pelajaran bagi umat manusia, khususnya ilmu kedokteran. Perkembangan pandemi COVID-19 terus berubah secara dinamis. Spektrum ilmu tumbuh kembang anak-pediatri sosial pun berkembang secara dinamis seiring dengan kemajuan teknologi kesehatan anak dan perubahan berbagai determinan bio-psiko-sosial.
"Di era epigenetik saat ini perlu dipahami bahwa potensi genetik seorang anak dibentuk dari interaksi aspek alamiah (nature) dan aspek pengasuhan (nurture)," katanya.
Lihat Juga: Revisi UU Pilkada, Pakar Hukum Tata Negara UB: Murni Kepentingan Politik dan Inkonstitusional
Pandemi COVID-19 pun memberikan dampak pada masalah mental emosional anak khususnya remaja. Sebelum pandemi, berdasarkan survei di sejumlah SMP dan SMA dengan menggunakan Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ), diperoleh data conduct problems 38,9%, hyperactivity 15,6%, emotional symptoms 30%, peer problems 29,3%, dan masalah keseluruhan 31.6%.
Survei yang sama dilakukan pada masa pandemi menunjukkan emotional symptoms 35,4%, conduct problems 23,9%, hyperactivity 18,9%, peer problems 26,1% dan masalah keseluruhan 35,6%.
"Akibat pandemi masalah mental emosi menunjukkan peningkatan, tampaknya masalah emosi paling menonjol, sedangkan sebelum pandemi masalah conduct lebih menonjol,” ujar Prof Meita Dhamayanti.
Dia menjelaskan, pandemi COVID-19 telah memberikan banyak pelajaran bagi umat manusia, khususnya ilmu kedokteran. Perkembangan pandemi COVID-19 terus berubah secara dinamis. Spektrum ilmu tumbuh kembang anak-pediatri sosial pun berkembang secara dinamis seiring dengan kemajuan teknologi kesehatan anak dan perubahan berbagai determinan bio-psiko-sosial.
"Di era epigenetik saat ini perlu dipahami bahwa potensi genetik seorang anak dibentuk dari interaksi aspek alamiah (nature) dan aspek pengasuhan (nurture)," katanya.
Lihat Juga: Revisi UU Pilkada, Pakar Hukum Tata Negara UB: Murni Kepentingan Politik dan Inkonstitusional
(shf)