Paus Terdampar di Bangkalan, Ini Dugaan Awal Penyebab dan Solusinya

Minggu, 21 Februari 2021 - 20:10 WIB
loading...
Paus Terdampar di Bangkalan,...
Prosesi penguburan puluhan paus yang terdampar dan mati di Perairan Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Foto: Istimewa
A A A
SURABAYA - Sebanyak 52 paus pilot yang terdampar di Bangkalan, Madura masih menimbulkan banyak pertanyaan, namun Kepala Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Analitika Data, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr Dewi Hidayati, mulai memberikan pandangan awal terkait penyebabnya.

Dia menjelaskan, dalam periode tertentu ikan paus akan melakukan migrasi secara berkelompok. Selama ini,paus yang bermigrasi melalui perairan Indonesia adalah jenis paus pilot atau short-finned pilot whale. Sedikitnya ada 52 ekor paus yang terdampar tersebut diperkirakan berasal dari perairan Australia dan akan melewati perairan Indonesia.



Dalam sebuah jurnal dari journals.org tentang aktivitas migrasi paus mengungkapkan bahwa migrasi akan mencapai puncaknya pada bulan Februari dan Mei. “Pada penelitian tersebut dan juga beberapa laporan lain menyebutkan bahwa paus umumnya akan melewati jalur yang sama untuk bermigrasi,” ujarnya, Minggu (21/2/2021).

Dia membeberkan, pausmemiliki kemampuanmengingat jalur yang dilalui setiap tahunnya.Hal ini bisa dilakukan berkat adanya biomagnitit. Biomagnitit merupakanzat yang berada pada retina cetacea yang mempunyai fungsi sebagai indra magnetis yang membantu mereka mengetahui ke arah mana bergerak. “Hal ini membuat paus peka terhadap perubahan medan magnet bumi,” ungkapnya.



Dalam sebuah referensi artikel ilmiah berjudul In - depth Whale Navigation: Navigating the Long Way Home karya Robin Marks dikatakan bahwa paus yang mengikuti ‘jalur’ magnet ini kemungkinan besar akan terdampar di daerah yang jalurnya berbelok. “Kemungkinan termasuk di beberapa perairan pantai Pulau Madura dan kawasan Selat Madura,” jelasnya.

Dewi menambahkan, perubahan yang terjadi pada navigasi paus bisa dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, mulai dari cuaca yang ekstrem, gelombang sinar matahari, perubahan garis pantai, paus sakit, dan bisa saja dari aktivitas kilang minyak yang berada di sekitar perairan. “Karena ada juga referensi yang mengatakan bahwa rig (bangunan lepas pantai) dijadikan patokan magnetik bagi paus,” imbuhnya.

Anggota Laboratorium Zoologi dan Rekayasa Hewan Biologi ITS ini menambahkan, sebenarnya banyak teori terkait anomali ini, karena banyak kasus yang terjadi namun penyebabnya belum diketahui secara pasti.



Dia pun mengamati bahwa pada saat ini masyarakat dengan kearifan lokalnya telah melakukan beberapa upaya penyelamatan. Diharapkan ke depan, masyarakat lokal bersama institusi terkait dapat membuat protokol langkah mitigasi dalam menangani kasus paus yang terdampar.

Pasalnya, tidak hanya sekali terjadi di Indonesia. Dengan respons yang tanggap dari masyarakat diharapkan bisa membantu paus untuk kembali melakukan perjalanan migrasinya. “Besarnya tubuh paus lah yang menyebabkan ia tak dapat bermanuver kembali ke laut, sehingga dibutuhkan bantuan langsung dari manusia,” ungkapnya.

Dewi menganjurkan langkah-langkah yang dapat dilakukan masyarakat saat ini untuk mengatasi masalah paus terdampar di pantai denganmemprediksi kapan dan di mana peristiwa paus biasanya terdampar. “Bisa digalakkan untuk membangun pos paus di sekitar pantai, pos ini berfungsi sebagai pemantau kondisi pantai, juga bisa sebagai media edukasi paus,” ucapnya.
(nic)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2447 seconds (0.1#10.140)