Siswa SD di Aceh Besar Harus Bertaruh Nyawa Lewati Aliran Sungai Habitat Buaya untuk ke Sekolah
loading...
A
A
A
ACEH BESAR - Para siswa sekolah dasar dan warga di Desa Siron Blang, Kecamatan Kuta Cot Glie, Kabupaten Aceh Besar, Aceh terpaksa harus menyeberangi aliran sungai tempat habitat buaya . Ini dilakukan akibat belum dibangunnya jembatan penghubung antar desa. Mirisnya siswa SD ini terpaksa libur ke sekolah saat air sungai meluap.
Sekretaris Desa Siron Blang Anwar mengatakan, setiap harinya memang siswa SD menyeberangi sungai dengan bertaruh nyawa di lokasi yang kerap muncul buaya dan ini terpaksa di lakukan siswa agar bisa sampai ke bangku sekolah yang berada di seberang aliran sungai.
“Kegiatan menyeberangi sungai dengan panjang mencapai 25 meter seperti ini sudah dilakukan siswa dan warga hampir dua tahun lebih. Karena akses jembatan yang sebelumnya dibangun pemerintah putus dan hancur diterjang banjir. Sementara bantuan alat penyeberangan yang di sediakan pemerintah hanya bisa digunakan sekitar empat bulan oleh warga,” kata Anwar, Kamis 19 Februari 2021.
Memang sempat terhenti saat awal-awal pandemi namun kini para siswa tersebut sudah diizinkan untuk bersekolah.
Aliran sungai yang dilalui ini, kata dia, merupakan habitatnya buaya dan pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh telah memasang pamplet pemberitahuan akan bahaya tersebut. Namun warga tidak memiliki alternatif lain untuk saat ini selain harus bertaruh nyawa menyeberanginya.
“Sehingga seringkali siswa saat menyeberangi sungai tersebut didampingi aparat TNI dan Kepolisian,” timpalnya
Sampai saat ini, kata dia, pihak desa telah berkali kali memohon kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Besar
hingga pusat agar jembatan segera dibangun namun permintaan itu hingga kini masih belum adanya pembuktian.
Baca juga : Buaya Ganas di Sungai Taikako Terjerat Jebakan, Dagingya Jadi Santapan Warga
Sementara Khairul Azmi salah seorang siswa sekolah dasar menyebutkan, dia dan teman temannya pernah hanyut saat melintasi sungai saat debit air tinggi. “Karena saat air sungai meninggi kita terpaksa tidka bersekolah dulu,” kata dia.
Lihat Juga: Kisah Inspiratif Desa Umong Seuribee, dari Petani Subsisten Menjadi Eksportir Minyak Nilam
Sekretaris Desa Siron Blang Anwar mengatakan, setiap harinya memang siswa SD menyeberangi sungai dengan bertaruh nyawa di lokasi yang kerap muncul buaya dan ini terpaksa di lakukan siswa agar bisa sampai ke bangku sekolah yang berada di seberang aliran sungai.
“Kegiatan menyeberangi sungai dengan panjang mencapai 25 meter seperti ini sudah dilakukan siswa dan warga hampir dua tahun lebih. Karena akses jembatan yang sebelumnya dibangun pemerintah putus dan hancur diterjang banjir. Sementara bantuan alat penyeberangan yang di sediakan pemerintah hanya bisa digunakan sekitar empat bulan oleh warga,” kata Anwar, Kamis 19 Februari 2021.
Memang sempat terhenti saat awal-awal pandemi namun kini para siswa tersebut sudah diizinkan untuk bersekolah.
Aliran sungai yang dilalui ini, kata dia, merupakan habitatnya buaya dan pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh telah memasang pamplet pemberitahuan akan bahaya tersebut. Namun warga tidak memiliki alternatif lain untuk saat ini selain harus bertaruh nyawa menyeberanginya.
“Sehingga seringkali siswa saat menyeberangi sungai tersebut didampingi aparat TNI dan Kepolisian,” timpalnya
Sampai saat ini, kata dia, pihak desa telah berkali kali memohon kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Besar
hingga pusat agar jembatan segera dibangun namun permintaan itu hingga kini masih belum adanya pembuktian.
Baca juga : Buaya Ganas di Sungai Taikako Terjerat Jebakan, Dagingya Jadi Santapan Warga
Sementara Khairul Azmi salah seorang siswa sekolah dasar menyebutkan, dia dan teman temannya pernah hanyut saat melintasi sungai saat debit air tinggi. “Karena saat air sungai meninggi kita terpaksa tidka bersekolah dulu,” kata dia.
Lihat Juga: Kisah Inspiratif Desa Umong Seuribee, dari Petani Subsisten Menjadi Eksportir Minyak Nilam
(sms)