Bencana Hidrometeorologi Mengintai, BPBD KBB Minimalisasi Korban Jiwa

Sabtu, 13 Februari 2021 - 21:49 WIB
loading...
Bencana Hidrometeorologi...
Bencana tanah longsor masih dominan terjadi di wilayah KBB dikarenakan 11 dari total 16 kecamatan yang ada memiliki potensi kerawanan bencana cukup tinggi apalagi di saat musim penghujan. Foto/Dok.SINDOnews
A A A
BANDUNG BARAT - Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem masih akan terjadi hingga Mei 2021. Ini dikarenakan adanya fenomena La Nina yang memicu terjadinya hujan dengan intensitas tinggi selama periode akhir 2020 sampai Mei 2021.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung Barat (KBB) Duddy Prabowo menyebutkan, keadaan tersebut bisa memicu terjadinya bencana Hidrometeorologi. Terlebih wilayah KBB yang sebagian besar masuk kategori daerah dengan kerentanan tinggi bencana alam (zona merah). Baca juga: Ini Cerita Pilu Selama Banjir Semarang Menerjang, Warga Kesulitan Air dan Makanan

"Pastinya bencana Hidrometeorologi menjadi ancaman ketika cuaca ekstrem dengan turunnya hujan deras disertai angin kencang. Makanya kami selalu meminta kepada warga untuk terus meningkatkan kewaspadaan terutama saat terjadi hujan," terangnya, Sabtu (13/2/2021).

Bencana alam yang kerap terjadi di KBB beragam. Mulai dari longsor, banjir bandang, angin puting beliung, pergerakan tanah, kebakaran, hingga pohon tumbang. Untuk itu warga yang berada di daerah dataran tinggi diminta wasada terhadap ancaman bencana longsor, dan yang di dataran rendah harus mewaspadai banjir bandang dan angin puting beliung.

Disebutkan Duddy, BPBD KBB juga telah menerima instruksi dari Gubernur Jabar yang telah menetapkan status siaga I bencana untuk semua wilayah di Jawa Barat hingga Mei 2021. "Jadi kalau sudah melihat ada tanda-tanda akan terjadi bencana, segera lapor petugas lalu mengungsi ke tempat aman," imbuhnya.

Itu tujuannya agar tidak ada korban jiwa dan meminimalisasi kerugian. Pasalnya tahun lalu, dari total 345 kejadian bencana mengakibatkan sebanyak 2.504 jiwa jiwa terdampak dan 4 meninggal dunia. Adanya korban jiwa karena salah satunya tidak cepat mengungsi ketika tanda-tanda bencana akan muncul.

Dari jumlah kejadian bencana tersebut, yang paling dominan adalah bencana longsor. Yakni ada sebanyak 143 kejadian dengan jumlah jiwa terdampak 774 dan satu orang meninggal. Disusul Kebakaran 69 kejadian, angin puting beliung 93, banjir bandang 16, pergerakan tanah 23, dan gempa bumi 1 kejadian.

Menurutnya, kecamatan rawan bencana di KBB di antaranya Kecamatan Rongga, Gununghalu, Cipongkor, Sindangkerta, Cililin. Lalu Kecamatan Cipatat, Saguling, Cisarua, Parongpong, Lembang, dan Ngamprah yang semuanya rawan longsor dan banjir bandang ketika musim penghujan datang.
Sebagai antisipasi dini bencana, pihaknya telah bekerjasama dengan BMKG untuk memasang alat deteksi pergerakan tanah di beberapa lokasi di antaranya Cililin, Cikalongwetan, Cisarua, Ngamprah, dan Saguling. Termasuk menyiapkan 50 personel lapangan yang akan bergerak jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam, serta petugas piket yang stanby 24 jam.

"Kami prediksi tahun ini bencana yang dominan akan terjadi sama seperti tahun lalu, longsor dan banjir bandang. Ini dikarenakan 11 dari total 16 kecamatan di KBB masuk kategori rawan longsor dan banjir bandang," sebutnya.

Bupati Bandung Barat Aa Umbara Sutisna, meminta kepada aparatur wilayah baik camat dan kepala desa untuk menyiapkan relawan bencana yang ada di wilayahnya masing-masing. Selain sebagai tim yang bisa bergerak cepat ketika terjadi bencana, mereka juga harus menjadi duta sosialisasi soal kebencanaan ke masyarakat.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2961 seconds (0.1#10.140)