Sariawan Menjadi Gejala COVID-19, Ini Penjelasan Dosen Unpad

Jum'at, 05 Februari 2021 - 09:09 WIB
loading...
Sariawan Menjadi Gejala COVID-19, Ini Penjelasan Dosen Unpad
Dosen Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Dr. Irna Sufiawati, drg., Sp.PM. Foto istimewa
A A A
BANDUNG - Salah satu gejala mendeteksi seseorang terpapar COVID-19 adalah terkena sariawan. Padahal, virus ini lebih cenderung berkembang dan memberi efek pada saluran pernafasan.

Menurut Dosen Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Dr. Irna Sufiawati, drg., Sp.PM, sariawan di mulut berkaitan erat dengan kondisi tubuh seseorang. Pada prinsipnya secara keseluruhan sariawan terkait dengan kondisi mulut dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Menurut Irna, gejala sariawan pada COVID-19 tidak sekhas infeksi virus lain. Contohnya, infeksi cacar yang menyebabkan munculnya sariawan hanya di satu sisi mulut, atau infeksi virus herpes yang memunculkan sariawan kecil-kecil dalam jumlah banyak di dalam mulut.

Baca juga: Waspada Covid Tongue, Gejala Covid-19 yang Menyerupai Sariawan

Selain itu, sariawan pada pasien COVID-19 juga tidak spesifik. Artinya, tampilan sariawannya sama dengan pasien yang tidak terpapar COVID-19, atau mirip dengan sariawan berjenis stomatitis aftosa rekuren.

“Sekarang banyak stomatitis ditemukan pada pasien COVID-19, baik pada pasien yang sering terkena stomatitis atau yang tidak ditemukan riwayat pernah terkena stomatitis,” ujar Irna dalam keterangan resminya.

Karena itu, Irna merespons bahwa sariawan pada pasien COVID-19 dipicu dari kondisi tubuh. Ada tiga penyebab utama munculnya sariawan pada penderita COVID. Pertama diakibatkan kondisi badai sitokin. Sitokin merupakan protein yang dihasilkan dari sistem kekebalan tubuh sebagai respons apabila tubuh mengalami infeksi. Perilaku sitokin yang banyak keluar diistilahkan dengan badai sitokin.

Baca juga: Sudah Curi Truk, Pemuda Ini Paksa Korban Bayar Tebusan Rp200 Juta

Saat melawan infeksi COVID-19, badai sitokin ini yang menyebabkan terjadinya demam tinggi, sesak napas, diare, hingga memicu peradangan pada tubuh, salah satunya adalah munculnya sariawan.

Penyebab kedua adalah akibat stres berlebih. Meningkatnya hormon kortisol akibat stres akan berdampak pada penurunan imunitas. Praktis, kerja sistem imun yang terganggu akan mudah memicu lahirnya sariawan. “Penderita COVID-19 yang mengalami stres luar biasa bisa memicu hormon tadi menyebabkan sariawan,” imbuhnya,

Penyebab ketiga bisa diakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada pengidap COVID-19. Kurangnya asupan nutrisi sehari-hari akibat susah makan atau minum juga akan menimbulkan sariawan.

Tidak hanya sariawan, ada sejumlah kelainan lain pada mulut karena dipicu oleh COVID-19. Salah satunya diakibatkan dari proses terapi dan tindakan perawatan medis untuk pasien COVID-19.

Irna menjelaskan, selain sariawan berbentuk stomatitis, pasien COVID-19 juga rentan mengalami kelainan lidah, antara lain: lidah pecah-pecah (fissure tongue), munculnya bercak merah dan putih seperti sebuah peta (geographic tongue) hingga munculnya lapisan tebal atau plak pada lidah.

Sementara pada rongga mulut, pasien juga bisa mengalami bercak merah pada rongga mulut, air liur yang menjadi kental, rongga mulut berjamur, infeksi virus herpes, serta kelainan nonspesifik seperti munculnya bercak kemerahan di sekitar amandel.

“Gejala ini mungkin bisa muncul sebagai koinfeksi atau manifestasi sekunder dari penyakit sistemik yang menyertainya,” kata Irna.

Salah satu gejala yang umum terjadi, yaitu hilangnya indra perasa, juga menjadi salah satu kelainan pada rongga mulut. Gangguan perasa/pengecapan ini paling sering terjadi atau sekira 45% pada pasien COVID-19

Irna menjelaskan, tidak ada penanganan khusus untuk menangani kelainan pada rongga mulut dari pasien COVID-19. Tiga faktor utama penyebab sariawan tersebut bisa ditangani dengan mencukupi kebutuhan nutrisi, memperbaiki kelainan sistemik, serta mengendalikan stres.

“Pasien bisa minum obat anti-inflamasi, stresnya harus dipulihkan, asupan gizinya diperhatikan, serta menggunakan obat kumur yang mengandung povidone iodine,” kata Irna
(msd)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1818 seconds (0.1#10.140)