Fasilitas Pasokan Air Bersih untuk Korban Gempa Sulbar Dibangun
loading...
A
A
A
SURABAYA - Pasokan air bersih menjadi kebutuhan mendesak pada korban gempa bumi di Sulbar. Infrastruktur untuk memasok air bersih pun mulai dibangun dan menjangkau berbagai tempat pengungsian.
Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga menerjunkan sebanyak enam dosen dan tiga mahasiswa menjadi relawan gempa Mamuju dan Majene. Para relawan itu mengemban misi menyiapkan peralatan penjernih air untuk para pengungsi.
Baca juga: Gubernur Khofifah Usulkan Jurnalis Vaksinasi COVID-19 Tahap Dua
Moh. Nurrahmat Saputra salah satu mahasiswa yang ikut serta menuturkan, terdapat empat desa yang menjadi prioritas pemasangan filter. Salah satunya Desa Malunda, Desa Lombong Timur, Desa Mekkaatta, dan Desa Dayangina, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju.
“Sejauh ini kami menyisir sebanyak 10 desa, untuk kondisi enam desa sumber airnya sudah tidak terjadi masalah. Makanya tidak kami prioritaskan untuk memasang instalasi pengolahan air bersih. Namun untuk ke empat desa yang lain, kami prioritaskan,” kata Memet, panggilan akrabnya, Selasa (2/2/2021).
Mahasiswa Teknik Lingkungan itu menambahkan, keempat desa yang menjadi prioritas, sebelumnya mengandalkan sumber air yang dengan kondisi air yang keruh, berbau, dan sedikit berminyak. Selain mengandalkan sumber air, sambungnya, juga mengandalkan bantuan air bersih dari pemerintah.
Baca juga: Tanggul Sungai Utama di Mojokerto Longsor 6 Titik, Warga Kawatir Kebanjiran
Pembuatan alat dilakukan secara sederhana, dengan menggunakan alat dan bahan yang terdapat di sekitar daerah terdampak. Media filter yang digunakan adalah pasir dan kerikil yang kemudian disusun secara vertikal didalam ember air. Filter itu disebut roughing filter dan slow sand filter.
Dalam pemasangannya, para relawan dibantu dengan tim PMI (Palang Merah Indonesia) dan warga lokal. Antusiasme warga sangat tinggi dengan adanya bantuan tersebut karena air bersih sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari.
Dengan dibuatnya alat filter air itu, Memet berharap dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh warga, mengingat air sangat dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari.
“Kami juga memberikan edukasi mengenai filter yang kami buat, sehingga para pengungsi nantinya dapat mengatasi masalah air bersih secara mandiri,” jelasnya.
Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga menerjunkan sebanyak enam dosen dan tiga mahasiswa menjadi relawan gempa Mamuju dan Majene. Para relawan itu mengemban misi menyiapkan peralatan penjernih air untuk para pengungsi.
Baca juga: Gubernur Khofifah Usulkan Jurnalis Vaksinasi COVID-19 Tahap Dua
Moh. Nurrahmat Saputra salah satu mahasiswa yang ikut serta menuturkan, terdapat empat desa yang menjadi prioritas pemasangan filter. Salah satunya Desa Malunda, Desa Lombong Timur, Desa Mekkaatta, dan Desa Dayangina, Kecamatan Tapalang, Kabupaten Mamuju.
“Sejauh ini kami menyisir sebanyak 10 desa, untuk kondisi enam desa sumber airnya sudah tidak terjadi masalah. Makanya tidak kami prioritaskan untuk memasang instalasi pengolahan air bersih. Namun untuk ke empat desa yang lain, kami prioritaskan,” kata Memet, panggilan akrabnya, Selasa (2/2/2021).
Mahasiswa Teknik Lingkungan itu menambahkan, keempat desa yang menjadi prioritas, sebelumnya mengandalkan sumber air yang dengan kondisi air yang keruh, berbau, dan sedikit berminyak. Selain mengandalkan sumber air, sambungnya, juga mengandalkan bantuan air bersih dari pemerintah.
Baca juga: Tanggul Sungai Utama di Mojokerto Longsor 6 Titik, Warga Kawatir Kebanjiran
Pembuatan alat dilakukan secara sederhana, dengan menggunakan alat dan bahan yang terdapat di sekitar daerah terdampak. Media filter yang digunakan adalah pasir dan kerikil yang kemudian disusun secara vertikal didalam ember air. Filter itu disebut roughing filter dan slow sand filter.
Dalam pemasangannya, para relawan dibantu dengan tim PMI (Palang Merah Indonesia) dan warga lokal. Antusiasme warga sangat tinggi dengan adanya bantuan tersebut karena air bersih sangat dibutuhkan untuk kebutuhan sehari-hari.
Dengan dibuatnya alat filter air itu, Memet berharap dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh warga, mengingat air sangat dibutuhkan untuk keperluan sehari-hari.
“Kami juga memberikan edukasi mengenai filter yang kami buat, sehingga para pengungsi nantinya dapat mengatasi masalah air bersih secara mandiri,” jelasnya.
(msd)