Gadis Cantik Jagoan Taekwondo Ini Tak Kenal Lelah Bertarung Melawan Stroke
loading...
A
A
A
SEMARANG - Gadis cantik yang juga atlet taekwondo asal Sukoharjo, Jateng, Arvianti Firda Aini Raharjo (18) kini tengah berjuang tak kenal lelah melawan stroke . Firda terkena stroke sejak tahun 2014. Ketika itu, ia masih duduk di bangku SMP kelas I.
Firda juga memiliki catatan prestasi di berbagai kejuaraan taekwondo yang cukup mentereng. Dia pernah juara pertama kejurda taekwondo tingkat kabupaten Sukoharjo, juara di kejuaran taekwondo Grup 2 Kopassus Kartasura, dan juara di kejurnas taekwondo di Semarang.
Stroke membuat gadis berjilbab itu terpaksa tak bisa melanjutkan sekolah secara normal karena kondisi fisiknya yang tak memungkinkan. Namun, ia tetap menjalani aktivitas belajar dengan mengikuti homeschooling Kak Seto.
Firda harus kehilangan separuh kekuatan anggota tubuh di bagian kanan. Tangan dan kaki kanannya tak bisa digerakkan. Meski demikian dia tidak putus asa. Harus semangat, jangan putus asa dan harus yakin bisa. Kalimat itu terlontar dari mulutnya.
"Sakit yang diderita Firda saat dia berada di kelas 1 mau naik kelas 2 SMP Negeri di Kartasura (Sukoharjo) pada tahun 2014. Ia sempat koma selama 2 bulan," kata Ayah Firda, Margono Budi Raharjo (51) saat ditemui MNC Portal Indonesia di rumahnya, Ngadijayan Rt 2 Rw 5, Desa Ngadirejo, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Sabtu (30/1/2021).
Margono menceritakan, penyakit stroke yang diderita putrinya berawal karena sang putri sering mengeluh pusing-pusing. Firda juga sempat mengalami koma selama 2 bulan.
"Awal mula dia sakit ketika setelah shalat subuh, tau-tahu menjerit terus muntah dan mimisan. Selanjutnya saya bawa di rumah sakit swasta di Sukoharjo tapi tidak ada perubahan. Sehingga pindah rumah sakit lain di Solo dan dioperasi. Kata dokter pembuluh darah di otaknya pecah," katanya.
Saat ini, kata dia, putri kesayangannya menjalani perawatan di rumah. Selain itu juga kontrol setiap sebulan sekali di rumah sakit. "Kalau kontrol harus pakai ambulans. Sementara di rumah menjalani terapi sendiri. Saya latih mulai dari duduk sampai bisa merambat jalan. Latihan banyak bergerak, supaya cepat berjalan kembali," ujar Margono.
Motivasi terus diberikan Margono kepada putri kesayangannya. Selain merawat dan melatih berjalan di rumah, sang ayah juga berusaha membangkitkan daya ingat Firda yang belum pulih 100%.
Salah satunya dengan mengantarkannya ke tempat latihan taekwondo, di Mahameru Indonesia Dojang Gonilan, Sukoharjo. "Saya terus beri motivasi kepadanya. Kalau ingin ke tempat latihan taekwondo saya antar untuk melihat teman-teman latihan. Tapi itu sesuai keinginannya," ungkapnya.
Ia berharap dengan latihan secara rutin, Firda bisa cepat kembali pulih normal. "Harapan kami supaya bisa main seperti teman-temannya lagi, sekolah secara normal," kata Margono.
Sementara, Firda tak mau menyerah dan pasrah begitu saja dengan kondisi fisiknya saat ini. Ia terus memacu semangatnya untuk bisa bangkit dan kembali menjalani kehidupan secara normal.
Keinginan untuk bangkit itu tampak terpancar dari ekspresi wajah Firda. Semangat dan keyakinannya untuk bangkit patut diacungi jempol. Meski selama 7 tahun menderita stroke, ia terus berusaha untuk menggerakkan separuh anggota tubuh di bagian kanan dengan berlatih secara rutin.
Gadis kelahiran Semarang, 14 Januari 2003 ini ‘menghidupkan’ kembali ingatannya yang sempat hilang dalam beberapa tahun terakhir ini. Berbagai kegiatan pun dilakukannya.
Mulai dari jalan-jalan menyisir kampung hingga melatih gerakan-gerakan dalam bela diri taekwondo. Wajar saja, di klub Mahameru Indonesia Dojang Gonilan Sukoharjo, Firda merupakan Senior dengan menyandang sabuk merah.
"Saya suka jalan-jalan, kadang-kadang latihan taekwondo dengan nendang-nendang," ujar Firda. Ia mengaku sangat senang ketika datang ke Mahameru untuk melihat teman-temannya berlatih. "Saya senang dan bahagia datang ke Dojang Gonilan," katanya.
Tak hanya itu, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Margono dan Solikah ini ternyata memiliki kemampuan menggambar. Meski dilakukan dengan tangan kiri, ia mampu menggambar sesuai keinginannya.
Bahkan, saat pelatih Mahameru Indonesia Dojang Gonilan Sukoharjo, Andy Istanto sempat dibuat kaget ketika menunjukkan gambar wajahnya. "Wah kok mirip sekali," kata Andy disambut senyum Firda.
“Saya suka gambar. Ya semenjak gambar pakai tangan kiri pakai pensil di buku gambar. Saya juga disuruh belajar bulpen," kata Firda.
Sementara, Andy Istanto mengatakan, Firda merupakan salah satu muridnya yang potensial dan berprestasi. "Firda ini murid saya dan termasuk atlet yang potensial yang sudah saya bidik. Ternyata di tengah jalan bidikan terkendala dengan sakitnya Firda. Jadi saya sedikit agak kecewa juga, tapi ya Alhamdulillah semangatnya luar biasa Firda ini," kata Andy.
"Semangatnya dia selalu ingin hadir di setiap latihan untuk menginspirasi adik-adiknya para yunior-yuniornya," ujar pelatih yang menyandang sabuk hitam ini.
Ia mengatakan, dirinya tetap memberikan dukungan dan doa tiada henti untuk kesembuhan Firda. Untuk itu, setiap ada acara, event kejuaraan taekwondo, pihaknya selalu memberi kabar ke Firda.
"Kita selalu ajak dia kalau ada acara atau event. Namun karena terkendala dengan situasi dan kondisinya mungkin kadang bisa hadir atau tidak hadir tergantung dari pihak keluarga," ujarnya.
Menurutnya, Firda merupakan sosok anak yang baik dan selalu mengikuti latihan secara rutin. Firda selalu mengikuti instruksi yang diberikan pelatih. "Di lapangan mainnya juga bagus, sampai beberapa kali meraih juara satu, medali emas. Itu merupakan apresiasi atau jerih payahnya dan pembuktian dia selama berlatih Kelebihan Firda adalah mempunyai fisik bagus dan spesialisasi tendangan atas," katanya.
Firda juga memiliki catatan prestasi di berbagai kejuaraan taekwondo yang cukup mentereng. Dia pernah juara pertama kejurda taekwondo tingkat kabupaten Sukoharjo, juara di kejuaran taekwondo Grup 2 Kopassus Kartasura, dan juara di kejurnas taekwondo di Semarang.
Stroke membuat gadis berjilbab itu terpaksa tak bisa melanjutkan sekolah secara normal karena kondisi fisiknya yang tak memungkinkan. Namun, ia tetap menjalani aktivitas belajar dengan mengikuti homeschooling Kak Seto.
Firda harus kehilangan separuh kekuatan anggota tubuh di bagian kanan. Tangan dan kaki kanannya tak bisa digerakkan. Meski demikian dia tidak putus asa. Harus semangat, jangan putus asa dan harus yakin bisa. Kalimat itu terlontar dari mulutnya.
"Sakit yang diderita Firda saat dia berada di kelas 1 mau naik kelas 2 SMP Negeri di Kartasura (Sukoharjo) pada tahun 2014. Ia sempat koma selama 2 bulan," kata Ayah Firda, Margono Budi Raharjo (51) saat ditemui MNC Portal Indonesia di rumahnya, Ngadijayan Rt 2 Rw 5, Desa Ngadirejo, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Sabtu (30/1/2021).
Margono menceritakan, penyakit stroke yang diderita putrinya berawal karena sang putri sering mengeluh pusing-pusing. Firda juga sempat mengalami koma selama 2 bulan.
"Awal mula dia sakit ketika setelah shalat subuh, tau-tahu menjerit terus muntah dan mimisan. Selanjutnya saya bawa di rumah sakit swasta di Sukoharjo tapi tidak ada perubahan. Sehingga pindah rumah sakit lain di Solo dan dioperasi. Kata dokter pembuluh darah di otaknya pecah," katanya.
Saat ini, kata dia, putri kesayangannya menjalani perawatan di rumah. Selain itu juga kontrol setiap sebulan sekali di rumah sakit. "Kalau kontrol harus pakai ambulans. Sementara di rumah menjalani terapi sendiri. Saya latih mulai dari duduk sampai bisa merambat jalan. Latihan banyak bergerak, supaya cepat berjalan kembali," ujar Margono.
Motivasi terus diberikan Margono kepada putri kesayangannya. Selain merawat dan melatih berjalan di rumah, sang ayah juga berusaha membangkitkan daya ingat Firda yang belum pulih 100%.
Salah satunya dengan mengantarkannya ke tempat latihan taekwondo, di Mahameru Indonesia Dojang Gonilan, Sukoharjo. "Saya terus beri motivasi kepadanya. Kalau ingin ke tempat latihan taekwondo saya antar untuk melihat teman-teman latihan. Tapi itu sesuai keinginannya," ungkapnya.
Ia berharap dengan latihan secara rutin, Firda bisa cepat kembali pulih normal. "Harapan kami supaya bisa main seperti teman-temannya lagi, sekolah secara normal," kata Margono.
Sementara, Firda tak mau menyerah dan pasrah begitu saja dengan kondisi fisiknya saat ini. Ia terus memacu semangatnya untuk bisa bangkit dan kembali menjalani kehidupan secara normal.
Keinginan untuk bangkit itu tampak terpancar dari ekspresi wajah Firda. Semangat dan keyakinannya untuk bangkit patut diacungi jempol. Meski selama 7 tahun menderita stroke, ia terus berusaha untuk menggerakkan separuh anggota tubuh di bagian kanan dengan berlatih secara rutin.
Gadis kelahiran Semarang, 14 Januari 2003 ini ‘menghidupkan’ kembali ingatannya yang sempat hilang dalam beberapa tahun terakhir ini. Berbagai kegiatan pun dilakukannya.
Mulai dari jalan-jalan menyisir kampung hingga melatih gerakan-gerakan dalam bela diri taekwondo. Wajar saja, di klub Mahameru Indonesia Dojang Gonilan Sukoharjo, Firda merupakan Senior dengan menyandang sabuk merah.
"Saya suka jalan-jalan, kadang-kadang latihan taekwondo dengan nendang-nendang," ujar Firda. Ia mengaku sangat senang ketika datang ke Mahameru untuk melihat teman-temannya berlatih. "Saya senang dan bahagia datang ke Dojang Gonilan," katanya.
Tak hanya itu, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Margono dan Solikah ini ternyata memiliki kemampuan menggambar. Meski dilakukan dengan tangan kiri, ia mampu menggambar sesuai keinginannya.
Bahkan, saat pelatih Mahameru Indonesia Dojang Gonilan Sukoharjo, Andy Istanto sempat dibuat kaget ketika menunjukkan gambar wajahnya. "Wah kok mirip sekali," kata Andy disambut senyum Firda.
“Saya suka gambar. Ya semenjak gambar pakai tangan kiri pakai pensil di buku gambar. Saya juga disuruh belajar bulpen," kata Firda.
Sementara, Andy Istanto mengatakan, Firda merupakan salah satu muridnya yang potensial dan berprestasi. "Firda ini murid saya dan termasuk atlet yang potensial yang sudah saya bidik. Ternyata di tengah jalan bidikan terkendala dengan sakitnya Firda. Jadi saya sedikit agak kecewa juga, tapi ya Alhamdulillah semangatnya luar biasa Firda ini," kata Andy.
"Semangatnya dia selalu ingin hadir di setiap latihan untuk menginspirasi adik-adiknya para yunior-yuniornya," ujar pelatih yang menyandang sabuk hitam ini.
Ia mengatakan, dirinya tetap memberikan dukungan dan doa tiada henti untuk kesembuhan Firda. Untuk itu, setiap ada acara, event kejuaraan taekwondo, pihaknya selalu memberi kabar ke Firda.
"Kita selalu ajak dia kalau ada acara atau event. Namun karena terkendala dengan situasi dan kondisinya mungkin kadang bisa hadir atau tidak hadir tergantung dari pihak keluarga," ujarnya.
Menurutnya, Firda merupakan sosok anak yang baik dan selalu mengikuti latihan secara rutin. Firda selalu mengikuti instruksi yang diberikan pelatih. "Di lapangan mainnya juga bagus, sampai beberapa kali meraih juara satu, medali emas. Itu merupakan apresiasi atau jerih payahnya dan pembuktian dia selama berlatih Kelebihan Firda adalah mempunyai fisik bagus dan spesialisasi tendangan atas," katanya.
(shf)