Sempat Berdarah-darah Garap Bisnis Tas Pinggang, Kini Produknya Dikenal hingga ASEAN

Minggu, 31 Januari 2021 - 09:33 WIB
loading...
Sempat Berdarah-darah...
Tim The Choral di workshopnya Jalan Pasirnaya III No 1A, Komp Pasir Pogor Ciwastra, Kota Bandung. SINDOnews/Arif
A A A
BANDUNG - Membangun bisnis memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Perlu kerja keras, keteguhan, hingga terbiasa dengan cucuran keringat dan air mata. Namun, bila proses mampu dijalani dengan tekun dan giat, tak ada yang menduga hasilnya akan menggembirakan.

Seperti halnya perjuangan yang dilakukan pemilik produsen tas dan peralatan konveksi lainnya, The Choral, Andri Arianto. Usahanya yang kini berkembang luas, tidak didapatkan dengan mudah. Perlu kerja keras dan perjuangan hingga berdarah darah, sampai pada kondisi saat ini.

"Choral.id ini sebenarnya berdiri sejak tahun 2016, kami memulai dengan bisnis offline ritel. Tetapi pada tahun 2018 kami sempat bangkrut, hingga berdarah darah. Tapi alhamdulillah pada 2019 kami bisa bangkit lagi dengan memulai jalur online," cerita dia saat ditemui di workshopnya di Jalan Pasirnaya III No 1A, Komp Pasir Pogor Ciwastra, Kota Bandung.

Dengan tekad kuat menggarap bisnis di Bandung, Andri optimistis dengan konsep barunya. Dia memulai lagi dengan konsen menggarap bisnis online. Walaupun sempat menjalani aral melintang dengan cashflow sangat minim, namum seiring waktu, penjualannya terus naik. "Saya bersyukur punya tim yang sangat bagus, anak muda, milenial. Dari situ, kami bikin tim yang solid, dan bersyukur penjualan langsung naik," jelas dia.

Bahkan, kini produknya tak hanya dikenal seluruh Indonesia, tetapi juga hingga Singapura. Produknya telah banyak diminati oleh konsumen dari.seluruh Indonesia. Mengandalkan penjualan online, tas pinggang buatannya telah merambah hingga pelosok negeri. Tas ini pun digadang gadang terbaik di kelasnya dan menjadi acuan produsen lain. "Pembeli juga ada hingga Singapura. Ya ini bagian dari proses yang kami harus lalui. Bagaimana kita menghadapai kondisi ini dengan menghadirkan sesuatu yang kreatif," kisah dia.

Kendati telah mendulang untung, dia tak lantas menggunakan untuk kelakuan sekunder. Andri justru memanfaatkannya untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM) pekerjanya. Uang tersebut dia pakai untuk menyekolahkan mereka. "Hasilnya memang sangat cukup untuk beli mobil, tapi itu enggak saya lakukan, saya pilih untuk pengembangan SDM. Karyawan kami sekolahkan," kata dia. Baca: Puting Beliung Hancurkan Rumah Warga di Larantuka Flores Timur.

Kini, usahanya telah mempekerjakan sekitaran 30 orang di workshop miliknya. Mereka setiap harinya melakukan pengembangan produk. Jumlah karyawan itu, juga belum termasuk vendor di luar, melibatkan UMKM lainnya.

Untuk produk, kata dia, saat ini tak hanya sebatas tas pinggang, tapi juga sudah merambah produk lain seperti jaket, sendal, sweater, dan lainnya. Waist pack atau waist bag (tas pinggang) merupakan tas berukuran kecil yang biasanya dikenakan di sekitar pinggang dan pinggul.

Terdapat banyak istilah untuk tas ini, orang Amerika saja menyebutnya dalam delapan istilah berbeda seperti: ‘fanny pack’, ‘belt pack’, ‘belly bag’ dan beberapa lainnya. Di Inggris dan Australia menyebutnya sebagai ‘hip pack’, dan ‘bum bag’. Baca Juga: Tim Gabungan Selamatkan Pemuda Mengaku Terkena COVID-19 dan Hendak Bunuh Diri

Tas ini, menjadi alternatif bagi kalangan muda hingga eksekutif saat bepergian. Bahkan, sejumlah selebriti juga mengenakan tas ini untuk berbahagia kesempatan.
(nag)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3768 seconds (0.1#10.140)