DGII-UIA Gelar Webinar Potensi Kerja di Jepang

Kamis, 21 Januari 2021 - 13:29 WIB
loading...
DGII-UIA Gelar Webinar Potensi Kerja di Jepang
DGII-UIA Gelar Webinar Potensi Kerja di Jepang. Foto/Ist
A A A
BOGOR - PT Duta Global Insan Indonesia (DGII) bersama Universitas Islam As Syafiiyah (UIA) melaksanakan Webinar Internasional dalam program bertajuk “Duta Bangsa Menuju Global”, Kamis (21/1/2021). Webinar membahas potensi kerja di Jepang .

Webinar dihadiri lebih dari 500 peserta dari berbagai daerah, dan kebanyakan yang hadir adalah dari sekolah-sekolah SMA/SMK, beberapa Univesitas dan Organisasi-organisasi di bidang pendidikan. Webinar Internasional ini menggunakan aplikasi zoom meeting dan live streaming di website duta.global dan di kanal Youtube. (Baca juga: Webinar SMA Pradita Dirgantara Tekankan Pentingnya Berpikir Kritis untuk Siswa )

Ada pun subtemanya adalah “Memanfaatkan Bonus Demografi untuk Melejitkan Ekonomi Bangsa”. Acara pada web Seminar Internasional dihadiri Komisaris Utama Duta Global Insan Indonesia Prof DR H Dailami Firdaus yang juga menjabat sebagai Ketua Yayasan Perguruan Tinggi As-Syafi’iyah. (Baca juga: Jepang Nyatakan Siap Bantu Korban Gempa Majene dan Mamuju )

Hadir dalam web seminar Internasional 3 narasumber dari Jepang yaitu President Liana Segrus Co Ltd Kazuya Yamanouchi, HR Department Advisor Hitowa Holding Co Ltd Shinji Kurata, dan GM Business Development Group The Nishiniphon Shimbun Co Ltd Yoichiro Higashi.

Hadir juga narasumber Komisaris Independen PT Telkom Indonesia TBK yang juga Ketua Umum Aliansi Pendidikan Vokasional Seluruh Indonesia, Prof Dr Ir Marsudi Wahyu Kisworo IPU.

Hadir juga Ketua Forum Dosen Pendidikan Bahasa Jepang Indonesia yang juga Direktur Pendidikan dan Pelatihan di DGII, Dr Dedi Sutedi MA M Ed sebagai translator Indonesia – Jepang.

Direktur Utama DGII Endraswari Safitri menjelaskan, tujuan Acara ini adalah untuk menyosialisasikan peluang kerja dan belajar di Jepang. DGII tengah merancang sebuah konsep yang akan mempersiapkan anak bangsa yang profesional, mandiri berwawasan kebangsaan yang siap berkarier di luar negeri.

"Target kami adalah anak-anak usia 18-30 tahun untuk bekerja di luar negeri dan kami DGII dan UIA sudah menandatangani Nota Kesepahaman (MOU) dengan Liana Segrus, Co, Ltd – Jepang sebagai Registered Supporting Organization," kata Endraswaro Safitri.

Dia menjelaskan, isi MOU tersebut adalah kerja sama untuk bidang akademik dan pengiriman tenaga kerja terdidik ke Jepang. "Kami dapat menjamin, jika anak lulus dalam pendidikan bahasa jepang dan karakter, maka dapat langsung berangkat ke Jepang," kata Endraswari.

Di awal DGII akan fokus kepada program Specified Skill Worker untuk pengirman tenaga perawat (caregiver). Selanjutnya opening speech disampaikan Rektor UIA Dr Masduki Ahmad SH MM.

Dia mengatakan, program kerja dan belajar di Jepang ini sangat baik, Kami UIA siap mengawal para calon peserta untuk mempersiapkan tenaga kerja terdidik yang profesional.

"Kami mengajak banyak pihak lain untuk bekerja sama dengan kami untuk menyukseskan program ini. Kami sebut program ini adalah sebagai solusi bangsa di tengah masa pandemi COVID 19," kata Masduki.

Pemateri pertama Komisaris Independen PT Telkom Indonesia Tbk Prof Dr Ir Marsudi Wahyu Kisworo IPU mengatakan, ke depannya Indonesia akan mengalami bonus demografi, dan jika tidak dipersiapkan dengan baik akan menjadi permasalahan di bidang ketenaga kerjaan.

Dia menjelaskan, pentingnya mendorong terwujudnya link and match “pernikahan” antara pendidikan vokasi dan dunia industri/dunia yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Aliansi Pendidikan Vokasional Seluruh Indonesia.

Pembicara berikutnya adalah dari Pihak Jepang, yaitu President Liana Segrus Co Ltd Kazuya Yamanouchi. Dia mengatakan bahwa di Jepang sedang mengalami kekurangan tenaga kerja (extreme labor shortage).

"Menyadari situasi tersebut parlemen Jepang mengeluarkan kebijakan ketenagakerjaan baru melalui amandemen Immigration Control and Refugee Recognition Act," kata dia.

Menurut dia, kebijakan baru ini mulai berlaku sejak April 2019 dan akan membuka peluang kerja seluas-luasnya kepada negara lain. Perbedaan kebijakan parlemen Jepang dari yang sebelumnya adalah jika dulu hak dan kewajibannya pekerja asing dibedakan, sekarang memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan pekerja Jepang. Sebagai gambaran dari sisi gaji UMR pekerja Jepang jika dirupiahkan berkisar Rp25 juta.

Pembicara selanjutnya adalah HR Department Advisor Hitowa Holding Co Ltd Shinji Kurata. Dia menjelaskan, kebutuhan tenaga kerja perawat di Jepang sangatlah besar. Perusahaan yang sudah berdiri sejak 2006, berlokasi di Ark Hills South Tower , Minato-ku, Tokyo ini memiliki jasa pelayanan yaitu pelayanan keperawatan untuk orang tua, anak-anak, individu dan juga jasa pelayanan makanan.

"Kami menghadapi problem dan situasi dimana generasi baby boomer akan masuk ke dalam penduduk usia tidak produktif di tahun 2025. Populasi ini akan meningkat 17,8% dari total populasi di Jepang. Sedangkan angkatan kerja produktif di Jepang akan mengalami penurunan, sehingga kebutuhan akan tenaga kerja di sektor keperawatan akan terus meningkat," jelas Shinji.

Pembicara terakhir adalah GM Business Development Group The Nishiniphon Shimbun, Co.Ltd Yoichiro Higashi. Dia menjelaskan, The Nishinippon Newspaper adalah surat kabar yang telah berdiri sejak 1876.

"NNP ini adalah anggota dari Actis Group Foreign Employment Center (AGFEC) salah satu asosiasi ketenagakerjaan asing di Jepang yang terbesar di Kyushyu," kata dia.

Yoichiro mengatakan, AGFEC ini bertujuan untuk menawarkan lowongan pekerjaan yang tepat bagi pekerja asing di perusahaan-perusahaan yang berada di kota Kyushyu. The NNP juga bekerja sama dengan Liana Segrus C Ltd (Registered Support Organization).

"Dimana kami bukan hanya menawarkan lowongan pekerjaan di Jepang, tetapi kami juga menyupport para pekerja asing untuk hidup di Jepang," kata dia.

Komisaris DGII lainnya Prof Ace Suryadi MSc PhD, yang juga Dewan Pakar dan Ketua Pusat Kajian Kebijakan Pendidikan Nasional PGRI mengatakan, pada kesempatan lain mengatakan, dalam 10 tahun kedepan, Jepang membutuhkan sekitar 8-10 juta pekerja terdidik Indonesia untuk bekerja di berbagai jenis dan sektor industri.

Dengan program Goes To Japan, Indonesia memerlukan investasi Rp15 triliun untuk membentuk 1 juta lulusan SMK-Sarjana yang siap kerja di Jepang, tetapi potensi devisa negara bisa mencapai sekitar Rp750 triliun. "Sebuah investasi yang tidak mudah dicapai oleh BUMN yang besar sekalipun," kata dia.
(nth)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2231 seconds (0.1#10.140)