Petisi Tolak Galon Sekali Pakai Mendapat Dukungan Publik
loading...
A
A
A
BOGOR - Kehadiran air kemasan galon sekali pakai baru-baru ini dianggap merupakan sebuah kemunduran di tengah upaya pengurangan sampah plastik di Indonesia.
Sebuah petisi penolakan terhadap produk air kemasan galon sekali di change.org terus mendapat dukungan publik. Sampai hari ini, Jumat (22/1/2021), sudah lebih dari 27.000 orang menandatangani petisi tersebut. (Baca juga: Aktivis Lingkungan Ingatkan Bahaya Mikroplastik Galon Sekali Pakai )
Upaya-upaya pengurangan sampah plastik seperti tolak sedotan dan peralatan makan sekali pakai serta dengan penerapan kantong plastik berbayar dan bahkan peniadaan kantong plastik di minimarket telah lebih dulu digencarkan. (Baca juga: Kurangi Sampah Plastik di Laut, Luhut Gandeng Australia )
Meski pada awal kampanye sempat menuai perdebatan, namun secara bertahan langkah-langkah tersbeut mulai diterima oleh masyakat.
Karena itu, saat sebuah merek air minum dalam kemasan (AMDK) mengeluarkan produk galon sekali pakai yang diklaim sebagai sebuah inovasi untuk menghadirkan air minum yang higienis ke tangah masyarakat, tak sedikit pihak yang menyayangkan. Sebab, langkah ini dipandang sebagai ketidak pedulian industri terhadap permasalahan yang saat ini dihadapi Indonesia.
Tak hanya LSM dan aktivis pegiat lingkungan yang keras bersuara, dua siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 6 Bekasi, Elhan dan Helfia pun berani beropini. Melalui platform Change.org, keduanya menggagas petisi “tolak galon sekali” pakai pada November 2020 lalu.
Terhitung per 18 Januari 2021, setidaknya sudah 27.000 partisipan telah menandatangani petisi ini.
“Ketika ada perusahaan yang membuat galon sekali pakai, ini merugikan dan justru tidak menghargai upaya pengurangan sampah,” ujar Elhan. Karena itu, dia menggagas petisi yang ditujukan kepada market leader produk galon sekali pakai tersebut.
Keberaniannya melawan industri tersebut, selain mendapat dukungan dari banyak pihak sekaligus menempatkan kedua remaja ini menjadi sasaran.
Dia mengakui, tak sedikit mendapat tudingan negatif dari pengguna media sosial. Meski demikian, Elhan mengaku tak gentar sebab upaya tolak plastik sekali pakai adalah kampanye yang telah lebih dulu ada dan harus senantiasa digaungkan.
“Dalam menggagas gerakan ini kami berbicara atas nama alam dan lingkungan, agar kedepannya lingkungan yang kita tempati dapat lebih bersih dan bebas dari sampah plastik yang tersebar dimana-mana,” kata Elhan.
Jika berkaca pada data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), apa yang dikhawatirkan Elhan dan Helvia tentu saja tak berlebihan. KLHK memprediksi, timbunan sampah di Indonesia mencapai 67,8 juta ton. Jumlah tersebut kemungkinan masih terus bertambah.
“Jumlah timbunan sampah yang sangat besar, kira-kira 67,8 juta ton pada tahun 2020. Kelihatannya akan terus bertambah seiring pertumbuhan jumlah penduduk dan dengan semakin membaiknya tingkat kesejahteraan,” kata Menteri KLHK Siti Nurbaya, media 2020.
Terbukti, pada 1 Januari 2021 publik digegerkan dengan temuan dalam aksi bersih-bersih di kawasan Pantai Kuta. Sekitar 30 ton sampah diangkut dari kawasan Pantai Kuta dalam kegiatan yang melibatkan personel TNI dan Polri, anggota Pramuka, masyarakat sekitar Badung dan aparat instansi pemerintah.
Sebuah petisi penolakan terhadap produk air kemasan galon sekali di change.org terus mendapat dukungan publik. Sampai hari ini, Jumat (22/1/2021), sudah lebih dari 27.000 orang menandatangani petisi tersebut. (Baca juga: Aktivis Lingkungan Ingatkan Bahaya Mikroplastik Galon Sekali Pakai )
Upaya-upaya pengurangan sampah plastik seperti tolak sedotan dan peralatan makan sekali pakai serta dengan penerapan kantong plastik berbayar dan bahkan peniadaan kantong plastik di minimarket telah lebih dulu digencarkan. (Baca juga: Kurangi Sampah Plastik di Laut, Luhut Gandeng Australia )
Meski pada awal kampanye sempat menuai perdebatan, namun secara bertahan langkah-langkah tersbeut mulai diterima oleh masyakat.
Karena itu, saat sebuah merek air minum dalam kemasan (AMDK) mengeluarkan produk galon sekali pakai yang diklaim sebagai sebuah inovasi untuk menghadirkan air minum yang higienis ke tangah masyarakat, tak sedikit pihak yang menyayangkan. Sebab, langkah ini dipandang sebagai ketidak pedulian industri terhadap permasalahan yang saat ini dihadapi Indonesia.
Tak hanya LSM dan aktivis pegiat lingkungan yang keras bersuara, dua siswa Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 6 Bekasi, Elhan dan Helfia pun berani beropini. Melalui platform Change.org, keduanya menggagas petisi “tolak galon sekali” pakai pada November 2020 lalu.
Terhitung per 18 Januari 2021, setidaknya sudah 27.000 partisipan telah menandatangani petisi ini.
“Ketika ada perusahaan yang membuat galon sekali pakai, ini merugikan dan justru tidak menghargai upaya pengurangan sampah,” ujar Elhan. Karena itu, dia menggagas petisi yang ditujukan kepada market leader produk galon sekali pakai tersebut.
Keberaniannya melawan industri tersebut, selain mendapat dukungan dari banyak pihak sekaligus menempatkan kedua remaja ini menjadi sasaran.
Dia mengakui, tak sedikit mendapat tudingan negatif dari pengguna media sosial. Meski demikian, Elhan mengaku tak gentar sebab upaya tolak plastik sekali pakai adalah kampanye yang telah lebih dulu ada dan harus senantiasa digaungkan.
“Dalam menggagas gerakan ini kami berbicara atas nama alam dan lingkungan, agar kedepannya lingkungan yang kita tempati dapat lebih bersih dan bebas dari sampah plastik yang tersebar dimana-mana,” kata Elhan.
Jika berkaca pada data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), apa yang dikhawatirkan Elhan dan Helvia tentu saja tak berlebihan. KLHK memprediksi, timbunan sampah di Indonesia mencapai 67,8 juta ton. Jumlah tersebut kemungkinan masih terus bertambah.
“Jumlah timbunan sampah yang sangat besar, kira-kira 67,8 juta ton pada tahun 2020. Kelihatannya akan terus bertambah seiring pertumbuhan jumlah penduduk dan dengan semakin membaiknya tingkat kesejahteraan,” kata Menteri KLHK Siti Nurbaya, media 2020.
Terbukti, pada 1 Januari 2021 publik digegerkan dengan temuan dalam aksi bersih-bersih di kawasan Pantai Kuta. Sekitar 30 ton sampah diangkut dari kawasan Pantai Kuta dalam kegiatan yang melibatkan personel TNI dan Polri, anggota Pramuka, masyarakat sekitar Badung dan aparat instansi pemerintah.
(nth)