Aktivis Lingkungan Ingatkan Bahaya Mikroplastik Galon Sekali Pakai

Selasa, 19 Januari 2021 - 10:01 WIB
loading...
Aktivis Lingkungan Ingatkan Bahaya Mikroplastik Galon Sekali Pakai
Ilustrasi galon sekali pakai. Foto/Dok
A A A
BOGOR - Organisasi lingkungan hidup Indonesia, Ecoton, menolak penggunaan kemasan plastik sekali pakai termasuk kemasan galon air sekali pakai.

Selain akan menghabiskan sumber daya alam, ada potensi yang lebih mengkhawatirkan lagi dari galon sekali pakai ini, yaitu kehadiran miroplastiknya.(Baca juga: Mahasiswa ITS Gagas Plastik Ramah Lingkungan Berbahan Kentang )

Peneliti Ecoton, Andreas Agus Kristanto Nugroho, mengatakan, produsen air kemasan galon sekali pakai mencari kesempatan untuk menggunakan momentum pandemi COVID-19, dengan mengatakan produk mereka lebih higienis. Karena saat ini masyarakat sangat mengkhawatirkan kesehatannya. (Baca juga: Greenpeace Ingatkan Industri Hati-hati Klaim Ramah Lingkungan Terkait Galon Sekali Pakai )

“Produsen galon sekali pakai ini telah melakukan greenwashing seolah-olah dia peduli lingkungan, tapi ternyata ketika ditelusuri lebih lanjut itu hanya klaim mereka supaya produk galon sekali pakai ini dibeli masyarakat. Padahal kalau karena masalahnya hygienis, galon guna ulang hygienis kok,” kata Andreas, Selasa (19/1/2021).

Andreas mengatakan, cara yang paling benar dalam mengurangi sampah plastik adalah reduce (mengurangi) penggunaan plastik. Kemudian reuse (menggunakan secara berulang) dan kalau sudah mentok baru recycle (mendaur ulang).

Kehadiran galon sekali pakai ini menunjukkan progam pengelolaan sampah yang digerakkan pemerintah selama ini melalui 3R (reduce, reuse, recycle) menjadi sia-sia. “Karena, dengan mengijinkan galon sekali pakai ini beredar di masyarakat, pola pikirnya masih mendahulukan recycle,” kata dia.

Dia mengatakan, alasan produsen galon sekali pakai yang menganggap kemasannya masih bisa di-recycle tidak bisa dibenarkan. Apalagi belum ada rekam jejak produsen itu dalam melakukan upaya daur ulang.

Meskipun bisa didaur ulang, kata dia, pasti galon sekali pakai ini tetap akan menambah banyak mikroplastik yang dilepas ke alam. Potongan-potongan plastik itu berpotensi menjadi transporter bahan-bahan berbahaya yang ada di lingkungannya. Karena plastik itu adalah zat kimia, maka bisa mengganggu kesehatan manusia.

“Jadi kalau yang lebih didahulukan itu daur ulang atau recycle-nya, kita menganggap itu adalah penyelesaian masalah sampah plastik yang salah. Langkah itu tidak akan mengurangi sampah yang kita hasilkan. Tapi kadang-kadang kita terbalik, yang diutamakan itu recycle-nya seperti yang dilakukan produsen galon sekali pakai yang ditolak kehadirannya oleh para aktivis lingkungan,” ujar Andreas Agus Kristanto Nugroho.

Karenanya, Andreas menyarankan agar pemerintah mengubah defenisi sirkular ekonomi. Menurutnya, sirkular ekonomi bukan hanya dalam bentuk ekonomi semata, tapi bagaimana masyarakat juga bisa bertanggung jawab dengan pola konsumsi mereka. Maka ketika masyarakat sadar bahwa yang dikonsumsinya itu menjadi sampah, maka mereka tidak harus mengulangi pemakaian terhadap produk itu. “Seharusnya yang dimaksud sirkular ekonomi itu seperti itu, dan ini yang tidak dibentuk oleh pemerintah,” kata dia.

Menurut dia, biasanya lingkungan selalu kalah dengan hitung-hitungan ekonomi. Ini yang menyebabkan ketika industri mengklaim itu menjadi sesuatu yang bisa di-recycle, pemerintah langsung mengijinkannya. “Tapi seharusnya penolakan sampah itulah yang utama kalau pemerintah mau benar-benar melakukan pengolahan sampah yang bernama plastik ini. Dimana harus ada pembatasan untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai,” ucap dia.

Apalagi menurut Andreas, hanya 20% saja dari sampah plastik itu yang benar-benar bisa di-recycle, sisanya sebanyak 80% adalah downgrade atau sudah tercemar.

"Kehadiran galon sekali pakai ini bisa dipastikan akan menambah sampah plastik yang ada di Indonesia dan lebih membahayakan lingkungan," pungkas dia.
(nth)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1070 seconds (0.1#10.140)