Dua Tertembak Mati, Polisi Juga Amankan 18 Orang Terduga Teroris di Makassar
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Selain dua orang yang tertembak mati, Tim Detasmen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri dibackup tim gabungan Jajaran Polda Sulsel , juga mengamankan 18 orang yang diduga merupakan kelompok teroris di Villa Mutiara Cluster Biru Jalan Boulevard Kelurahan Bulurokeng Biringkanaya Kota Makassar, Rabu, (06/01/2021).
Kapolda Sulsel , Irjen Pol Merdisyam mengatakan pelaku teroris keseluruhan berjumlah 20 orang.
"Dua diantaranya meninggal dunia karena melakukan perlawanan dengan inisial MR dan SA dan satu luka tembak, serta 17 orang diamankan. Total ada 20 orang. Sudah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk langkah medis lanjutan," kata Merdisyam di lokasi.
Menurut Merdisyam , kedua pria itu sempat saling serang menggunakan senjata tajam dan senapan angin jenis Pre Charge Pneumatic (PCP) atau sistem gas tekan, sekitar pukul 06.00 Wita.
"Sehingga dilakukan tindakan tegas dan terukur," ungkapnya.
Di lokasi rumah yang disinyalir menjadi tempat tinggal terduga teroris ditutupi terpal hijau. Garis polisi dipasang dengan jarak 25 meter di tiap sudut gang. Rumah tersebut diduga sudah lama didiami MR dan kawanannya. Merdi menyebut mereka adalah jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Beberapa barang bukti ikut diamankan dalam penangkapan pagi tadi. Di antaranya 8 unit kendaraan, senjata tajam seperi parang, anak panah berikut pelontarnya, senapan angin PCP dan beberapa cairan serupa bahan bakar. Namun dipastikan tak ditemukan bahan peledak di sana.
"Barang bukti dibawa ke Labfor Mabes Polri. Bahan peledak tidak ada. Para pelaku dibawa Tim Densus 88 anti Teror Mabes Polri untuk diproses lebih lanjut, Mereka merupakan jaringan JAD. Terafiliasi dengan ajaran Khilafah atau ISIS," ucap Jenderal Bintang dua ini.
Merdisyam mengatakan, dua terduga teroris yang tewas tertembak memiliki ikatan keluarga. MR berusia 44 tahun merupakan mertua dari SA, diperkirakan berusia 22 tahun. Keduanya adalah pimpinan dari JAD yang beraktifitas di perumahan mewah tersebut.
"Mereka dibaiat bersama ratusan orang lainnya di Sulsel untuk mengikuti ajaran khilafah atau ISIS pada tahun 2015 di Pondok Pesantren Ar Ridho, pimpinan Ustad Basri yang eksekusi di Lapas Nusa Kambangan dalam kasus teror," ucap Kapolda Sulsel .
"Kemudian juga melakukan kajian khusus pendukung daulah di Villa Mutiara yayasan Ar Ridho yang pada tahun 2016 bersama keluarga hijrah bermaksud bergabung organisasi ISIS di Suriah namun dapat dibatalkan keberangkatannya di Bandara Soekarno-Hatta," sambung Merdisyam.
Jaringan ini lanjut Merdisyam, juga teridentifikasi terlibat dalam kasus bom bunuh diri sebuah gereja di Pulau Jolo, Filipina, 27 Januari 2019 silam.
"Mereka yang mengirimkan dana kepada dua pelaku bom bunuh diri di Gereja Jolo, Filipina," paparnya.
Kapolda Sulsel , Irjen Pol Merdisyam mengatakan pelaku teroris keseluruhan berjumlah 20 orang.
"Dua diantaranya meninggal dunia karena melakukan perlawanan dengan inisial MR dan SA dan satu luka tembak, serta 17 orang diamankan. Total ada 20 orang. Sudah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara untuk langkah medis lanjutan," kata Merdisyam di lokasi.
Menurut Merdisyam , kedua pria itu sempat saling serang menggunakan senjata tajam dan senapan angin jenis Pre Charge Pneumatic (PCP) atau sistem gas tekan, sekitar pukul 06.00 Wita.
"Sehingga dilakukan tindakan tegas dan terukur," ungkapnya.
Di lokasi rumah yang disinyalir menjadi tempat tinggal terduga teroris ditutupi terpal hijau. Garis polisi dipasang dengan jarak 25 meter di tiap sudut gang. Rumah tersebut diduga sudah lama didiami MR dan kawanannya. Merdi menyebut mereka adalah jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Beberapa barang bukti ikut diamankan dalam penangkapan pagi tadi. Di antaranya 8 unit kendaraan, senjata tajam seperi parang, anak panah berikut pelontarnya, senapan angin PCP dan beberapa cairan serupa bahan bakar. Namun dipastikan tak ditemukan bahan peledak di sana.
"Barang bukti dibawa ke Labfor Mabes Polri. Bahan peledak tidak ada. Para pelaku dibawa Tim Densus 88 anti Teror Mabes Polri untuk diproses lebih lanjut, Mereka merupakan jaringan JAD. Terafiliasi dengan ajaran Khilafah atau ISIS," ucap Jenderal Bintang dua ini.
Merdisyam mengatakan, dua terduga teroris yang tewas tertembak memiliki ikatan keluarga. MR berusia 44 tahun merupakan mertua dari SA, diperkirakan berusia 22 tahun. Keduanya adalah pimpinan dari JAD yang beraktifitas di perumahan mewah tersebut.
"Mereka dibaiat bersama ratusan orang lainnya di Sulsel untuk mengikuti ajaran khilafah atau ISIS pada tahun 2015 di Pondok Pesantren Ar Ridho, pimpinan Ustad Basri yang eksekusi di Lapas Nusa Kambangan dalam kasus teror," ucap Kapolda Sulsel .
"Kemudian juga melakukan kajian khusus pendukung daulah di Villa Mutiara yayasan Ar Ridho yang pada tahun 2016 bersama keluarga hijrah bermaksud bergabung organisasi ISIS di Suriah namun dapat dibatalkan keberangkatannya di Bandara Soekarno-Hatta," sambung Merdisyam.
Jaringan ini lanjut Merdisyam, juga teridentifikasi terlibat dalam kasus bom bunuh diri sebuah gereja di Pulau Jolo, Filipina, 27 Januari 2019 silam.
"Mereka yang mengirimkan dana kepada dua pelaku bom bunuh diri di Gereja Jolo, Filipina," paparnya.
(agn)