Rahasia Sukses Vietnam Atasi Pandemi COVID-19
loading...
A
A
A
SURABAYA - Mengapa Vietnam dianggap sebagai negara di Asia Tenggara yang amat sukses menanggulangi pandemi COVID-19?
Data per 12 Mei 2020 menyebutkan, jumlah pasien positif COVID-19 di negeri itu hanya 288 orang, dan tidak ada pasien yang meninggal.
Bahkan sejak 23 April 2020 hingga hari ini pun Vietnam sudah menjalankan kebijakan relaksasi dan aktivitas warga mulai kembali normal. ( )
Fenomena Vietnam ini dibahas dalam Webinar (web seminar) yang digelar Universitas Surabaya (Ubaya). Webinar yang mengungkap rahasia sukses Vietnam dan dipandu Rektor Ubaya Ir Benny Lianto ini menghadirkan Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Sosialis Vietnam, HE Ibnu Hadi.
Kegiatan ini merupakan salah satu dari rangkaian Ubaya Webinar COVID-19 Series yang diprakarsai Direktorat Kerja Sama Kelembagaan Ubaya dengan tema “How Does Vietnam Minimize Its COVID-19 Patients: Sharing Session From The Ambassador”.
Menurut Ibnu Hadi, salah satu kunci sukses Vietnam adalah kecepatan melakukan trace back (pelacakan) terhadap pasien yang terindikasi positif. Aparat di sana bergerak cepat sekali, dan jejak pasien positif dilacak sampai begitu jauh dan luas. Data pelacakan itu juga disebar ke media, sehingga menimbulkan kewaspadaan bagi masyarakatnya.
Dubes RI tersebut mencontohkan, ada dua turis Eropa yang melakukan perjalanan dari kota Hanoi ke kota Danang, yang merupakan salah satu destinasi wisata di Vietnam. Keduanya ternyata diketahui positif terpapar COVID-19.
“Aparat di sana bergerak cepat sekali. Begitu ketahuan, jejak mereka langsung ditelusuri. Sebelumnya pergi ke mana, makan di restoran apa, tidur di hotel apa, sampai pijat di mana. Dari situ cerita langsung ketahuan. Restoran tempat mereka makan sebelumnya langsung ditutup, langsung sepi,” kata dia.
Vietnam cepat menanggulangi pandemi ini diantaranya karena sistem politik memungkinkan (sosialis komunis), law enforcement, dan pengawasannya berjalan efektif. “Kalau pemerintah bilang jangan keluar jalanan langsung sepi. Ada speaker di jalan-jalan yang terus memberi pengumuman,” ujar di.
Ibnu Hadi melihat, pengawasan yang dijalankan pemerintah Vietnam langsung juga masuk ke ranah privat. Jadi, orang seringkali merasa privasinya dilanggar.
“Jadi jika seseorang terkonfirmasi positif, pemerintah akan cepat dan tanggap untuk menangani kasus tersebut. Kami lacak pasien sebelumnya pergi kemana, sedang apa, dan semuanya itu didata. Setelah itu, Vietnam akan menutup tempat yang diduga lokasi penyebaran virus. Begitu pula dengan perusahaan akan ditutup jika ada salah satu karyawannya dinyatakan positif COVID-19,” kata dia.
Aktivitas masyarakat diberbagai sektor mulai aktif beroperasi dan berangsur pulih. Penggunaan transportasi domestik, tempat ibadah, pedagang, aktivitas entertainment dan olahraga mulai dilakukan kembali oleh masyarakat. Namun, kebijakan pemerintah tetap dilakukan dalam menekan angka penyebaran COVID-19.
“Walaupun relaksasi, ada beberapa ketentuan yang harus dipatuhi oleh masyarakat seperti tetap mengikuti himbauan menjaga kebersihan dan social distancing. Selain itu, ativitas di dalam ruangan juga dibatasi sebanyak 20 orang, sedangkan di luar ruangan tidak boleh melebihi 30 orang. Begitu juga dengan tempat ibadah mulai dibuka tetapi kami batasi jumlah umatnya dan tetap melarang kegiatan masyarakat yang mengundang massal,” jelas Ibnu Hadi.
Ibnu Hadi menjelaskan perbedaan yang signifikan dapat dilihat dari jumlah data perkembangan terkait kasus COVID-19 di Indonesia dan Vietnam. Vietnam telah melakukan tes spesimen sebanyak 261.004 sedangkan Indonesia hanya terdata 119.728.
Pada kasus COVID-19, Vietnam cukup serius dalam menangani warga yang terkonfirmasi positif. Berbagai hal dan kebijakan dilakukan pemerintah dalam mencegah penyebaran virus, salah satunya dengan trace back atau melacak kembali kondisi atau riwayat pasien. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi local transmission atau domestic transmission lebih luas.
Penanganan yang dilakukan oleh Vietnam dibagi menjadi dua tahap yaitu preventif dan kolektif. Pada tahap preventif pemerintah harus cepat, tanggap, dan antisipatif dalam menangani pasien COVID-19.
Tracing back dilakukan dengan terdata dan warga Vietnam kooperatif dalam membantu pemerintah dengan mematuhi kebijakan serta peraturan yang dibuat. Selanjutnya, tahap kolektif merupakan kebijakan yang dibuat untuk warga yang terkonfirmasi positif dan wajib menjalani perawatan di rumah sakit hingga dinyatakan sembuh dari COVID-19.
Selain membahas data dan rahasia penanganan pasien di Vietnam, pemaparan selanjutnya berkaitan dengan langkah-langkah memulihkan ekonomi. Ada beberapa kebijakan yang telah pemerintah lakukan dalam mendorong percepatan pemulihan ekonomi negara.
Pertama, pemerintah mulai membuka aktivitas masyarakat dalam kegiatan ekspor barang. Kedua, pemerintah melaksanakan online business dialogue dengan komunitas bisnis untuk menggenjot produktivitas setelah pandemi COVID-19. Ketiga, aktivitas promosi wisata mulai dilakukan dengan membuat inovasi di bidang pariwisata virtual. Wisatawan dapat melihat tempat wisata hingga kuliner favorit yang berada di Vietnam secara online dengan mengakses https://vietnam.travel/things-to-do/stay-at-home .
Sementara itu, Ir Benny Lianto, mengatakan setiap negara memang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. “Tetapi melalui webinar kali ini, kami berharap partisipan mendapat wawasan dan mengambil beberapa hal yang bisa dijadikan contoh untuk diterapkan di Indonesia,” ucap Benny Lianto.
Data per 12 Mei 2020 menyebutkan, jumlah pasien positif COVID-19 di negeri itu hanya 288 orang, dan tidak ada pasien yang meninggal.
Bahkan sejak 23 April 2020 hingga hari ini pun Vietnam sudah menjalankan kebijakan relaksasi dan aktivitas warga mulai kembali normal. ( )
Fenomena Vietnam ini dibahas dalam Webinar (web seminar) yang digelar Universitas Surabaya (Ubaya). Webinar yang mengungkap rahasia sukses Vietnam dan dipandu Rektor Ubaya Ir Benny Lianto ini menghadirkan Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Sosialis Vietnam, HE Ibnu Hadi.
Kegiatan ini merupakan salah satu dari rangkaian Ubaya Webinar COVID-19 Series yang diprakarsai Direktorat Kerja Sama Kelembagaan Ubaya dengan tema “How Does Vietnam Minimize Its COVID-19 Patients: Sharing Session From The Ambassador”.
Menurut Ibnu Hadi, salah satu kunci sukses Vietnam adalah kecepatan melakukan trace back (pelacakan) terhadap pasien yang terindikasi positif. Aparat di sana bergerak cepat sekali, dan jejak pasien positif dilacak sampai begitu jauh dan luas. Data pelacakan itu juga disebar ke media, sehingga menimbulkan kewaspadaan bagi masyarakatnya.
Dubes RI tersebut mencontohkan, ada dua turis Eropa yang melakukan perjalanan dari kota Hanoi ke kota Danang, yang merupakan salah satu destinasi wisata di Vietnam. Keduanya ternyata diketahui positif terpapar COVID-19.
“Aparat di sana bergerak cepat sekali. Begitu ketahuan, jejak mereka langsung ditelusuri. Sebelumnya pergi ke mana, makan di restoran apa, tidur di hotel apa, sampai pijat di mana. Dari situ cerita langsung ketahuan. Restoran tempat mereka makan sebelumnya langsung ditutup, langsung sepi,” kata dia.
Vietnam cepat menanggulangi pandemi ini diantaranya karena sistem politik memungkinkan (sosialis komunis), law enforcement, dan pengawasannya berjalan efektif. “Kalau pemerintah bilang jangan keluar jalanan langsung sepi. Ada speaker di jalan-jalan yang terus memberi pengumuman,” ujar di.
Ibnu Hadi melihat, pengawasan yang dijalankan pemerintah Vietnam langsung juga masuk ke ranah privat. Jadi, orang seringkali merasa privasinya dilanggar.
“Jadi jika seseorang terkonfirmasi positif, pemerintah akan cepat dan tanggap untuk menangani kasus tersebut. Kami lacak pasien sebelumnya pergi kemana, sedang apa, dan semuanya itu didata. Setelah itu, Vietnam akan menutup tempat yang diduga lokasi penyebaran virus. Begitu pula dengan perusahaan akan ditutup jika ada salah satu karyawannya dinyatakan positif COVID-19,” kata dia.
Aktivitas masyarakat diberbagai sektor mulai aktif beroperasi dan berangsur pulih. Penggunaan transportasi domestik, tempat ibadah, pedagang, aktivitas entertainment dan olahraga mulai dilakukan kembali oleh masyarakat. Namun, kebijakan pemerintah tetap dilakukan dalam menekan angka penyebaran COVID-19.
“Walaupun relaksasi, ada beberapa ketentuan yang harus dipatuhi oleh masyarakat seperti tetap mengikuti himbauan menjaga kebersihan dan social distancing. Selain itu, ativitas di dalam ruangan juga dibatasi sebanyak 20 orang, sedangkan di luar ruangan tidak boleh melebihi 30 orang. Begitu juga dengan tempat ibadah mulai dibuka tetapi kami batasi jumlah umatnya dan tetap melarang kegiatan masyarakat yang mengundang massal,” jelas Ibnu Hadi.
Ibnu Hadi menjelaskan perbedaan yang signifikan dapat dilihat dari jumlah data perkembangan terkait kasus COVID-19 di Indonesia dan Vietnam. Vietnam telah melakukan tes spesimen sebanyak 261.004 sedangkan Indonesia hanya terdata 119.728.
Pada kasus COVID-19, Vietnam cukup serius dalam menangani warga yang terkonfirmasi positif. Berbagai hal dan kebijakan dilakukan pemerintah dalam mencegah penyebaran virus, salah satunya dengan trace back atau melacak kembali kondisi atau riwayat pasien. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi local transmission atau domestic transmission lebih luas.
Penanganan yang dilakukan oleh Vietnam dibagi menjadi dua tahap yaitu preventif dan kolektif. Pada tahap preventif pemerintah harus cepat, tanggap, dan antisipatif dalam menangani pasien COVID-19.
Tracing back dilakukan dengan terdata dan warga Vietnam kooperatif dalam membantu pemerintah dengan mematuhi kebijakan serta peraturan yang dibuat. Selanjutnya, tahap kolektif merupakan kebijakan yang dibuat untuk warga yang terkonfirmasi positif dan wajib menjalani perawatan di rumah sakit hingga dinyatakan sembuh dari COVID-19.
Selain membahas data dan rahasia penanganan pasien di Vietnam, pemaparan selanjutnya berkaitan dengan langkah-langkah memulihkan ekonomi. Ada beberapa kebijakan yang telah pemerintah lakukan dalam mendorong percepatan pemulihan ekonomi negara.
Pertama, pemerintah mulai membuka aktivitas masyarakat dalam kegiatan ekspor barang. Kedua, pemerintah melaksanakan online business dialogue dengan komunitas bisnis untuk menggenjot produktivitas setelah pandemi COVID-19. Ketiga, aktivitas promosi wisata mulai dilakukan dengan membuat inovasi di bidang pariwisata virtual. Wisatawan dapat melihat tempat wisata hingga kuliner favorit yang berada di Vietnam secara online dengan mengakses https://vietnam.travel/things-to-do/stay-at-home .
Sementara itu, Ir Benny Lianto, mengatakan setiap negara memang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. “Tetapi melalui webinar kali ini, kami berharap partisipan mendapat wawasan dan mengambil beberapa hal yang bisa dijadikan contoh untuk diterapkan di Indonesia,” ucap Benny Lianto.
(nth)