Gereja Kepanjen, Rose Window Berpadu Kaca Mozaik, Pernah Hancur saat Battle of Surabaya

Jum'at, 25 Desember 2020 - 05:00 WIB
loading...
Gereja Kepanjen, Rose...
Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria dikenal sebagai Gereja Kepanjen. Lokasinya di Jalan Kepanjen, sebelah SMK Katolik Frateran Surabaya yang tersohor. Foto/Dok.SINDOnews/Ali Masduki
A A A
Sejarah Surabaya dibangun dalam lipatan darah dan saksi kekejamanpenjajah. Saksi bisu perjuangan masih banyak yang tersisa, dari sisa kepingan puing, Gereja Kepanjen tak mau binasa membangun asa di lintasan zaman yang telah berubah.

(Baca juga: Sultan Nuku, Keberanian dan Kekuatan Batin Mengusir Penjajah dari Tidore)

Kilau kaca mozaik yang terpancar dari bangunan gereja gaya arsitektur khas Eropa masih memendarkan kenangan sampai saat ini. Dindingnya pernah runtuh ketika bom sekutu memborbardir di 10 November 1945 dalam Battle of Surabaya.

(Baca juga: Menelusuri Kisah Raja Nong Isa, Penguasa Pertama Pulau Batam)

Gereja Kepanjen, Rose Window Berpadu Kaca Mozaik, Pernah Hancur saat Battle of Surabaya


Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria itu lebih populer dikenal dengan Gereja Kepanjen. Lokasinya berada di Jalan Kepanjen, bersebelahan dengan SMK Katolik Frateran Surabaya yang tersohor. Sampai saat ini, gereja itu masih menjadi sumber kegiatan religius oleh warga sekitar, pemeluk agama Katolik.

Gaya Neo Gotik menjadi patron utama yang menegaskan nuansa khas Eropa. Dinding gereja dilapisi bata yang sangat indah. Gagah dengan nuansa teduh sekaligus membungkus nuansa klasik yang ditegaskan dengan pilar-pilar kokoh.

Usianya sudah menembus 100 tahun lebih, dinding bata di gereja ini masih tetap mengkilap. Pada beberapa bagian dinding ada memang mulai berlumut dan menghitam tak membuatnya kusam.

Gereja Kepanjen dibangun pada 1899. Awalnya, dua orang pastor dari Belanda datang ke Surabaya. Pastor bernama Hendricus Waander dan Phillipus Wedding pada 12 Juli 1810. Kemudian, Pastor Wedding bertugas ke Batavia, sedangkan Pastor Waanders menetap di Surabaya.

Saat Pastor Waanders menetap di Surabaya, ia sering mengadakan misa untuk umat Katolik. Karenanya, dari hari ke hari, jumlah umat Katolik makin bertambah. Kemudian mereka berencana untuk membangun rumah ibadah berupa gereja dan terealisasi pada 1822.

Arsitektur kawakan Belanda yang bernama W Westmaas mengoreskan karyanya yang mewah dengan pilar tinggi dan pondasi kayu. Besarnya bangunan gereja membuatnya mampu menampung 3.000 jemaat. Kiblat Gereka Kepanjen mempunyai kemiripan dengan Gereja Jean Baptiste Antoine, Lassus, St. Jean Baptiste de Belleville, Paris.

Sebelumnya, sebuah gereja sempat didirikan di daerah Roomsche Kerkstraat atau yang saat ini dikenal dengan Jalan Cendrawasih. Namun, karena adanya rencana pembuatan jalan di Surabaya, gereja ini akhirnya dibongkar, dipindahkan, dan diubah namanya menjadi Gereja Katolik Kelahiran Santa Perawan Maria.
Gereja Kepanjen, Rose Window Berpadu Kaca Mozaik, Pernah Hancur saat Battle of Surabaya

Kemunculan gereja yang besar memang menjadi sebuah bentuk persembahan pada Santa Perawan Maria. Selain sebagai rumah ibadah, gereja ini juga sempat digunakan sebagai rumah sakit darurat dan rumah pastoran yang bertugas waktu itu. Di era penjajahan Belanda, banyak warga yang berjatuhan di tengah gempita perang.

Kubah dan pilar-pilar megah di bagian dalam dan luar gereja menembus jarak ketika mata memandang. Pilar berwarna putih kokoh ini langsung menyambut pada bagian depan gereja. Warna putih pilar bertemu dengan warna merah alami batu bata, semakin memberikan kesan klasik dan elegan pada bangunan ini.

Pada bagian dalam gereja juga terdapat pilar pilar tinggi berlapis warna putih dan keemasan, yang melengkung, membentuk kubah hingga ke bagian langit-langit gereja. Pemandangan yang sangat khas dan memanjakan mata. Menyelimuti imajinasi tentang kemewahan.

Kedipan mata tak akan terlewatkan ketika menyelami gereja ini dengan rose window dan kaca mozaik yang berada di beberapa bagian gereja. Lompatan warna bertarung dalam kemewahan kubah. Rose Window atau jendela berbentuk bundar ini adalah ciri utama dari gaya Neo Gotik serta menegaskan gaya arsitektur Eropa.

Rose Window tak hanya menjadi pelengkap. Estetika dan keindahan yang tersimpan di dalamnya juga memiliki fungsi sebagai penangkal air hujan. Kaca mozaik berwarna warni juga menjadi elemen tambahan yang semakin menambah daya tarik interior gereja ini.

Keindahan kaca mozaik penuh warna di gereja ini dirancang oleh arsitek Indonesia yang bernama Muljono Widjoyosastro. Suasana akan semakin indah dan menakjubkan saat jendela terkena sorotan sinar matahari. Pemandangan yang sulit ditemui di tempat lain.

Ketika berkali-kali menjadi sasaran tempur, Gereja Kepanjen tak bisa musnah. Pondasi gereja yang kuat menjadi salah satu faktornya. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 799 batang kayu galam dari Kalimantan yang menjadi pondasi bangunan ini. Kayu-kayu ini juga berjajar menghiasi bagian langit-langit gereja, yang semakin menambah kesan klasik yang terus terjaga di gereja ini.

Jajaran kursi gereja yang juga terbuat dari kayu membuat keindahan interior gereja ini semakin terasa. Selain itu, kamu juga bisa melihat elemen-elemen dekoratif lain yang membuat gereja ini semakin indah dipandang mata dengan berbagai ornamen.

Battle of Surabaya pada November 1945 tak akan pernah dilupa. Seluruh kota bernaung api dan siasat saling memukul mundur sekutu. Gereja Kepanjen ini sempat menjadi korban dari pertempuran. Kemegahan dan keindahan gereja ini dihancurkan oleh serangan tentara Inggris yang berasal dari sisi laut dan udara.

Sisa perang menyisahkan banyak luka dan bangunan. Bangunan di Surabaya menjadi santapan perang. Termasuk yang terjadi pada Gereja Kepanjen, hanya pondasi dan kerangka bangunan saja yang tersisa. Sejarah pun kembali membuktikan Gereja Kepanjen pantang untuk tandas. Pada 1950, gereja ini direnovasi secara besar-besaran oleh Pastor PA Bastiansen CM, dengan tidak mengubah desain dan struktur bangunan yang sebelumnya.

Renovasi selanjutnya dilakukan pada 1960, dengan mengubah kaca-kaca pada bagian jendela gereja ini. Setelah direnovasi secara bertahap, gereja ini kembali difungsikan seperti sedia kala pada 1951.

Dalam berbagai lipatan sejarah itu, Gereja Kepanjen tetap berdiri. Dengan pilarnya yang gagah dan ornamen cahaya yang terpantul tenang dari mozaik nan indah.
(shf)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3964 seconds (0.1#10.140)