Diklatpimnas Kenalkan Model Kepemimpinan Islam dan John Maxwell
loading...
A
A
A
SEMARANG - Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Ditjen Pendidikan Islam menggelar Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Tingkat Nasional Diklatpimnas secara online dan offline, 20-30 Desember 2020.
"Selain dikaji teori-teori kepemimpinan dalam Islam, mahasiswa juga dikenalkan teori-teori kepemimpinan modern seperti John Maxwell," kata Direktur Diktis Kementerian Agama, Prof Suyitno dikutip Kamis (24/12/2020).
(Baca juga: Katib ‘Aam PBNU Bekali Mahasiswa PTKI Genealogi Ekstremisme Radikalisme)
Dia berharap Diklatpimnas akan melahirkan calon pemimpin bangsa yang tidak saja memahami isu-isu global kontemporer, tetapi juga memahami wacana Keislaman dan Keindonesiaan secara utuh. "Kita ingin para mahasiswa mempunyai komitmen keagamaan dan keindonesiaan secara baik sehingga menjadi pemimpon yang unggul dan berintegritas," tandasnya.
(Baca juga: Gus Yaqut Diyakini Mampu Redam Disorientasi Gerakan Keagamaan Kaum Radikal)
Di hari ke tiga, Diklatpimnas menghadirkan nara sumber Wakil Rektor UIN Walisongo, Dr M Mukhsin Jamil dengan materi “Teori-teori Kepemimpinan dan 5 level Leadership ala John Maxwell”.
Muhsin menyebut sekurang-kurangnya terdapat 5 level kepemimpinan, yakni positioning, permision, production, people development, dan pinnacle. “Level positioning, pola kepemimpinan didasarkan atas alasan posisi, sehingga orang lain akan mengikuti kepemimpinnya karena alasan hirarki jabatan. Pola ini berlaku di dunia birokrasi”, terangnya.
Level permission lanjut Muhsin merupakan pola kepemimpinan yang didasarkan atas keinginan, yang biasanya didasarkan atas relasi, pengaruh yang baik, dan kepercayaan. “Relasi, pengarfuh dan trus harus dilatih sejak mahasiswa berada di bangku kuliah memimpin organiksasi kemahasiswaan," katanya.
Mantan Dekan FUHAM UIN Walisongo ini menambahkan, tipe production merupakan tipe kepemimpinan yang sangat dipengaruhi oleh rekam jejak dan kontribusinya terhadap organisasi. “Produktivitas, keberhasilan, kredidibilitas menjadi faktor penentu dalam pola kepemimpinan ini," sebutnya.
Dihadapan 80 Aktivis Mahasiswa, Muhsin memaparkan tipe people development merupakan pola kepemimpinan yang disebabkan oleh apa yang telah dilakukan seseorang untuk kepentingan orang lain secara pribadi. Level pinnacle biasanya didasarkan atas representasi dari apa yang dilakukan. "Respect, beyond organization dan tumbuhnya pemimpinan baru menjadi karakter pola kepemimpinan kelima ini," paparnya.
Dia menegaskan seorang pemimpin harus memiliki 3 hal penting agar mampu menjalankan fungsi kepemimpinanan dengan baik, yakni kompetensi, koneksi, dan karakter. Mukshin berpesan kepada mahasiswa, seorang pemimpin harus memiliki sikap yang demokratis dengan tidak membedakan atas dasar mayoritas atau minoritas, memberikan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anggotanya.
Diklatpimnas diselengarakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam bekerjasama dengan Rumah Moderasi Beragama (RMB) UIN Walisongo dengan bobot materi 70 jam tatap muka dan daring.
"Selain dikaji teori-teori kepemimpinan dalam Islam, mahasiswa juga dikenalkan teori-teori kepemimpinan modern seperti John Maxwell," kata Direktur Diktis Kementerian Agama, Prof Suyitno dikutip Kamis (24/12/2020).
(Baca juga: Katib ‘Aam PBNU Bekali Mahasiswa PTKI Genealogi Ekstremisme Radikalisme)
Dia berharap Diklatpimnas akan melahirkan calon pemimpin bangsa yang tidak saja memahami isu-isu global kontemporer, tetapi juga memahami wacana Keislaman dan Keindonesiaan secara utuh. "Kita ingin para mahasiswa mempunyai komitmen keagamaan dan keindonesiaan secara baik sehingga menjadi pemimpon yang unggul dan berintegritas," tandasnya.
(Baca juga: Gus Yaqut Diyakini Mampu Redam Disorientasi Gerakan Keagamaan Kaum Radikal)
Di hari ke tiga, Diklatpimnas menghadirkan nara sumber Wakil Rektor UIN Walisongo, Dr M Mukhsin Jamil dengan materi “Teori-teori Kepemimpinan dan 5 level Leadership ala John Maxwell”.
Muhsin menyebut sekurang-kurangnya terdapat 5 level kepemimpinan, yakni positioning, permision, production, people development, dan pinnacle. “Level positioning, pola kepemimpinan didasarkan atas alasan posisi, sehingga orang lain akan mengikuti kepemimpinnya karena alasan hirarki jabatan. Pola ini berlaku di dunia birokrasi”, terangnya.
Level permission lanjut Muhsin merupakan pola kepemimpinan yang didasarkan atas keinginan, yang biasanya didasarkan atas relasi, pengaruh yang baik, dan kepercayaan. “Relasi, pengarfuh dan trus harus dilatih sejak mahasiswa berada di bangku kuliah memimpin organiksasi kemahasiswaan," katanya.
Mantan Dekan FUHAM UIN Walisongo ini menambahkan, tipe production merupakan tipe kepemimpinan yang sangat dipengaruhi oleh rekam jejak dan kontribusinya terhadap organisasi. “Produktivitas, keberhasilan, kredidibilitas menjadi faktor penentu dalam pola kepemimpinan ini," sebutnya.
Dihadapan 80 Aktivis Mahasiswa, Muhsin memaparkan tipe people development merupakan pola kepemimpinan yang disebabkan oleh apa yang telah dilakukan seseorang untuk kepentingan orang lain secara pribadi. Level pinnacle biasanya didasarkan atas representasi dari apa yang dilakukan. "Respect, beyond organization dan tumbuhnya pemimpinan baru menjadi karakter pola kepemimpinan kelima ini," paparnya.
Dia menegaskan seorang pemimpin harus memiliki 3 hal penting agar mampu menjalankan fungsi kepemimpinanan dengan baik, yakni kompetensi, koneksi, dan karakter. Mukshin berpesan kepada mahasiswa, seorang pemimpin harus memiliki sikap yang demokratis dengan tidak membedakan atas dasar mayoritas atau minoritas, memberikan perlindungan dan pemenuhan hak-hak anggotanya.
Diklatpimnas diselengarakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam bekerjasama dengan Rumah Moderasi Beragama (RMB) UIN Walisongo dengan bobot materi 70 jam tatap muka dan daring.
(shf)