Katib ‘Aam PBNU Bekali Mahasiswa PTKI Genealogi Ekstremisme Radikalisme

Kamis, 24 Desember 2020 - 11:49 WIB
loading...
A A A
Untuk mengatasi gerakan ektrimisme dan radikalisme, Gus Yahya memandang perlunya mengidentifikasi dan mengakui masalah agama dan radikalisme secara jujur dan diikuti dengan membangun wacana baru tentang Islam.

Terkait wacana baru, Gus Yahya mencatat Muhammadiyah telah menelorkan konsep darul ahdi wa syahadah dan NU melalui Munas di Banjar 2019 telah merumuskan lima hal penting. Pertama, katagori kafir tidak relevan dalam negara modern. Kedua, mendirikan khilafah bukan kewajiban agama. Ketiga, syariat tidak boleh dipertentangkan dengan hukum positif artinya setiap muslim mempunyai kewajiban syari terhadap hukum negara. Keempat, konflik yang melibatkan antar muslim, tidak boleh terlibat atas nama muslim tetapi harus atas nama perdamaian.

Kelima, pentingnya resolusi konflik dan reformasi pendidikan keagamaan, karena masih ada kurikulum pendidikan keagamaan yang kuirang menampilkan wajah keagamaan yang moderat dan damai.

KH Yahya Cholil Tsaquf dipandu oleh Kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan UIN Walisongo Semarang Ruchman Basori. Nara sumber lain di hari ketiga Diklatpimnas adalah peneliti Senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Amin Mudzakkir dan Wakil Rektor Bidang Akademik UIN Walisongo Semarang M Mukhsin Jamil.
(shf)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1825 seconds (0.1#10.140)