Januari - November 2020, Neraca Perdagangan Jatim Defisit
loading...
A
A
A
SURABAYA - Selama Januari - November 2020, neraca perdagangan Jawa Timur (Jatim) mengalami defisit USD513,44 juta. Defisit ini akibat selisih perdagangan ekspor-impor di sektor nonmigas yang surplus sebesar USD1,67 miliar. Akan tetapi selisih perdagangan ekspor-impor di sektor migas justru mengalami defisit sebesar USD2,18 miliar.
"Surplus sektor nonmigas ini perlu lebih ditingkatkan agar neraca perdagangan Jatim berubah menjadi surplus di periode berikutnya. Disamping itu perlu diupayakan untuk menekan atau mengurangi defisit dari sektor migas," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Umar Sjaifudin dalam rilisnya, Selasa (22/12/2020).
(Baca juga: Tusuk Istri Polisi hingga Tewas, Pelaku Ditangkap saat Berlindung dalam Masjid )
Data BPS Jatim juga mencatat, neraca perdagangan Jatim selama bulan November 2020 defisit sebesar USD166,73 juta. Defisit ini disebabkan karena adanya selisih nilai perdagangan yang negatif. Baik pada sektor migas maupun pada sektor nonmigas.
Selisih nilai perdagangan pada sektor migas defisit sebesar USD106,05 juta. "Sedangkan selisih nilai perdagangan pada sektor nonmigas mengalami defisit sebesar USD60,69 juta," ujar Umar.
Sementara itu, selama Januari - November 2020, nilai impor nonmigas dari kelompok negara ASEAN sebesar USD 2,11 miliar. Utamanya berasal dari Thailand dengan nilai sebesar USD702,36 juta atau dengan peranan sebesar 4,66%.
Sedangkan nilai impor dari kawasan Uni Eropa sebesar USD1,28 miliar dan utamanya berasal dari Jerman sebesar USD 411,42 juta atau dengan kontribusi sebesar 2,73%.
(Baca juga: Suzuki New Carry Minibus dan Blind Van Karoseri Mengaspal di Jatim, Ini Harganya )
Tiga negara utama penyumbang impor ke Jatim pada periode Januari - November 2020, masih didominasi dari Tiongkok dengan nilai impor sebesar USD4,37 miliar atau dengan kontribusi sebesar 28,98%.
Disusul berikutnya impor dari Amerika Serikat sebesar USD1,15 miliar atau dengan kontribusi sebesar 7,61% serta dari Thailand sebesar USD702,36 juta atau dengan kontribusi sebesar 4,66%.
Secara kumulatif Januari - November 2020, komoditas bahan bakar motor, tanpa timbal dari RON lainnya tidak dicampur, menjadi komoditas impor yang dominan dengan kontribusi 5,93%, setara USD1,06 miliar.
Disusul komoditas hasil dari ekstraksi minyak kacang kedelai lainnya dengan kontribusi 3,81% atau setara USD683,33 juta. Berikutnya, komoditas emas dalam bentuk bongkah, ingot atau batang tuangan dengan kontribusi 2,86% atau setara USD513,21 juta
Lihat Juga: Berhasil Bangun Ketangguhan Bencana, IRB Jatim Konsisten Turun 36,23 Poin di Lima Tahun Terakhir
"Surplus sektor nonmigas ini perlu lebih ditingkatkan agar neraca perdagangan Jatim berubah menjadi surplus di periode berikutnya. Disamping itu perlu diupayakan untuk menekan atau mengurangi defisit dari sektor migas," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Umar Sjaifudin dalam rilisnya, Selasa (22/12/2020).
(Baca juga: Tusuk Istri Polisi hingga Tewas, Pelaku Ditangkap saat Berlindung dalam Masjid )
Data BPS Jatim juga mencatat, neraca perdagangan Jatim selama bulan November 2020 defisit sebesar USD166,73 juta. Defisit ini disebabkan karena adanya selisih nilai perdagangan yang negatif. Baik pada sektor migas maupun pada sektor nonmigas.
Selisih nilai perdagangan pada sektor migas defisit sebesar USD106,05 juta. "Sedangkan selisih nilai perdagangan pada sektor nonmigas mengalami defisit sebesar USD60,69 juta," ujar Umar.
Sementara itu, selama Januari - November 2020, nilai impor nonmigas dari kelompok negara ASEAN sebesar USD 2,11 miliar. Utamanya berasal dari Thailand dengan nilai sebesar USD702,36 juta atau dengan peranan sebesar 4,66%.
Sedangkan nilai impor dari kawasan Uni Eropa sebesar USD1,28 miliar dan utamanya berasal dari Jerman sebesar USD 411,42 juta atau dengan kontribusi sebesar 2,73%.
(Baca juga: Suzuki New Carry Minibus dan Blind Van Karoseri Mengaspal di Jatim, Ini Harganya )
Tiga negara utama penyumbang impor ke Jatim pada periode Januari - November 2020, masih didominasi dari Tiongkok dengan nilai impor sebesar USD4,37 miliar atau dengan kontribusi sebesar 28,98%.
Disusul berikutnya impor dari Amerika Serikat sebesar USD1,15 miliar atau dengan kontribusi sebesar 7,61% serta dari Thailand sebesar USD702,36 juta atau dengan kontribusi sebesar 4,66%.
Secara kumulatif Januari - November 2020, komoditas bahan bakar motor, tanpa timbal dari RON lainnya tidak dicampur, menjadi komoditas impor yang dominan dengan kontribusi 5,93%, setara USD1,06 miliar.
Disusul komoditas hasil dari ekstraksi minyak kacang kedelai lainnya dengan kontribusi 3,81% atau setara USD683,33 juta. Berikutnya, komoditas emas dalam bentuk bongkah, ingot atau batang tuangan dengan kontribusi 2,86% atau setara USD513,21 juta
Lihat Juga: Berhasil Bangun Ketangguhan Bencana, IRB Jatim Konsisten Turun 36,23 Poin di Lima Tahun Terakhir
(msd)