Jerinx SID Bacakan Cerpen Halu Ini saat Dijebloskan ke Lapas Kerobokan
loading...
A
A
A
DENPASAR - Jerinx SID (43) dijebloskan ke Lapas Kerobokan untuk menjalani masa hukuman, Senin (30/11/2020). Pada detik-detik sebelum dimasukkan ke penjara, penggebuk drum group band Superman Is Dead (SID) itu sempat membacakan cerpen fiksi karyanya. (Baca juga: Dijebloskan ke Lapas Kerobokan, Jerinx Emosi dan Tantang Debat Jaksa)
Jerinx (JRX) membacakan fiksi itu di teras depan Lapas Kerobokan. Pria asal Kuta, Bali dengan nama asli I Gede Ari Astina itu ditemani isti tercinta, Nora Alexandra. "Fiksi ini saya tulis di Rutan (Polda Bali) karena kebanyakan baca buku, banyak menghayal. Jadi bisa dibilang ini fiksi halu ya," ujar dia sebelum membaca fiksinya. (Baca juga: Posting 'IDI Kacung WHO', Jerinx SID Diganjar 1 Tahun 2 Bulan Penjara)
Berikut isi fiksi berjudul "Global Kaliyuga, Fiksi Halu yang Hanya Lucu Sampai 2030"
Sejak dulu kala orang Bali percaya akan namanya kaliyuga. Tahun ini bolehlah Bali berbangga karena kaliyuga terjadi di seluruh dunia.
Ini adalah kontribusi Bali kedua yang jarang disuarakan oleh masyarakat dunia. Yang pertama tentu konsep Nyepi yang dikopas dan diaplikasikan secara bar bar dan militeristik oleh otoritas dengan label lockdown, PSBB, zona merah dan lain-lain.
Meski bukan selebgram, kaliyuga diendors dan disponsori maksimal oleh negara dan organisasi serta entitas-entitas superiror dengan kredibilitas internasional, pasti benar, dan tentunya mampu bayar mahal. Semua itu dilakukan untuk memastikan kaliyuga terjadi secara terstruktur, massif dan maha bangsat.
Kaliyuga di era modern adalah era kerbolak-balikan makna baik secara konseptual dan kontekstual. Ia mempengaruhi sudut pandang hampir seluruh umat manusia, kecuali si Batman yang tidurnya terbalik, sok-sokan jadi pahlawan, tapi nggak pernah ke bale banjar, apalagi bikin lawar.
Dari Batman mari kita beralih ke pak Jarwo, seorang mekanik bengkel balap liar. Beliau berkata, kaliyuga itu datang sebagai tanda jika kemanusiaan dana mesin dua tak akan bangkit lagi sebagai pemenang. Electric bike are for pushies, tutup si racing seksist machois, Ida Bagus Jarwo, dari Jamet Garage sembari menguyah busi baladonya.
Hampir seminggu sejak kami kirim email ke Batman dengan alamat Batman pergi [email protected] tidak ada balasan. Segera kami putuskan mencari narasumber yang sedang naik daun.
Kami tiba di lobi mewah dengan pendingin udara bertenaga kuda lumping 100% eco friendly zero gas metan. Teknologi ini hendak dicuri oleh kang Mas Elon, tapi si mas lagi sibuk ke dukun di Mars untuk mencari wangsit dalam menamai anak pertamanya.
Lobi ini adalah pintu masuk micro physco, sebuah sekolah kepribadian ganda yang berdiri lebih dahulu ketimbang Nyonya Menir. CEO-nya bernama Dr Bill sangat ramah, pendapatnya soal kaliyuga masuk akal. Kaliyuga ini dinikmati saja. Legowo kalau kata Hitler.
Menurut ilmu physco legowo yang mereka teladani, menjadi psikopat adalah jalan ninja terbaik untuk mengarungi badai kaliyuga dengan satu catatan penting jangan pernah memakai kata kasar dalam melakukan tata laksana dan eksekusi phyco maniac, tutup Dr Bill yang bernama lengkap Bill Abadi.
Dua minggu sudah surel kami tak direspons si Batman. Kami asumsikan doi sudah bangkrut akibat mendanai kampanye Donald Trumph dengan harapan Trumph mengganti nama dan tulisan di topi naga dengan warna hitam bertuliskan kuning make America Gotham as (Fxxk).
Agar tak buntu, kami masauk ke web facaker kesukaan Pinokio, yaitu tempe.com dan dengan mudah menemukan fakta-fakta komprehensif tentang kaliyuga versi tempe yang tampaknya tahu banget soal ini.
Di sana dijelaskan indikasi era kaliyuga dimulai dengan matinya demokrasi dan tumbuhnya bibit-bibit baru fasisme. Dia datang dengan berbagai topeng dan kemasan mulai dari soft hingga ultra violence dan militan.
Meski tanggal kelahiran demokrasi masih terus diperdebatkan untuk tahu berapa usia demokrasi, ada hal lain yang gak bisa diperdebatkan, yaitu kematiannya. Kematian demokrasi dibunuh oleh neo fasisme global. Neo fasisme sangat pandai beradaptasi lewat isu populis yang pastinya didukung jejaring legasi media.
Isu-isu tersebut antara lain, kesehatan, wabah, bencana alam, kesetaraan jender, isu rasial, pemanasan global, imigrasi, agama, sayap kiri vs sayap kanan, police brutality dan lain-lain. Apapun yang berpotensi menimbulkan polemik dan menimbulkan lebih banyak division akan mereka tunggangi, danai dan persenjatai. Semakin rakyat terpecah semakin mudah mereka mengontrol dunia.
Jerinx (JRX) membacakan fiksi itu di teras depan Lapas Kerobokan. Pria asal Kuta, Bali dengan nama asli I Gede Ari Astina itu ditemani isti tercinta, Nora Alexandra. "Fiksi ini saya tulis di Rutan (Polda Bali) karena kebanyakan baca buku, banyak menghayal. Jadi bisa dibilang ini fiksi halu ya," ujar dia sebelum membaca fiksinya. (Baca juga: Posting 'IDI Kacung WHO', Jerinx SID Diganjar 1 Tahun 2 Bulan Penjara)
Berikut isi fiksi berjudul "Global Kaliyuga, Fiksi Halu yang Hanya Lucu Sampai 2030"
Sejak dulu kala orang Bali percaya akan namanya kaliyuga. Tahun ini bolehlah Bali berbangga karena kaliyuga terjadi di seluruh dunia.
Ini adalah kontribusi Bali kedua yang jarang disuarakan oleh masyarakat dunia. Yang pertama tentu konsep Nyepi yang dikopas dan diaplikasikan secara bar bar dan militeristik oleh otoritas dengan label lockdown, PSBB, zona merah dan lain-lain.
Meski bukan selebgram, kaliyuga diendors dan disponsori maksimal oleh negara dan organisasi serta entitas-entitas superiror dengan kredibilitas internasional, pasti benar, dan tentunya mampu bayar mahal. Semua itu dilakukan untuk memastikan kaliyuga terjadi secara terstruktur, massif dan maha bangsat.
Kaliyuga di era modern adalah era kerbolak-balikan makna baik secara konseptual dan kontekstual. Ia mempengaruhi sudut pandang hampir seluruh umat manusia, kecuali si Batman yang tidurnya terbalik, sok-sokan jadi pahlawan, tapi nggak pernah ke bale banjar, apalagi bikin lawar.
Dari Batman mari kita beralih ke pak Jarwo, seorang mekanik bengkel balap liar. Beliau berkata, kaliyuga itu datang sebagai tanda jika kemanusiaan dana mesin dua tak akan bangkit lagi sebagai pemenang. Electric bike are for pushies, tutup si racing seksist machois, Ida Bagus Jarwo, dari Jamet Garage sembari menguyah busi baladonya.
Hampir seminggu sejak kami kirim email ke Batman dengan alamat Batman pergi [email protected] tidak ada balasan. Segera kami putuskan mencari narasumber yang sedang naik daun.
Kami tiba di lobi mewah dengan pendingin udara bertenaga kuda lumping 100% eco friendly zero gas metan. Teknologi ini hendak dicuri oleh kang Mas Elon, tapi si mas lagi sibuk ke dukun di Mars untuk mencari wangsit dalam menamai anak pertamanya.
Lobi ini adalah pintu masuk micro physco, sebuah sekolah kepribadian ganda yang berdiri lebih dahulu ketimbang Nyonya Menir. CEO-nya bernama Dr Bill sangat ramah, pendapatnya soal kaliyuga masuk akal. Kaliyuga ini dinikmati saja. Legowo kalau kata Hitler.
Menurut ilmu physco legowo yang mereka teladani, menjadi psikopat adalah jalan ninja terbaik untuk mengarungi badai kaliyuga dengan satu catatan penting jangan pernah memakai kata kasar dalam melakukan tata laksana dan eksekusi phyco maniac, tutup Dr Bill yang bernama lengkap Bill Abadi.
Dua minggu sudah surel kami tak direspons si Batman. Kami asumsikan doi sudah bangkrut akibat mendanai kampanye Donald Trumph dengan harapan Trumph mengganti nama dan tulisan di topi naga dengan warna hitam bertuliskan kuning make America Gotham as (Fxxk).
Agar tak buntu, kami masauk ke web facaker kesukaan Pinokio, yaitu tempe.com dan dengan mudah menemukan fakta-fakta komprehensif tentang kaliyuga versi tempe yang tampaknya tahu banget soal ini.
Di sana dijelaskan indikasi era kaliyuga dimulai dengan matinya demokrasi dan tumbuhnya bibit-bibit baru fasisme. Dia datang dengan berbagai topeng dan kemasan mulai dari soft hingga ultra violence dan militan.
Meski tanggal kelahiran demokrasi masih terus diperdebatkan untuk tahu berapa usia demokrasi, ada hal lain yang gak bisa diperdebatkan, yaitu kematiannya. Kematian demokrasi dibunuh oleh neo fasisme global. Neo fasisme sangat pandai beradaptasi lewat isu populis yang pastinya didukung jejaring legasi media.
Isu-isu tersebut antara lain, kesehatan, wabah, bencana alam, kesetaraan jender, isu rasial, pemanasan global, imigrasi, agama, sayap kiri vs sayap kanan, police brutality dan lain-lain. Apapun yang berpotensi menimbulkan polemik dan menimbulkan lebih banyak division akan mereka tunggangi, danai dan persenjatai. Semakin rakyat terpecah semakin mudah mereka mengontrol dunia.
(shf)