Surabaya Ada 16 Klaster COVID-19, Sampoerna Tak Masuk Klaster Baru

Minggu, 10 Mei 2020 - 20:15 WIB
loading...
Surabaya Ada 16 Klaster...
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menunjukan 16 klaster COVID-19 yang ada di Kota Pahlawan. Foto/SINDOnews/Aan Haryono
A A A
SURABAYA - Pencegahan penularan COVID-19 di Kota Pahlawan terus dilakukan. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan gugus tugas COVID-19 di Surabaya terus melakukan tracing untuk menemukan warga yang terkonfirmasi COVID-19.

Terhitung hingga saat ini diperoleh 16 klaster Covid-19 yang ada di Surabaya. Jumlah 16 klaster tersebut, pertama dari klaster luar negeri. Kedua, area publik sebanyak sembilan, ketiga klaster Jakarta, dan tempat kerja berjumlah tiga. Kemudian, dari klaster seminar dan pelatihan ada dua, dan perkantoran berjumlah dua dan asrama.

Risma menjelaskan, ketika ada warga yang positif maka belum tentu orang tersebut masuk dalam kategori klaster baru.

Dia mencontohkan, misalnya klaster dari luar negeri. Dari klaster luar negeri itu, petugas akan terus menelusuri kontak orang tersebut dengan siapa saja. Nah, jika dalam penelusuran itu ditemukan ada yang terkonfirmasi, maka orang tersebut menjadi satu bagian dengan klaster luar negeri.

“Seperti yang terjadi di PT HM Sampoerna itu bukan klaster baru,” kata Risma saat menggelar konferensi pers di Halaman Balai Kota Surabaya, Minggu (10/5/2020).

Dari 16 klaster itu, Risma merinci jumlah pasien terbaru per 9 Mei 2020. Pertama, orang dalam pemantauan (ODP) dengan total 2.957, terdiri dari 153 rawat inap dan 587 rawat jalan. Kemudian yang sudah selesai dipantau sebanyak 2.217.

“Kalau pasien dalam pengawasan (PDP) berjumlah 1.540 dari situ terbagi rawat jalan 273 dan rawat inap 663. Sudah terpantau 601 dan meninggal 3 orang,” jelas dia.

Sementara itu, pasien yang terkonfirmasi COVID-19 jumlahnya mencapai 667 pasien. Dari angka tersebut, 343 di antaranya tengah dirawat inap dan 144 orang rawat jalan. Sedangkan pasien sembuh mencapai 100 orang. “Kemudian yang meninggal jumlahnya 80 orang,” jelas dia.

Dari semua itu, kata dia, orang dalam risiko (ODR) totalnya 4.818, terdiri dari 210 masih dipantau, selesai dipantau 4.548, Penduduk Migran Indonesia (PMI) selesai dipantau 11 orang dan PMI masih dipantau 49. Kemudian, PMI dalam pantauan jumlahnya 49.

“Kami telusuri terus. Misal si A ini kemana, A berjabat tangan dengan B, lalu kemana lagi itu terus kami cari. Makanya ada jumlah 4.818 itu. Kami terus awasi,” kata dia.

Risma mengatakan, sebetulnya pada waktu itu jumlahnya masih sekitar 4 ribuan. Namun, lantaran terhambat alat, maka sulit dipisahkan dengan anggota keluarganya. “Sekarang ini sudah bisa. Kemarin kami tes swab 1.083 orang di tes swab. Di situ kami langsung bisa pisahkan yang positif dan negatif,” kata dia.
(nth)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3025 seconds (0.1#10.140)