Tekan Angka Stunting, Kota Bandung Raih Dua Penghargaan
loading...
A
A
A
BANDUNG - Pemkot Bandung meraih dua penghargaan dari Pemprov Jawa Barat atas upaya menekan angka stunting atau penduduk kerdil.
Dua perhargaan itu sebagai Kota Paling Inovatif dalam Penerapan Aksi Konvergensi Pencegahan Stunting dan terbaik kedua soal kinerja Penerapan Aksi Konvergensi Pencegahan Stunting se-Jawa Barat untuk kategori lokus tahun pertama.
Ketua TP PKK Kota Bandung, Siti Muntamah Oded menyatakan, penghargaan tersebut merupakan buah kerja keras semua pihak di Kota Bandung. Sekaligus bukti keseriusan Kota Bandung dalam penanganan dan penanggulangan stunting.
“Ini merupakan apresiasi atas respon terhadap masalah stunting dari respon pemerintah,” ujar dia yang akrab disapa Umi dalam siaran persnya, Minggu (15/11/2020).
Umi mengungkapkan, persoalan stunting ini menjadi instruksi prioritas dari Wali Kota Bandung yang terintegrasi dengan program pengelolaan sampah melalui (Kurangi-Pisahkan-Manfaatkan) dan menghadirkan Kawasan bebas ODF (Open Defecation Free).
“Otomatis kebijakan mulai dari tingkat kota sampai ke tingkat kewilayahan harus memiliki perhatian penuh. Untuk itulah komponen kedua terkait respon political will dan anggaran mempercepat penanggulangan stunting di Kota Bandung,” jelasnya.
PKK, kata dia, punya program Tanginas yang memiliki 8 program di dalamnya. Salah satunya mengintervensi secara langsung memberikan pangan aman dan sehat kepada ibu hamil, ibu menyusui, baduta dan balitan sekaligus meningkatkan kapasitas skill bagi kader posyandu.
Umi menegaskan, program Tanginas juga menggandeng pihak swasta untuk memberikan dukungan anggaran guna mengakselerasi penanganan dan penanggulangan stunting.
Sebab, dari tiga faktor yang berkenaan dengan stunting, yakni edukasi, ekonomi dan sanitasi ini masih memiliki sejumlah tantangan.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Bandung, Sony Adam menuturkan indikator penilaian untuk Penerapan Aksi Konvergensi Pencegahan Stunting berdasarkan uraian data serta dokumen bukti pendukung yang diunggah secara online.
“Aksi pertama yaitu analisa situasi. Kedua adalah rencana kegiatan. Kemudian aksi ketiga itu rembuk stunting dan yang terakhir mengenai dukungan regulasi atau peraturan kepala daerah,” jelas Sony. (Baca juga: Potensi Capai USD1.338 Miliar, Industri Perikanan Belum Maksimal)
Sony mengungkapkan, Dinkes Kota Bandung telah berupaya mencegah stunting secara spesifik pada sasaran 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Yakni menyasar ibu hamil, bayi dan anak usia kurang 2 tahun. (Baca juga: Pemkot Bandung Santuni dan Jamin Asuransi bagi Korban Pohon Tumbang di Tamansari)
“Secara sensitif kita mengupayakan akses sanitasi dasar melalui STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), penyediaan akses layanan kesehatan dan KB, edukasi terkait Gizi, Kespro dan PHBS serta menyediakan jaminan kesehatan melalui UHC bagi seluruh masyarakat Kota Bandung,” katanya.
Dua perhargaan itu sebagai Kota Paling Inovatif dalam Penerapan Aksi Konvergensi Pencegahan Stunting dan terbaik kedua soal kinerja Penerapan Aksi Konvergensi Pencegahan Stunting se-Jawa Barat untuk kategori lokus tahun pertama.
Ketua TP PKK Kota Bandung, Siti Muntamah Oded menyatakan, penghargaan tersebut merupakan buah kerja keras semua pihak di Kota Bandung. Sekaligus bukti keseriusan Kota Bandung dalam penanganan dan penanggulangan stunting.
“Ini merupakan apresiasi atas respon terhadap masalah stunting dari respon pemerintah,” ujar dia yang akrab disapa Umi dalam siaran persnya, Minggu (15/11/2020).
Umi mengungkapkan, persoalan stunting ini menjadi instruksi prioritas dari Wali Kota Bandung yang terintegrasi dengan program pengelolaan sampah melalui (Kurangi-Pisahkan-Manfaatkan) dan menghadirkan Kawasan bebas ODF (Open Defecation Free).
“Otomatis kebijakan mulai dari tingkat kota sampai ke tingkat kewilayahan harus memiliki perhatian penuh. Untuk itulah komponen kedua terkait respon political will dan anggaran mempercepat penanggulangan stunting di Kota Bandung,” jelasnya.
PKK, kata dia, punya program Tanginas yang memiliki 8 program di dalamnya. Salah satunya mengintervensi secara langsung memberikan pangan aman dan sehat kepada ibu hamil, ibu menyusui, baduta dan balitan sekaligus meningkatkan kapasitas skill bagi kader posyandu.
Umi menegaskan, program Tanginas juga menggandeng pihak swasta untuk memberikan dukungan anggaran guna mengakselerasi penanganan dan penanggulangan stunting.
Sebab, dari tiga faktor yang berkenaan dengan stunting, yakni edukasi, ekonomi dan sanitasi ini masih memiliki sejumlah tantangan.
Sementara itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Bandung, Sony Adam menuturkan indikator penilaian untuk Penerapan Aksi Konvergensi Pencegahan Stunting berdasarkan uraian data serta dokumen bukti pendukung yang diunggah secara online.
“Aksi pertama yaitu analisa situasi. Kedua adalah rencana kegiatan. Kemudian aksi ketiga itu rembuk stunting dan yang terakhir mengenai dukungan regulasi atau peraturan kepala daerah,” jelas Sony. (Baca juga: Potensi Capai USD1.338 Miliar, Industri Perikanan Belum Maksimal)
Sony mengungkapkan, Dinkes Kota Bandung telah berupaya mencegah stunting secara spesifik pada sasaran 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Yakni menyasar ibu hamil, bayi dan anak usia kurang 2 tahun. (Baca juga: Pemkot Bandung Santuni dan Jamin Asuransi bagi Korban Pohon Tumbang di Tamansari)
“Secara sensitif kita mengupayakan akses sanitasi dasar melalui STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat), penyediaan akses layanan kesehatan dan KB, edukasi terkait Gizi, Kespro dan PHBS serta menyediakan jaminan kesehatan melalui UHC bagi seluruh masyarakat Kota Bandung,” katanya.
(boy)